Rabu, 06 September 2017

Tambang Mangan Kliripan KP

Tambang Manhan/Mangan (Me) Kliripan
Hargorejo
Sejak zaman hindia belanda masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke-19 di bawah pimpinan Konsensi Milik Keluarga H.W.Van Dolfsen atau sering disebut oleh setiap warga dengan nama Pandosen ia sudah mulai memimpin pertambangan Kliripan berdasarkan sk dari G.P.A Mangkubumi sesuai dengan keputusan Gubernur Jenderal No.26 12 september 1893 untuk wilayah kliripan dengan jangka waktu selama 75 tahun (konsesnsi berakhir tahun 1968). Usai keputusan tersebut maka penambanganpun terus berjalan dibawah pimpinan konsesnsi tersebut hingga perjalanannya berakhir perkembanganya pada tahun 1910 dan tertutup total pada tahun 1917, usai lelang AIME (Algemene Indische Mijnbouw Expplotatie) dibawah pimpinan Ir. Termijin, dan mulai berkembang perkembangan pada tahun 1918. Selain dari keputusan jenderal tersebut, penambangan di Kliripan juga diberikan surat keputusan berdasarkan Sultan Yogyakarta No.1 tanggal 4 Oktober tahun 1917 dan gubernur Jenderal No. 57 tanggal 22 November 1918 untuk membua lahan pertambangannya yang pada kemudian hari disebut dengan Konsensi Kliripan.
Kliripan merupakan dusun yang berada dalam bagian bumi pertiwi yang asri akan keindahan dan kealamian bumi pertiwi. Selain sebab keadaan letak geografis dan strategis yang berada di dataran tinggi diatas rata-rata permuakaan laut juga sebab kebelantaraan hutan pepohonan dan tanaman yang menjadikan ia semakin asri dengan keindahan yang dimiliki. Menurut sejarah dan pendapat beberapa tokoh sesepuh masyarakat kliripan, pada tahun sekitar 1924 dusun kliripan merupakan tempat persinggahan sekutu belanda saat menjelang gencaran senjata bangsa Indonesia yang menjadikan terjadinya peperangan rakyat indonesia khususnya warga kliripan yang hampir sebagian banyak tokoh sejarah gugur dalam pengeboman yang dilakukan oleh penjajahSecara geografis Dusun Kliripan merupakan bagian dari Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, dan termasuk dalam wilayah teritorian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk persebaran wilayah Dusun Kliripan dapat dilihat sebagai berikut:
Batas Wilayah
Bagian Utara : Dusun Pandu, Dusun Penggung
Bagian Selatan : Dusun Kriyan
Bagian Timur : Dusun Krengseng
Bagian Barat : Dusun Selo Timur
Adapun Luas Wilayah Dusun Kliripan yaitu hektar. Wilayah Dusun Kliripan dibagi menjadi dua Rukun Warga (RW), yaitu RW 19 dan RW 20 serta enam Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 64, RT 65, RT 66, RT 67, RT 68, dan RT 69.Dusun yang terletak diantara luas yang sebagian wilayahnya adalah lahan kosong yang ditumbuhi dengan pohon-pohon kayu, mulai dari jati, kelapa dan lain-lain. Hampir sebagian besar warga disana adalah petani dan buruh dalam mengerjakan lahan yang belum ada tanamannya. Hampir sebagian besar dusun yang terdiri dari lahan kosong dan hutan pohon kayu menjadikan dusun ini memiliki kekhasan sendiri dalam pencarian keheningan, hingga pada tahun 1920-an dari penjajah belanda dapat mengetahui kandungan batu manhan tersebut dan mendeteksi keberadaannya hingga merekapun akhirnya bisa mendapatkan hasil pertambangan batu manhan tersebut. Dalam dusun tersebut ada terowongan yang sangat panjang hingga 160 meter yang bernama holiday, dan sebelah selatannya ada yang bernama sunoto sepanjang 200 meter, dengan jarak antara Sunoto dan Holiday 20 meter dan terowongan terakhir disebut dengan terowongan TB yang dibuka oleh mahasiswa Institut Teknologi Bandung pada tahun 1965 berada dibawah jalan arah ke masjid al barokah rt 67 rw 20. Berdasarkan data yang sudah diperoleh penulis dijelasakan terkait nama terowongan Sunoto dibangun oleh IR. Sunoto, holiday dibangun IR. Lim Holiday asal Inggris dan TB oleh pihak ITB, dan kini tertinggal hanya terowongan sunoto dan holiday. Dari semua pintu goa pertambangan terus digali menyusuri setiap batuan yang ada di dalam hingga masing-masing terowongan itu bertemu dalam satu sumur yang kemudian sumur itu digunakan untuk mengangkat benda yang ada di bawah untuk dibawa keatas tanah. Berdasarkan data yang didapatkan dari para saksi sejarah di dusun Kliripan dijelaskan, bahwasanya jauh sebelum dibangun Negara Indonesia masa penjajahan lahan pertambangan ini sudah ada namun belum ada pihak yang bisa membuka pertambangan tersebut hingga pada tahun 1940-an mulai diawali oleh para pimpinan Belanda dibawah pimpinan Meneer Kuten dan Meneer Klemexx dengan tangan kanan Tuan yanfi dari negara China. Hingga terakhir tertutup masa penjajahan Jepang pada tahun 1945 pasca kemerdekaan pertambangn tersebut kosong hingga tahun 1971 mulai dibangun kembali wadah-wadah diluar gua Manhan tersebut dan juga tempat penghancuran/pengolahan yang disebut riu di depan gua. Selain itu juga dibuatkan tempat pandai besi sejumlah empat orang yang bertugas membenarkan alat tambang jika terjadi kerusakan. Setelah semua itu selesai baru mulai membuka lahan pada tahun 1973 oleh Tuan Lim dari Jakarta. Menurut cerita dalam lorong tambang tersebut dibuat rel untuk membawa hasil tambang tersebut sampai ke stasiun Pakualaman menggunakan tenaga manusia dan langsung dikirimkan ke tempat produksi di Jakarta, Trenggalek, surabaya, dan bahkan sempat dikirimka ke Jepang pada saat pimpinan tambang asal Jepang yakni pasca pimpoinan Tuan Yanfi asal China. Sebelum penambangan dinulai jauh sebelum itu dibangun tempat pengolahan, penampungan dan juga penghancuran batu dari penambangan tersebut selama tujuh bulan dan baru kemudian dibuat terowongan tambang menggunakan tenaga manusia sebagai pekerjanya dalam keadaan pintu goa tertutup rapat oleh tanah. Akan tetapi jauh sebelum tahun pembukaan ini jauh saat penjajahan berada di Indonesia batu manhan tersebut sudah ada diyakini sebagai warisan sejak zaman dahulu dan diketahui pertama saat penjajahan landi/Belanda di Indonesia.
Di depan terowongan tersebut ada 1 orang yang bertugas membuat tali, 2 orang untuk buat keranjang, dan 2 orang untuk mengambil riu yang akan diolahnya, menggunakan tenaga manusia setiap harinya didorong hingga pakualaman. Sedangkan dalam ruang tersebut diolah oleh 120 orang dengan pembagian sift 40 berangkat jam 7 pagi sampai jam 2 siang, 40 0rang dari jam 2 sampai jam 10 malam, dan 40 terakhir berangkat jam 10 malam sampai jam 7 pagi, pembagian tersebut berjalan setiap harinya tanpa berhenti. Di terowongan penambangan menggunakan mesin yang sangat besar untuk menerangi terowongan tersebut bernama SKL berasal dari Jerman dipagi hari, dan juga mesin saterpilar yang keduanya sangat terang dan bahkan konon ketika mesin listrik tesebut di nyalakan listriknya dapat menerangi, kedua mesin tersebut didapatkan saat pimpinan A.I.M.E pada tahun 1928 saat ulang tahun A.I.M.E yang ke sepuluh. Selain itu juga meadapatkan pembangunan jalan roli menuju pakualaman sepanjang 4 km. Konon kedua mesin listrik tersebut dapat menerangi satu kelurahan dengan sangat terang hingga kliripan dapat menyerupai sebuah kota besar. Sedang jumlah keseluruhan pegawai ada 700 orang laki-laki dan perempuan, anak, remaja, hingga dewasa dibawah pimpinan Meneer Kuten dan Klemeex dengan tangan kanan Laksamana Yanfi asal Jepang. Dalam satu hari mereka selalu ditargetkan untuk mendapatkan batu manhan sesuai dengan pemesan ataupun produksi, sehingga para pekerja dalam 24 jam selalu berjalan sesuai dengan sistem yang dilakukan pada sift tiga kali ganti tersebut.
