DEKLA
YANG
KANDAS
Bergulir waktu senantiasa
membinasakan mata manusia
Hembusan angin tak hentihentinya
menyambar pepohonan penuh
Putaran bumi pun tak dapat
menghalangi edaran mentari dunia
Dengan iringan tarian tradisional
prodak lokal
Perjumpaan kita memang tak pernah
direncanakan
Perasaan inipun tak dapat lagi tuk
digugurkan
Hingga terus bertarung melawan
kenyataan
Duhai adek jelita
Wajahmu menandai rembulan yang tak
pernah padam
Senyummu tak pernah luntur walau
terkena sisnar mentari dan kerasnya hujan
Namun mengapa kini
kau gugur tanpa sebab
Dan mundur dengan
penuh rasa engab
Bukankah dulu ku
sudah menuturkan betapa wajahmu sangat mengkilap
Menyinari setiap
langkah yang tak pernah menyerah tuk menjaga setiap rasa yang
terdalam padamu
Padahal namamu
telah ku sowankan pada pohon rindang di lauhul mahfudz
Dan berlanjut
dalam setiap do’a namamu ku sebut
Juga dzikir
bayangmu yang selalu ku renung
Menjelma setiap
lantunan ilahi yang tak mengenal rasa bingung
Menghantui realita
yang penuh gelisah dan kegundahan pada Tuhan
Sebab manusia
realita dan kehiduapan adalah firman dari sang Tuhan
Begitu juga dengan
kasih sayangku padamu juga bagian dari berjuta firman
Yang abadi walau
tertelan waktu dan tertimbun zaman yang menghasut setiap kepribadian
.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar