Selasa, 24 Oktober 2017

dekla

DEKLA YANG KANDAS


Bergulir waktu senantiasa membinasakan mata manusia
Hembusan angin tak hentihentinya menyambar pepohonan penuh
Putaran bumi pun tak dapat menghalangi edaran mentari dunia
Dengan iringan tarian tradisional prodak lokal
Perjumpaan kita memang tak pernah direncanakan
Perasaan inipun tak dapat lagi tuk digugurkan
Hingga terus bertarung melawan kenyataan
Duhai adek jelita
Wajahmu menandai rembulan yang tak pernah padam
Senyummu tak pernah luntur walau terkena sisnar mentari dan kerasnya hujan
Namun mengapa kini kau gugur tanpa sebab
Dan mundur dengan penuh rasa engab
Bukankah dulu ku sudah menuturkan betapa wajahmu sangat mengkilap
Menyinari setiap langkah yang tak pernah menyerah tuk menjaga setiap rasa yang terdalam padamu
Padahal namamu telah ku sowankan pada pohon rindang di lauhul mahfudz
Dan berlanjut dalam setiap do’a namamu ku sebut
Juga dzikir bayangmu yang selalu ku renung
Menjelma setiap lantunan ilahi yang tak mengenal rasa bingung
Menghantui realita yang penuh gelisah dan kegundahan pada Tuhan
Sebab manusia realita dan kehiduapan adalah firman dari sang Tuhan
Begitu juga dengan kasih sayangku padamu juga bagian dari berjuta firman
Yang abadi walau tertelan waktu dan tertimbun zaman yang menghasut setiap kepribadian
.........



Tidak ada komentar:

Posting Komentar