Lebar goa manhan tersebut 5 meter dengan ketinggian 1,5-2 meter, sedangkan ketebalan dari Manhan tersebut pada setiap dinding adalah 60 cm.. Sejak zaman penjajahan sebenarnya sudah diketahui oleh beberapa penjajah tepat pada tahun 1942-1945 masa Jepang dihancurkan oleh sekutu. Namun dari pihak tersebut belum menggunakan dan mengolah lahan pertambangan tersebut hingga pada tahun 1950-an salah satu mandor yang berasal dari jakarta pun membuka pertambangan tersebut. Pada tahun 50-an ini pertambangan di Kliripan ini diusahakan oleh rakyat di bawah pimpinan B.O.E.D.I (Badan Oesaha Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta). Sedangkan Pada tahun 1964 setelah sekian lama tertutup akhirnya dibuka kembali oleh pihak ITB (Institut Teknologi Bandung) sebagai pengelola tambang tersebut selama beberapa waktu hingga 1965 pihak ITB pun memutuskan hubungan kerjanya dan pertambangan trsebut ditutup kembali. Menurut narasumber Mbah satimi dan Mbah Misoh hasil dari pertambangan tersebut biasaya dikirimkan ke Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota besar lain di Indonesia, namun kota yang paling sering dan paling banyak di kirim pertambangan adalah Surabaya sebab salah satu Pimpinan pegawai atau penambang yang paling terlama berasal dari Surabaya. Hasil tambang tersebut biasanya digunakan untk membuat isi bolpoin dan batu baterai yang dikelola oleh pabrik di luarkota. Sedangkan pegawainya berasal dari warga masyarakat kliripan dan sekitarnya dengan jumluah hingga +- 300 orang, dengan sistem penambangan setiap hari selama 24 jam bergilir mulai dari pagi sampai jam 2 siaang, lanjut sift jam 2 sampai jam 9 malam dan terakhir dari jam 9 malam hingga fajar menjulang. Dengan bayaran setiap bulan Rp. 17,’00- pada tahun 1940-an dan Rp.70-, pada tahun 1970-an yang berada di luar terowongan dan Rp. 80/90 untuk pegawai yang berada di dalam terowongan.. Diantara nama-nama terowongan tambang tersebut adalah holiday, sunarto, rifin, TB, dll sesuai dengan pembuka lahan tambang tersebut. Hingga tahun 2017 diyakini pemilik dari goa tersebut adalah pak giri. Namun menurut Mbah Misoh pemilik tersebut ingin menjadikannya kembali sebagai tempat wisata dan bukan sebagai lahan pertambangan Mangan/Manhan lagi, dan rencana akan dibuka kembali setelah Bandara Pesawat Kulonprogo sudah dibangun dan diselesaikan.
