Tambang Manhan/Mangan (Me)
Kliripan
Hargorejo
Sejak zaman hindia belanda masuk ke
Indonesia jauh sebelum abad ke-19 di bawah pimpinan Konsensi
Milik Keluarga H.W.Van Dolfsen
atau sering disebut oleh setiap warga dengan nama Pandosen
ia sudah mulai memimpin pertambangan Kliripan berdasarkan sk dari
G.P.A Mangkubumi sesuai dengan keputusan Gubernur Jenderal No.26 12
september 1893 untuk wilayah kliripan dengan jangka waktu selama 75
tahun (konsesnsi berakhir tahun 1968). Usai keputusan tersebut maka
penambanganpun terus berjalan dibawah pimpinan konsesnsi tersebut
hingga perjalanannya berakhir perkembanganya pada tahun 1910 dan
tertutup total pada tahun 1917, usai lelang AIME
(Algemene Indische Mijnbouw Expplotatie)
dibawah pimpinan Ir. Termijin, dan mulai berkembang perkembangan pada
tahun 1918. Selain dari keputusan jenderal tersebut, penambangan di
Kliripan juga diberikan surat keputusan berdasarkan Sultan Yogyakarta
No.1 tanggal 4 Oktober tahun 1917 dan gubernur Jenderal No. 57
tanggal 22 November 1918 untuk membua lahan pertambangannya yang pada
kemudian hari disebut dengan Konsensi
Kliripan.
Kliripan merupakan dusun yang berada
dalam bagian bumi pertiwi yang asri
akan keindahan
dan kealamian bumi pertiwi. Selain sebab keadaan letak geografis dan
strategis yang berada di dataran tinggi diatas rata-rata permuakaan
laut juga sebab kebelantaraan hutan pepohonan dan tanaman yang
menjadikan ia semakin asri dengan keindahan yang dimiliki. Menurut
sejarah dan pendapat beberapa tokoh sesepuh masyarakat kliripan, pada
tahun sekitar 1924 dusun kliripan merupakan tempat persinggahan
sekutu belanda saat menjelang gencaran senjata bangsa Indonesia yang
menjadikan terjadinya peperangan rakyat indonesia khususnya warga
kliripan yang hampir sebagian banyak tokoh sejarah gugur dalam
pengeboman yang dilakukan oleh penjajahSecara
geografis Dusun
Kliripan
merupakan bagian dari Hargorejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, dan
termasuk dalam wilayah teritorian Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Untuk persebaran wilayah Dusun
Kliripan
dapat dilihat sebagai berikut:
Batas
Wilayah
Bagian
Utara : Dusun
Pandu, Dusun Penggung
Bagian
Selatan : Dusun
Kriyan
Bagian
Timur : Dusun
Krengseng
Bagian
Barat : Dusun
Selo Timur
Adapun
Luas Wilayah Dusun
Kliripan
yaitu hektar. Wilayah Dusun Kliripan
dibagi menjadi dua Rukun Warga (RW), yaitu RW 19 dan RW 20 serta enam
Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 64, RT 65, RT 66, RT 67, RT 68, dan RT
69.Dusun yang
terletak diantara luas yang sebagian wilayahnya adalah lahan kosong
yang ditumbuhi dengan pohon-pohon kayu, mulai dari jati, kelapa dan
lain-lain. Hampir sebagian besar warga disana adalah petani dan buruh
dalam mengerjakan lahan yang belum ada tanamannya. Hampir sebagian
besar dusun yang terdiri dari lahan kosong dan hutan pohon kayu
menjadikan dusun ini memiliki kekhasan sendiri dalam pencarian
keheningan, hingga pada tahun 1920-an dari penjajah belanda dapat
mengetahui kandungan batu manhan tersebut dan mendeteksi
keberadaannya hingga merekapun akhirnya bisa mendapatkan hasil
pertambangan batu manhan tersebut. Dalam dusun tersebut ada
terowongan yang sangat panjang hingga 160 meter yang bernama holiday,
dan sebelah selatannya ada yang bernama sunoto sepanjang 200 meter,
dengan jarak antara Sunoto dan Holiday 20 meter dan terowongan
terakhir disebut dengan terowongan TB yang dibuka oleh mahasiswa
Institut Teknologi Bandung pada tahun 1965 berada dibawah jalan arah
ke masjid al barokah rt 67 rw 20. Berdasarkan data yang sudah
diperoleh penulis dijelasakan terkait nama terowongan Sunoto dibangun
oleh IR. Sunoto, holiday dibangun IR. Lim Holiday asal Inggris dan TB
oleh pihak ITB, dan kini tertinggal hanya terowongan sunoto dan
holiday. Dari semua pintu goa pertambangan terus digali menyusuri
setiap batuan yang ada di dalam hingga masing-masing terowongan itu
bertemu dalam satu sumur yang kemudian sumur itu digunakan untuk
mengangkat benda yang ada di bawah untuk dibawa keatas tanah.
Berdasarkan data yang didapatkan dari para saksi sejarah di dusun
Kliripan dijelaskan, bahwasanya jauh sebelum dibangun Negara
Indonesia masa penjajahan lahan pertambangan ini sudah ada namun
belum ada pihak yang bisa membuka pertambangan tersebut hingga pada
tahun 1940-an mulai diawali oleh para pimpinan Belanda dibawah
pimpinan Meneer Kuten dan Meneer Klemexx dengan tangan kanan Tuan
yanfi dari negara China. Hingga terakhir tertutup masa penjajahan
Jepang pada tahun 1945 pasca kemerdekaan pertambangn tersebut kosong
hingga tahun 1971 mulai dibangun kembali wadah-wadah diluar gua
Manhan tersebut dan juga tempat penghancuran/pengolahan yang disebut
riu di depan gua. Selain itu juga dibuatkan tempat pandai besi
sejumlah empat orang yang bertugas membenarkan alat tambang jika
terjadi kerusakan. Setelah semua itu selesai baru mulai membuka lahan
pada tahun 1973 oleh Tuan Lim dari Jakarta. Menurut cerita dalam
lorong tambang tersebut dibuat rel untuk membawa hasil tambang
tersebut sampai ke stasiun Pakualaman menggunakan tenaga manusia dan
langsung dikirimkan ke tempat produksi di Jakarta, Trenggalek,
surabaya, dan bahkan sempat dikirimka ke Jepang pada saat pimpinan
tambang asal Jepang yakni pasca pimpoinan Tuan Yanfi asal China.
Sebelum penambangan dinulai jauh sebelum itu dibangun tempat
pengolahan, penampungan dan juga penghancuran batu dari penambangan
tersebut selama tujuh bulan dan baru kemudian dibuat terowongan
tambang menggunakan tenaga manusia sebagai pekerjanya dalam keadaan
pintu goa tertutup rapat oleh tanah. Akan tetapi jauh sebelum tahun
pembukaan ini jauh saat penjajahan berada di Indonesia batu manhan
tersebut sudah ada diyakini sebagai warisan sejak zaman dahulu dan
diketahui pertama saat penjajahan landi/Belanda di Indonesia.
Di depan terowongan tersebut ada 1
orang yang bertugas membuat tali, 2 orang untuk buat keranjang, dan 2
orang untuk mengambil riu yang akan diolahnya, menggunakan tenaga
manusia setiap harinya didorong hingga pakualaman. Sedangkan dalam
ruang tersebut diolah oleh 120 orang dengan pembagian sift 40
berangkat jam 7 pagi sampai jam 2 siang, 40 0rang dari jam 2 sampai
jam 10 malam, dan 40 terakhir berangkat jam 10 malam sampai jam 7
pagi, pembagian tersebut berjalan setiap harinya tanpa berhenti. Di
terowongan penambangan menggunakan mesin yang sangat besar untuk
menerangi terowongan tersebut bernama SKL berasal dari Jerman dipagi
hari, dan juga mesin saterpilar yang keduanya sangat terang dan
bahkan konon ketika mesin listrik tesebut di nyalakan listriknya
dapat menerangi, kedua mesin tersebut didapatkan saat pimpinan
A.I.M.E pada tahun 1928 saat ulang tahun A.I.M.E yang ke sepuluh.
Selain itu juga meadapatkan pembangunan jalan roli menuju pakualaman
sepanjang 4 km. Konon kedua mesin listrik tersebut dapat menerangi
satu kelurahan dengan sangat terang hingga kliripan dapat menyerupai
sebuah kota besar. Sedang jumlah keseluruhan pegawai ada 700 orang
laki-laki dan perempuan, anak, remaja, hingga dewasa dibawah pimpinan
Meneer Kuten dan Klemeex dengan tangan kanan Laksamana Yanfi asal
Jepang. Dalam satu hari mereka selalu ditargetkan untuk mendapatkan
batu manhan sesuai dengan pemesan ataupun produksi, sehingga para
pekerja dalam 24 jam selalu berjalan sesuai dengan sistem yang
dilakukan pada sift tiga kali ganti tersebut.
Lebar goa manhan tersebut 5 meter
dengan ketinggian 1,5-2 meter, sedangkan ketebalan dari Manhan
tersebut pada setiap dinding adalah 60 cm.. Sejak zaman penjajahan
sebenarnya sudah diketahui oleh beberapa penjajah tepat pada tahun
1942-1945 masa Jepang dihancurkan oleh sekutu. Namun dari pihak
tersebut belum menggunakan dan mengolah lahan pertambangan tersebut
hingga pada tahun 1950-an salah satu mandor yang berasal dari jakarta
pun membuka pertambangan tersebut. Pada tahun 50-an ini pertambangan
di Kliripan ini diusahakan oleh rakyat di bawah pimpinan B.O.E.D.I
(Badan Oesaha Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta). Sedangkan Pada
tahun 1964 setelah sekian lama tertutup akhirnya dibuka kembali oleh
pihak ITB (Institut Teknologi Bandung) sebagai pengelola tambang
tersebut selama beberapa waktu hingga 1965 pihak ITB pun memutuskan
hubungan kerjanya dan pertambangan trsebut ditutup kembali. Menurut
narasumber Mbah satimi dan Mbah Misoh hasil dari pertambangan
tersebut biasaya dikirimkan ke Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota
besar lain di Indonesia, namun kota yang paling sering dan paling
banyak di kirim pertambangan adalah Surabaya sebab salah satu
Pimpinan pegawai atau penambang yang paling terlama berasal dari
Surabaya. Hasil tambang tersebut biasanya digunakan untk membuat isi
bolpoin dan batu baterai yang dikelola oleh pabrik di luarkota.
Sedangkan pegawainya berasal dari warga masyarakat kliripan dan
sekitarnya dengan jumluah hingga +- 300 orang, dengan sistem
penambangan setiap hari selama 24 jam bergilir mulai dari pagi sampai
jam 2 siaang, lanjut sift jam 2 sampai jam 9 malam dan terakhir dari
jam 9 malam hingga fajar menjulang. Dengan bayaran setiap bulan Rp.
17,’00- pada tahun 1940-an dan Rp.70-, pada tahun 1970-an yang
berada di luar terowongan dan Rp. 80/90 untuk pegawai yang berada di
dalam terowongan.. Diantara nama-nama terowongan tambang tersebut
adalah holiday, sunarto, rifin, TB, dll sesuai dengan pembuka lahan
tambang tersebut. Hingga tahun 2017 diyakini pemilik dari goa
tersebut adalah pak giri. Namun menurut Mbah Misoh pemilik tersebut
ingin menjadikannya kembali sebagai tempat wisata dan bukan sebagai
lahan pertambangan Mangan/Manhan lagi, dan rencana akan dibuka
kembali setelah Bandara Pesawat Kulonprogo sudah dibangun dan
diselesaikan.
Selain keberadaan pertambangan manhan
juga dalam sisi mistik kebaradaan tambang tersebut khusus di patuk
tawing ada ikan besar yang dipercaya sebagai penjaga dari patuk
tersebut dan beberapa wargapun sesekali ditemui oleh ikan tersebut
dan Mbah Bimo Kunting, Selain segi isi pertambangan dan folosofian
Manhan tersebut, dari sisi religiusitas dan kerohanian goa tersebut
banyak makhluk halus dan pertapa handal yang bercengkrama di goa
tersebut, seperti Pak Ruwah dan Pak Mantan. Pak Ruwah merupakan salah
satu warga yang mencoba untuk bertapa demi mendapatkan pusaka keris
di sebelah selatan goa manhan tersebut dan gagal dalam pertapaan
dengan menghasilkan besi sebesar jempol manusia, usai pertapaan
tersebut ternyata pak ruwah menjadi seorang pandai besi terkenal
dengan hasil karyanya yakni peralatan seperti keris, pedang, belati,
parang, dan bendo
(parang jawa). Lain hal dengan Mbah mantan yang menurut cerita beliau
tidaklah gagal dalam bertapa untuk mendapatkan pusaka keris sumur
pertambangan tersebut, beliau berhasil mendapatkan pusaka yang
bernama keris
ulo welang.
Berdasarkan narasumber dijelaskan jika syarat untuk mendapatkan
pusaka terebut saat itu ada dengan menyembah/sujud pada keris
tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian keris tersebut dapat bermanfaat
untuk menyembuhkan penyakit warga sekitar kliripan tersebut dan
dilanjutkan oleh keturunan Mbah Mantan hingga saat ini. Walau
sebagian pusaka sudah terambil dan kini disimpan di keraton
Ngayogyokarto namun diyakini sekarang pusaka yang sama masih ada dan
bahkan lebih kuat dari keris ulo weleng sebab ia merupakan pasangan
antara keris yang berada di goa tersbut berjenis laki-laki sedang
pasangan perempuannya berada di laut selatan. Tempat penambangan
manhan tersebut sejak zaman belanda ternyata sudah ada dan sebagian
sudah dikelolanya, dengan bentuk lokasinya seperti sumur air pada
umumnya tegak lurus, namun sejak tahun 70an bentuk lokasi semakin
berubah dengan bentuk sumur yang agak sedikit miring dan menyender
dengan tujuan lebih mudah untuk dijangkau oleh para penambang
masyarakat yang turut serta dalam rangka penambangan manhan tersebut.
Pada saat ini semua pintu masuk gua
dan sumur pertambangan manhan tersebut sudah tertutup semua, mulai
dari bebatuan, himpunan tanah dan juga pepohonan yang tumbuh di
sekitar pintu ataupun lubang pertambangan tersebut. Walau semua pintu
masuk sudah tertutup akan tetapi masyarakat meyakini di dalam gua
tersebut masih banyak hasil pertambangan yang bisa memberi kehidupan
oleh masyarakat sekitar klripan.
Hampir sebagian besar masyarakat
Dusun Kliripan menyatakan bahwasanya keadaan perekonomian saat
pertambangan manhan masiih ada dibandingkan ketiadaannya jauh lebih
makmur saat tambang tersebut masih beroperasi, sebab setiap waktunya
sudah pasti ada pemasukan setiap waktunya lebih terjamin dan hamir
semua masyarakatnya bekerja sebagai buruh tambang manhan baik
laki-laki ataupun perempuan.w
Sejarah singkat situs sejarah tambang
mangaan yang terletak di dusun Kliripan Hargorejo, Kokap Kulon Progo
Yogyakarta. Tambang tersebut sudah ada sejak jaman Hindia Belanda
yang berbentuk Konsensi
atau …… milik
keluarga H.W.VAN DOLFSEN. Penduduk jawa sering menyebutnya Pandose.
Keberlangsungan
tambang tersebut berdiri atas hak kuasa yang diberikan oleh G.P.A
Mangkubumi dengan surat keputusan Gubernur Jendral No.26 Tanggal 12
September 1893 untuk wilayah kliripan dengan jangka waktu 75 tahun.
Konsensi tersebut berlangsung sampai tahun 1968. Pada perjalanannya
tambang Mangaan tersebut hanya beroperasi sampai tahun 1917,
sedangkan para penambangnya berhenti sejah tahun 1910. …..
kemudian pada tahun 1916 perusahaan Mangaan tersebut dilelang dan
dibeli oleh A.I.M.E ( Algemene Indische Mijnbouw Explotatie) ,
kemudian pengembangannya baru dimulai pada tahun 1918.
Pengoperasian Tambang Mangaan yang
baru beroperasi dengan diberikannya kuasa Penambangan di wilayah
kliripa dengan surat keputusan Sultan Jogjakarta No. 1 tanggal 4
Oktober 1917 dan surat keputusan gubernur jenderal No. 57 tanggal 22
November 1918 yang disebut dengan KONSENSI
KLIRIPAN. maka
dengan Konsensi tersebut Tambang Mangaan beroperasi kembali. Pada
saat itu Tambang Mangaan Kliripan dipimpin oleh beberapa orang asing
dari Belanda antara lain : VANDER HOOCK, Tuan KOVTEN, Tuan MASSINES,
Tuan COEP PIET ( Penduduk biasa memanggil CEPET). Tetapi pada tahun
1930 perusahaan ini Goyang kedudukannya karena politik dagang A.I.M.E
mendapat saingan tambang Mangaan dari “Karang Tunggal” yang
berada di dekat Tasik Malaya, akibatnya A.I.M.E di Kliripan ditutup
untuk memajukan perusahan yang berada di Karang Tunggal. Padahal
menurut penelitian mutu Mangaan, Mutu produksi Mangaan Kliripan lebih
baik dari pada Mutu produksi tambang Mangaan Karang Tunggal. karena
sebab itu IR.TERMIJN sebagai Direktur A.I.M.E mengadakan pembebasan
buruhnya secara besar-besaran. Keadaan tersebut berlangsung sampai
pada bala tentara Dai Nippon (Jepang) datang ke Indonesia.
Ketika Jaman pemerintahan Jepang di
Indonesia, tambang Mangaan tersebut kembali dilanjutkan. Semua
pegawai yang dulu pernah bekerja dipekerjakan kembali kecuali pegawai
dari bangsa Eropa. Diantara pegawai tersebut terdapat seorang bansa
Tionghoa selaku bendaharawan, dia bernama JANG PING ( penduduk
menyebut Tuan YAN PIN. Jika masih hidup menurut informasi beliau
tinggal di Cilacap, pada saat itu pembelian Mangaan dari rakyat untuk
tiap 1 Blek dibeli dengan harga menurut mutunya. Harga tersebut dari
rentang kuwalitas rendah ke tinggi yaitu Rp 0,25 - Rp 0,40 - Rp
0,80 / Blek. kemudian ketika Indonesia Merdeka pada tahun 1945,
bersamaan itu pula Penambangan Mangaan oleh Jepang di hentikan.
Selanjutnya dikerjakan oleh Rakyat dibawah pengawasan S.B.T.N.I
( Serikat Buruh
Tambang Negara Indonesia) yang berpusat di Magelang. Pada saat itu
keadaan mesin yang tertinggal masih utuh dan baik, sehingga Tambang
Mangaan masih tetap berjalan dengan lancer. Namun keadaan tersebut
hanya bertahan sampai tahun 1948 karena tidak ada pengawasan.
Sehingga saat pecah perang dengan Belanda ke II (Clash II) seluruh
bangunan dan pabrik dibumi hanguskan, dan pada saat itu masih ada
produksi sekitar 8000 Ton Mangaan, sisa tersebut oleh pemerintah
dijual kepada P.T TAT SENG di Jakarta.
Pada tahun 1950 tambang Mangaan di
Kliripan diusahakan oleh rakyat dibawah pimpinan B.O.E.D.I ( Badan
Oesaha Ekonomi Daerah Istimewa Jogjakarta) yang digiatkan oleh pihak
pamong praja baik daerah tingkat II, Kepanewon maupun Pamong
Kelurahan. Modal yang dimiliki untuk melanjutkan tambang Mangaan di
Kliripan tersebut sebanyak 150 Ton Mangaan hasil usaha dari Rakyat.
Namun belum sampai penambangan berjalan lancer sudah terdesak /
dikuasai oleh PERBEPSI
( Persatuan Bekas Pejuang Seluruh Indonesia) yang mengaku usaha dari
bekas pejuang. Sehingga terjadi perebutan kekuasaan hingga sampai
bentrok fisik antara pegawai B.O.E.D.I dengan PERBEPSI dan pihak
B.O.E.D.I kalah bahkan salah satu pegawainya terbuka, dan segala
hasil usaha B.O.E.D.I diambil alih oleh PERBEPSI, sebelum terjadi
perebutan kekuasaan tersebut, B.O.E.D.I dapat mengusahakan mangan
selama 4 bulan yang hasilnya sebanyak sebagai berikut :
- 1 hari 10 Ton Mangaan
- Pembelian 1 blek berisi 35 kg Mangaan dibeli sesuai mutunya dari Rp 1,25 sampai dengan Rp Rp 1,75,-
- 1 ari melibatkan sekitar 200 orang pekerja baik laki-laki maupun perempuan.
Penambangan Mangaan oleh pihak
PERBEPSI ini hanya berlangsung hingga tahun 1953 dan telah
menghasilkan sebagai berikut :
- 1 bulan sekitar 1000 Ton tetapi ada Mangaan dari daerah lain sekitar dusun Kliripan.
- Penduduka pemilik tanah diberi kerugian sebesar Rp 0,10 – per blek
- Pembelian dari buruh setiap 1 blek menurut mutunya antara Rp 2,25 – s/d Rp 3,50 ,-
Penambangan Mangaan oleh PERBEPSI
berhenti pada tahun 1954 diakrenakan tindakan dari para pemimpin yang
tidak disukai oleh rakyat, maka pada tahun 1954 berdiri PT.GAMELAN
yang mendapat kekuasaan penuh dari A.I.M.E . untuk mengupayakan
tambang Mangaan di dusun Kliripan agar dapat tetap berjalan
PT.GAMELAN berupaya untuk mendapatkan dukungan penuh dari rakyat.
Penambangan Mangaan selama dibawah PT.GAMELAN berjalan sampai tahun
1956, selama pertambangan Mangaan Kliripan dibawah PT.GAMELAN
memberikan kebijakan terhadap warga Kliripan sebagai berikut :
- 1 blek dibeli seharga antara Rp 3,75,- s/d Rp 4.25 sesuai mutu hasil tambang Mangaan
- Penduduk pemilik tanah diberi kerugian antara Rp 0.50,- s/d Rp 0,75,- per blek.
pada tahun 1956 PT.GAMELAN berhenti
melakukan pertambangan Mangaan di Kliripan, hal itu dikarenakan pada
saat itu pertambangan Mangaan di Kliripan terdapat pesaing usaha baru
yang tidak mendapat ijin resmi namun lebih mendapat dukungan dari
masyarakat karena kepemimpinannya, yaitu PT B.U.K.R. Setelah
PT.GAMELAN, tambang Mangan Kliripan dikelola oleh PT.B.U.K.R (Badan
Usaha Kemakmuran Rakyat) yang tidak mendapat kuasa / ijin dari
A.I.M.E dan juga ijin dari pemerintah Desa Daerah Istimewa
Jogjakarta. Padahal beberapa Pamong kelurahan yang ikut serta menjadi
pengurus PT.B.U.K.R namun karena kecakapan gaya kepemimpinan dari
PT.B.U.K.R, maka PT.GAMELAN jatuh tersingkir akibat kalah persaingan
dengan PT. B.U.K.R. dalam perjalanannya PT.B.U.K.R mendapatkan
bantuan uang untuk modal / pangkal usaha dari PT.SUWARNO di Jakarta (
perusahaan asing milik bangsa Tionghoa) yang bertindak selaku pembeli
tunggal dari hasil Mangaan PT.B.U.K.R
selama dalam kepemimpinan PT.B.U.K.R
pertambangan Mangaan Kliripan sangat maju dan dapat memberi
sumbangan kepada kelurahan Hargorejo sebesar Rp 100.000,- per tahun
dari hasil keuntungan penjualan Mangaan dengan rincian sebagai
berikut.
- Untuk Mutu No.3 per Ton Rp 2,50 ,-
- UNtuk Mutu No.1 per Ton Rp 10.-
Untuk memajukan PT.B.U.K.R, kemudian
menetapkan kebijakan harga pembelian dan memegang Monopoli dari
pengusa Mangaan yang ada di Kliripan khususnya kelurahan Hargorejo.
Ketentuan pembelian Mangaan pada waktu itu adalah sebagai berikut :
- 1 Blek dibeli dengan kisaran harga Rp 3,25,- s/d Rp 5.50,-
- Penduduk pemilik tanah diberi kerugian antara Rp 1,- s/d Rp 1,25,- per blek
- Pembelian dari pencari batu Mangaan di Kliripan sebagai berikut :
- Mutu 47% Mangaan per Ton Rp 300,-
- Mutu 45% Mangaan per Ton Rp 275,-
- Mutu 42% Mangaan per Ton Rp 230,-
- Mutu 40% Mangaan per Ton Rp 190,-
Ketentuan harga tersebut sudah
dipampangkan dipinggir jalan-jalan sebagai informasi harga Mangaan.
Selanjutnya setiap pengiriman hasil tambang Mangaan ke Luar wilayah
Hargorejo, PT.B.U.K.R memberi kontribusi kepada pemerintah Daerah
Tingkat II Kulon Progo sebesar Rp 15,- per ton Mangaan. Hasil tambang
mangaan tersebut selanjutnya di Eksport ke Negara Jepang. Kemudian
pada tanggal 1 Februari 1959, Pemerintah Daerah istimewa Yogyakarta
mengeluarkan pengumuman yang isinya menyatakan bahwa semua
pertambangan yang ada di Indonesia di kuasai Oleh Negara. Hal itulah
yang menyebabkan PT.BUKR berhenti.
Setelah PT.BUKR berhenti,
pertambangan Mangaan di Kiiripan dikelola oleh PD (Perusahaan Daerah)
yang merupakan perusahaan milik Daerah. Dan berlangsung sekitar tahun
….. karena ketidak mampuan modal dalam penguasaannya. Maka kemudian
pada tahun …… dikerjakan oleh perusahaan swasta yaitu PT.PWK (
Pertambangan Wonokembang-Kliripan). kegiatan ini berakhir pada tahun
…. Kemudian dilanjutkan oleh ITB dan berakhir pada tahun …..
setelah ITB berhenti. Masuk perusahaan PPTM (……..) kegiatan
penambangan ini berlangsung hingga tahun 1982.
Oleh karena keterbatasan SDM
masyarakat dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah sehingga
bekas tambang tersebut dibiarkan bahkan banyak peralatan yang hilang
seperti missal : Bekas Jalur Rel Lori dari Stasiun Pakualaman Kriyan
sampai Kliripan, Bekas Lori Alat Angkut Batu Mangaan dan juga bekas
bangunan rumah tinggal orang asing (Belanda) yang tersisa hanya
pondasinya saja karena dibumi hanguskan (Kejadian Clash II) dan juga
banyak terowongan sisa penambangan jaman Belanda yang sengaja diurug
/ ditimbun lagi saat terjadinya G.30.S / PKI karena takut lobang /
terowongan tersebut akan dimanfaatkan PKI untuk membunuh para
pejabat.
Dan saat ini hanya tersisa
tinggalan sejarah pertambangan berupa 2 terowongan Horisontal yang
terkenal dengan nama terowongan HOLYDAY
dan terowongan
SUNOTO karena
penambangan pembuatan terowongan sisa belanda ini dilanjutkan oleh
Ir.SUNOTO serta 1 terowongan Vertikal yang ketiganya terowongan
tersebut Lorongnya saling berhubungan dan jaraknya sekitar 700M.
By;
Team KKN 93 kel. 276 UIN Sunan Kalijaga 2017
daftar pustakanya darimana kalau boleh tahu
BalasHapus