Selain keberadaan pertambangan manhan juga dalam sisi mistik kebaradaan tambang tersebut khusus di patuk tawing ada ikan besar yang dipercaya sebagai penjaga dari patuk tersebut dan beberapa wargapun sesekali ditemui oleh ikan tersebut dan Mbah Bimo Kunting, Selain segi isi pertambangan dan folosofian Manhan tersebut, dari sisi religiusitas dan kerohanian goa tersebut banyak makhluk halus dan pertapa handal yang bercengkrama di goa tersebut, seperti Pak Ruwah dan Pak Mantan. Pak Ruwah merupakan salah satu warga yang mencoba untuk bertapa demi mendapatkan pusaka keris di sebelah selatan goa manhan tersebut dan gagal dalam pertapaan dengan menghasilkan besi sebesar jempol manusia, usai pertapaan tersebut ternyata pak ruwah menjadi seorang pandai besi terkenal dengan hasil karyanya yakni peralatan seperti keris, pedang, belati, parang, dan bendo (parang jawa). Lain hal dengan Mbah mantan yang menurut cerita beliau tidaklah gagal dalam bertapa untuk mendapatkan pusaka keris sumur pertambangan tersebut, beliau berhasil mendapatkan pusaka yang bernama keris ulo welang. Berdasarkan narasumber dijelaskan jika syarat untuk mendapatkan pusaka terebut saat itu ada dengan menyembah/sujud pada keris tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian keris tersebut dapat bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit warga sekitar kliripan tersebut dan dilanjutkan oleh keturunan Mbah Mantan hingga saat ini. Walau sebagian pusaka sudah terambil dan kini disimpan di keraton Ngayogyokarto namun diyakini sekarang pusaka yang sama masih ada dan bahkan lebih kuat dari keris ulo weleng sebab ia merupakan pasangan antara keris yang berada di goa tersbut berjenis laki-laki sedang pasangan perempuannya berada di laut selatan. Tempat penambangan manhan tersebut sejak zaman belanda ternyata sudah ada dan sebagian sudah dikelolanya, dengan bentuk lokasinya seperti sumur air pada umumnya tegak lurus, namun sejak tahun 70an bentuk lokasi semakin berubah dengan bentuk sumur yang agak sedikit miring dan menyender dengan tujuan lebih mudah untuk dijangkau oleh para penambang masyarakat yang turut serta dalam rangka penambangan manhan tersebut.
Pada saat ini semua pintu masuk gua dan sumur pertambangan manhan tersebut sudah tertutup semua, mulai dari bebatuan, himpunan tanah dan juga pepohonan yang tumbuh di sekitar pintu ataupun lubang pertambangan tersebut. Walau semua pintu masuk sudah tertutup akan tetapi masyarakat meyakini di dalam gua tersebut masih banyak hasil pertambangan yang bisa memberi kehidupan oleh masyarakat sekitar klripan.

Hampir sebagian besar masyarakat Dusun Kliripan menyatakan bahwasanya keadaan perekonomian saat pertambangan manhan masiih ada dibandingkan ketiadaannya jauh lebih makmur saat tambang tersebut masih beroperasi, sebab setiap waktunya sudah pasti ada pemasukan setiap waktunya lebih terjamin dan hamir semua masyarakatnya bekerja sebagai buruh tambang manhan baik laki-laki ataupun perempuan.w
Sejarah singkat situs sejarah tambang mangaan yang terletak di dusun Kliripan Hargorejo, Kokap Kulon Progo Yogyakarta. Tambang tersebut sudah ada sejak jaman Hindia Belanda yang berbentuk Konsensi atau …… milik keluarga H.W.VAN DOLFSEN. Penduduk jawa sering menyebutnya Pandose. Keberlangsungan tambang tersebut berdiri atas hak kuasa yang diberikan oleh G.P.A Mangkubumi dengan surat keputusan Gubernur Jendral No.26 Tanggal 12 September 1893 untuk wilayah kliripan dengan jangka waktu 75 tahun. Konsensi tersebut berlangsung sampai tahun 1968. Pada perjalanannya tambang Mangaan tersebut hanya beroperasi sampai tahun 1917, sedangkan para penambangnya berhenti sejah tahun 1910. ….. kemudian pada tahun 1916 perusahaan Mangaan tersebut dilelang dan dibeli oleh A.I.M.E ( Algemene Indische Mijnbouw Explotatie) , kemudian pengembangannya baru dimulai pada tahun 1918.
Pengoperasian Tambang Mangaan yang baru beroperasi dengan diberikannya kuasa Penambangan di wilayah kliripa dengan surat keputusan Sultan Jogjakarta No. 1 tanggal 4 Oktober 1917 dan surat keputusan gubernur jenderal No. 57 tanggal 22 November 1918 yang disebut dengan KONSENSI KLIRIPAN. maka dengan Konsensi tersebut Tambang Mangaan beroperasi kembali. Pada saat itu Tambang Mangaan Kliripan dipimpin oleh beberapa orang asing dari Belanda antara lain : VANDER HOOCK, Tuan KOVTEN, Tuan MASSINES, Tuan COEP PIET ( Penduduk biasa memanggil CEPET). Tetapi pada tahun 1930 perusahaan ini Goyang kedudukannya karena politik dagang A.I.M.E mendapat saingan tambang Mangaan dari “Karang Tunggal” yang berada di dekat Tasik Malaya, akibatnya A.I.M.E di Kliripan ditutup untuk memajukan perusahan yang berada di Karang Tunggal. Padahal menurut penelitian mutu Mangaan, Mutu produksi Mangaan Kliripan lebih baik dari pada Mutu produksi tambang Mangaan Karang Tunggal. karena sebab itu IR.TERMIJN sebagai Direktur A.I.M.E mengadakan pembebasan buruhnya secara besar-besaran. Keadaan tersebut berlangsung sampai pada bala tentara Dai Nippon (Jepang) datang ke Indonesia.
Ketika Jaman pemerintahan Jepang di Indonesia, tambang Mangaan tersebut kembali dilanjutkan. Semua pegawai yang dulu pernah bekerja dipekerjakan kembali kecuali pegawai dari bangsa Eropa. Diantara pegawai tersebut terdapat seorang bansa Tionghoa selaku bendaharawan, dia bernama JANG PING ( penduduk menyebut Tuan YAN PIN. Jika masih hidup menurut informasi beliau tinggal di Cilacap, pada saat itu pembelian Mangaan dari rakyat untuk tiap 1 Blek dibeli dengan harga menurut mutunya. Harga tersebut dari rentang kuwalitas rendah ke tinggi yaitu Rp 0,25 - Rp 0,40 - Rp 0,80 / Blek. kemudian ketika Indonesia Merdeka pada tahun 1945, bersamaan itu pula Penambangan Mangaan oleh Jepang di hentikan. Selanjutnya dikerjakan oleh Rakyat dibawah pengawasan S.B.T.N.I ( Serikat Buruh Tambang Negara Indonesia) yang berpusat di Magelang. Pada saat itu keadaan mesin yang tertinggal masih utuh dan baik, sehingga Tambang Mangaan masih tetap berjalan dengan lancer. Namun keadaan tersebut hanya bertahan sampai tahun 1948 karena tidak ada pengawasan. Sehingga saat pecah perang dengan Belanda ke II (Clash II) seluruh bangunan dan pabrik dibumi hanguskan, dan pada saat itu masih ada produksi sekitar 8000 Ton Mangaan, sisa tersebut oleh pemerintah dijual kepada P.T TAT SENG di Jakarta.
Pada tahun 1950 tambang Mangaan di Kliripan diusahakan oleh rakyat dibawah pimpinan B.O.E.D.I ( Badan Oesaha Ekonomi Daerah Istimewa Jogjakarta) yang digiatkan oleh pihak pamong praja baik daerah tingkat II, Kepanewon maupun Pamong Kelurahan. Modal yang dimiliki untuk melanjutkan tambang Mangaan di Kliripan tersebut sebanyak 150 Ton Mangaan hasil usaha dari Rakyat. Namun belum sampai penambangan berjalan lancer sudah terdesak / dikuasai oleh PERBEPSI ( Persatuan Bekas Pejuang Seluruh Indonesia) yang mengaku usaha dari bekas pejuang. Sehingga terjadi perebutan kekuasaan hingga sampai bentrok fisik antara pegawai B.O.E.D.I dengan PERBEPSI dan pihak B.O.E.D.I kalah bahkan salah satu pegawainya terbuka, dan segala hasil usaha B.O.E.D.I diambil alih oleh PERBEPSI, sebelum terjadi perebutan kekuasaan tersebut, B.O.E.D.I dapat mengusahakan mangan selama 4 bulan yang hasilnya sebanyak sebagai berikut :
  • 1 hari 10 Ton Mangaan
  • Pembelian 1 blek berisi 35 kg Mangaan dibeli sesuai mutunya dari Rp 1,25 sampai dengan Rp Rp 1,75,-
  • 1 ari melibatkan sekitar 200 orang pekerja baik laki-laki maupun perempuan.
Penambangan Mangaan oleh pihak PERBEPSI ini hanya berlangsung hingga tahun 1953 dan telah menghasilkan sebagai berikut :
  • 1 bulan sekitar 1000 Ton tetapi ada Mangaan dari daerah lain sekitar dusun Kliripan.
  • Penduduka pemilik tanah diberi kerugian sebesar Rp 0,10 – per blek
  • Pembelian dari buruh setiap 1 blek menurut mutunya antara Rp 2,25 – s/d Rp 3,50 ,-
Penambangan Mangaan oleh PERBEPSI berhenti pada tahun 1954 diakrenakan tindakan dari para pemimpin yang tidak disukai oleh rakyat, maka pada tahun 1954 berdiri PT.GAMELAN yang mendapat kekuasaan penuh dari A.I.M.E . untuk mengupayakan tambang Mangaan di dusun Kliripan agar dapat tetap berjalan PT.GAMELAN berupaya untuk mendapatkan dukungan penuh dari rakyat. Penambangan Mangaan selama dibawah PT.GAMELAN berjalan sampai tahun 1956, selama pertambangan Mangaan Kliripan dibawah PT.GAMELAN memberikan kebijakan terhadap warga Kliripan sebagai berikut :
  • 1 blek dibeli seharga antara Rp 3,75,- s/d Rp 4.25 sesuai mutu hasil tambang Mangaan
  • Penduduk pemilik tanah diberi kerugian antara Rp 0.50,- s/d Rp 0,75,- per blek.
pada tahun 1956 PT.GAMELAN berhenti melakukan pertambangan Mangaan di Kliripan, hal itu dikarenakan pada saat itu pertambangan Mangaan di Kliripan terdapat pesaing usaha baru yang tidak mendapat ijin resmi namun lebih mendapat dukungan dari masyarakat karena kepemimpinannya, yaitu PT B.U.K.R. Setelah PT.GAMELAN, tambang Mangan Kliripan dikelola oleh PT.B.U.K.R (Badan Usaha Kemakmuran Rakyat) yang tidak mendapat kuasa / ijin dari A.I.M.E dan juga ijin dari pemerintah Desa Daerah Istimewa Jogjakarta. Padahal beberapa Pamong kelurahan yang ikut serta menjadi pengurus PT.B.U.K.R namun karena kecakapan gaya kepemimpinan dari PT.B.U.K.R, maka PT.GAMELAN jatuh tersingkir akibat kalah persaingan dengan PT. B.U.K.R. dalam perjalanannya PT.B.U.K.R mendapatkan bantuan uang untuk modal / pangkal usaha dari PT.SUWARNO di Jakarta ( perusahaan asing milik bangsa Tionghoa) yang bertindak selaku pembeli tunggal dari hasil Mangaan PT.B.U.K.R
selama dalam kepemimpinan PT.B.U.K.R pertambangan Mangaan Kliripan sangat maju dan dapat memberi sumbangan kepada kelurahan Hargorejo sebesar Rp 100.000,- per tahun dari hasil keuntungan penjualan Mangaan dengan rincian sebagai berikut.
  • Untuk Mutu No.3 per Ton Rp 2,50 ,-
  • Untuk Mutu No.2 per Ton Rp 5,-
  • UNtuk Mutu No.1 per Ton Rp 10.-
Untuk memajukan PT.B.U.K.R, kemudian menetapkan kebijakan harga pembelian dan memegang Monopoli dari pengusa Mangaan yang ada di Kliripan khususnya kelurahan Hargorejo. Ketentuan pembelian Mangaan pada waktu itu adalah sebagai berikut :
  • 1 Blek dibeli dengan kisaran harga Rp 3,25,- s/d Rp 5.50,-
  • Penduduk pemilik tanah diberi kerugian antara Rp 1,- s/d Rp 1,25,- per blek
  • Pembelian dari pencari batu Mangaan di Kliripan sebagai berikut :
    • Mutu 47% Mangaan per Ton Rp 300,-
    • Mutu 45% Mangaan per Ton Rp 275,-
    • Mutu 42% Mangaan per Ton Rp 230,-
    • Mutu 40% Mangaan per Ton Rp 190,-
Ketentuan harga tersebut sudah dipampangkan dipinggir jalan-jalan sebagai informasi harga Mangaan. Selanjutnya setiap pengiriman hasil tambang Mangaan ke Luar wilayah Hargorejo, PT.B.U.K.R memberi kontribusi kepada pemerintah Daerah Tingkat II Kulon Progo sebesar Rp 15,- per ton Mangaan. Hasil tambang mangaan tersebut selanjutnya di Eksport ke Negara Jepang. Kemudian pada tanggal 1 Februari 1959, Pemerintah Daerah istimewa Yogyakarta mengeluarkan pengumuman yang isinya menyatakan bahwa semua pertambangan yang ada di Indonesia di kuasai Oleh Negara. Hal itulah yang menyebabkan PT.BUKR berhenti.
Setelah PT.BUKR berhenti, pertambangan Mangaan di Kiiripan dikelola oleh PD (Perusahaan Daerah) yang merupakan perusahaan milik Daerah. Dan berlangsung sekitar tahun ….. karena ketidak mampuan modal dalam penguasaannya. Maka kemudian pada tahun …… dikerjakan oleh perusahaan swasta yaitu PT.PWK ( Pertambangan Wonokembang-Kliripan). kegiatan ini berakhir pada tahun …. Kemudian dilanjutkan oleh ITB dan berakhir pada tahun ….. setelah ITB berhenti. Masuk perusahaan PPTM (……..) kegiatan penambangan ini berlangsung hingga tahun 1982.
Oleh karena keterbatasan SDM masyarakat dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah sehingga bekas tambang tersebut dibiarkan bahkan banyak peralatan yang hilang seperti missal : Bekas Jalur Rel Lori dari Stasiun Pakualaman Kriyan sampai Kliripan, Bekas Lori Alat Angkut Batu Mangaan dan juga bekas bangunan rumah tinggal orang asing (Belanda) yang tersisa hanya pondasinya saja karena dibumi hanguskan (Kejadian Clash II) dan juga banyak terowongan sisa penambangan jaman Belanda yang sengaja diurug / ditimbun lagi saat terjadinya G.30.S / PKI karena takut lobang / terowongan tersebut akan dimanfaatkan PKI untuk membunuh para pejabat.
Dan saat ini hanya tersisa tinggalan sejarah pertambangan berupa 2 terowongan Horisontal yang terkenal dengan nama terowongan HOLYDAY dan terowongan SUNOTO karena penambangan pembuatan terowongan sisa belanda ini dilanjutkan oleh Ir.SUNOTO serta 1 terowongan Vertikal yang ketiganya terowongan tersebut Lorongnya saling berhubungan dan jaraknya sekitar 700M.
By; 
Team KKN 93 kel. 276 UIN Sunan Kalijaga 2017

1 komentar: