Daftar isi
Halaman sampul . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .3
Halaman Abstrak . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .4
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 4
Latar Belakang . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 5
Metodologi . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 9
Hasil dan Pembahasan . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .16
PENDIDIKAN
BERBASIS USWAH DI MADRASAH (MTs N 4 SLEMAN YOGYAKARTA)
Moh.
Zaki Jamaludin
Mahasiswa Pendidikan
Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl.
Marsada Adisucipto Yogyakarta
Email
: zakigusningla@gmail.com
Abstrak
MOH. ZAKI JAMALUDIN 14410069,
Pendidikan Usawah di
Madrasah, karya
ilmiah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga, 2017. Beberapa hal yang menjadi latar belakang tulisan ini
ada adalah realita yag terjadi di MTs N 4 Slema Yogyakarta, yakni
adanya berbagai macam kegiatan yang dianggap oleh peneliti hal
tersebut dapat menjadi sarana prasarana dalam menciptakan generasi
yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Selain itu juga
menjadikan siswa sangat peka dan peduli terhadap dunia sosial dan
juga guyub rukun antar sesama warga madrasah. Terlebih sebagai guru
BK dan Pendidikan Agama Islam disana sangat memiliki pengaruh
terhadap perkembangan anak, terlebih dalam hal karakter, perilaku,
dan kebiasaan siswa dalam kesehariannya di madrasah.
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan data lapangan, kemudian dipadukan
dengan beberapa teori penelitian sehingga dapat menghasilkan karya
ilmiah yang berfungsi di dunia pendidikan. jenis pemelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan sosiologis
kultural dalam pendidikan.
Kata
kunci :
madrasah, pendidikan
uswah
Pendahuluan
Latar Belalakang
Manusia merupakan salah satu makhluk
Allah SWT dengan wujud dan susunan paling berbeda dengan makhluk
yanglainnya, yang mana salah satu kelebihan dari mereka adalah dengan
diberikanya akal pikiran dan juga hati nurani sebagai tanda
kesempurnaan dari selain makhlukNYA. Dalam Al Qur’an surat al
baqarah; 30 Allah SWT menjelaskan yang namanya manusia adalah
khalifah di bumi atau sering disebut dengan khalifatullah
(perwakilandariAlah
SWT di bumialamsemestaini) sehingga sebagai perwakilannya tentu
mereka memerlukan suatu hal sebagai bekal untuk memelihara bumi ini.
Romo K.H. Hasyim Asy ‘Ari menyatakan bahwasanya manusia merupakan
sosok makhluk yang memiliki lima prinsip yaitu hifdzhuddiin,
hifdzul ‘Aql, hifdzhunNasl, hifdzhulmaal, dan hifdzhunnafs. Oleh
karenanya dalam memenuhi semua prinsip tersebut dan semua definisi
yang ada maka satu hal yang harus dipenuhi oleh semua manusia adalah
pengalaman pendidikan.
Sebagai manusia yang yang beragama,
berbangsa dan bernegara tentu saja memiliki beberapa aturan yang
hendaknya dilaksanakan oleh setiap individu maupun kelompok yang
hidup didalamnya, selain itu juga kita memiliki pedoman yang akan
lebih baik dan bahkan harus dilakukan saat kita melaksanakannya
sebagai orang yang beragama dan pemilik imam kehidupan sebagaimana
terdapat dalam Al qur;an dan juga hadits Rasulullah SAW serta
beberapa imam pemikir islam yang telah bersepakat dalam beberapa
hukum islam tentang akhlaq dan perbuatan baik sebagai pengembang dan
penghias kehidupan yang aman tentram. Sebagai mana sabda Nabi
Muhammad SAW;
عن
عبدالله بن عمربن العاصى رضي الله عنهما
قال لم يكن رسول الله صلعم فاحشا ولا
مثفحشا وكان يقول ان من خياركم احسنكم
اخلاقا متفق عليه
“dari Abdullah bin amr bin al
‘ash r.aiaberkata “”Rasulullah SAW bukanlah orang yang kotor
baik kata ataupun tindakanny dan bukan hanya orang yang sengaja
hendakberbuat kekotoran” Beliau SAW bersabda “sesugguhnya
termasuk dalam golongan orang-orang yang terpilih diantara kalian
adalah yang akhlaknya baik””.
(muttafaqun’alaih)
Dari keterangan tersebut dapat
diambil inti pengajaran bahwasanya ketika seorang manusia itu
memiliki akhlak yang baik ia dapat mencapai tingkatan sebagai orang
terpilih dan juga orang mencontoh pada Nabi Muhammad SAW dalam segala
hal terlebih bidang akhlaknya. Selain itu para sahabat memang
menyaksikan bahwasanya Rasulullah memangbukan orang yang memilliki
sifat yang kotor baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sehingga
sebagai manusia yang mengaku umatnya dan ingin di akui oleh beliau
paling tidak kita bias meniru ataupun mencontoh apa yang telah
diuswahkan nabi
Muhammad SAW agar berkhlakul karimah dan bertutur kata yang penuh
sopan santun. Selain itu memang sangatlah banyak pengakuan Nabi
berkaitan dengan nasihat beliau kepada umatnya sehingga bias
dicontohkan manusia secara baik dan sesuai, tentang akhlak yang
seharusnya semakin lama semakin baik dan juga semakin sempurna.
انما
بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
“Sesungguhnya saya diutus adalah
untuk menyempurnakan akhlak”
Hal tersebutlah yang seharusnya
menjadi landasan kita kenapa kita harus memiliki akhlak yang bijak
dan juga tutur kata yang sesuai. Kata sempurna dalam redaksi tersebut
bukanlah makna yang diambil secara tekstual melainkan kontekstualan
akhlak sempurna ibaratkan sebagai akhlak yang baik dan semakin baik
seiring dengan berjalannya waktu karena diutusnya seorang rasul
adalah mengemban visi yang seharusnya pada masa sekarang harus
diperhatikan kembali yakni berkaitan dengan akhlakul karimah yang
sebenarnya. Disisi lain sebagian manusia mengatakan akhlak tidaklah
penting lagi bagi generasi masa sekarang, namun bagi mereka yang
terpenting adalah pengembangan bakat minat seorang anak dan juga
skill yang dimilikinnya sehingga dengan bermodal ketrampilan yang
mumpuni dianggap dapat mengarahkan kehidupan yang lebih baik lagi.
Padahal hal yang demikian adalah kekliruan yang selama ini tidak
dirasakan oleh kita semua, sehingga kebanyakan orang pada masa
sekarang mengejar ketrampilan dan meninggalkan aspek akhlakul karimah
sehingga timbullah beberapa fenomena alam baik antara subyek anak
dengan teman dan lingkungan serta fenomena yang negatif antara anak
dengan orang tuanya sendiri, seperti penganiayaan, pemaksaan
kehendak, dan bahkan sampai pada tindak pemerkosaan dan pembunuhan.
Oleh karenanya pemdidikan akhlak sangatlah diperlukan dan penting
pada perkembangan setiap anak lewat teladan atau uswah yang diberikan
oleh setiap subyek pendidikan sehingga dalam proses ataupun hasilnya
kelak sang anak dapat mengaplikasikan pendidikan yang didapat dari
lembaga pendidikan dan mengaplikasikan moral dalam sivitas kehidupan
yang bermoral dan berkahlakul karimah terhadap sesama, lingkungan dan
juga orang tua. Teladan yang baik dan dilakukan secara istiqomahakan
melahirkan prodak yang sesuai dengan apa yang seorang subyek
contohkan, sehingga kami menggunakan kata uswahbukan
yang lain karena dengan kata uswah tersebut besar harapan kami subyek
pendidikan kelaknya melakkan nasihat dan mencontohkan/memberi teladan
yang baik sesuai dengan apa yang telah disampaikan.
Dekadensi moral dan juga rusaknya
tatanan pendidikan yang sudah tidak ada lagi rasa ta’dhim dari
siswa kepada gurunya tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi orang
yang faham dan mengerti terkait dengan dunia pendidikan dan betapa
pentingnya pendidikan bagi seorang anak. Begitu juga dengan proses
pendidikan, tidak hanya terjadi di sekolah ataupun madrasah saja,
melainkan harus berlanjut sampai dirumah sehingga akan berjalan terus
menerus dan cepat melekat padadiri sang anak tersebut.
Uswah
dalam KBBI diartikan suatu teladan/contoh secara faktual bukan narasi
dan dilaksanakan secara continue kemudian ditirukan oleh setiap obyek
yang ditentukan yakni siswa-siswi yang berada di sekitarnya.
Informasi tentang akhlak yang diperoleh oleh siswa melalui uswah yang
diperankan oleh para subyek pendidikan kemudian harapannya nilai yang
diterima oleh para siswa dapat diterapkan/diaplikasikan dalam setiap
kehidupan pribadi mereka baik dengan diri sendiri, teman, lingkungan,
keluarga maupun orang tua. Selanjutnya kata aplikasi moral dalam
judul tersebut dmaksudkan sebagai umpan/pancingan pembahas sebagai
wujud penerapan dari nilai yang dirubah dalam sebuah bentuk action
dan tingkah laku secara real dan diharapkan hal tersebut berlaku
untuk semua kalangan, dalam artian nilai yang didapatkan dari uswah
para Guru tersebut saat dilebur mejadi apliksi moral tidak hanya
mengandung pengertian dan pemahaman, melainkan sebagai wujud asli
subyek moral tersebut yang menjadi salah satu produk pendidikan
akhlak bersama. Diantara aspek yang menjadi awal terbentuknya
akhlakul karimah yakni dengan memulai dari hal yang kecil untuk
diteladankan seperti tatacara mulut kita berbicara dengan baik
sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui imam Bukhori
Muslim;
من
كان يؤ من بالله واليومالاخر فليقل
خيرااوليسمت
“Barang siapa beriman kepada
Allah SWT dan hari akhir maka katakanlah yang baik atau diam”
Oleh karenanya pendidikan akhlak yang
memadai seharusnya bisa diterima oleh setiap peserta didik/obyek
pendidikan bukan lagi dalam bentuk narasi yang digambarkan seluruh
sivitas akademik, akan tetapi teladan yang nyata dan faktuallah
seharusnya yang dilakukan. Sehingga dengan mengutamakan karakter,
akhlak, atau kepribadian siswa maka output pendidikan bukan hanya
lagi mahir dalam akademik belaka melainkan mereka juga mulai faham
dan mengeri dengan skill ketrampilan serta bakat dan minat yang ada
pada dirinya masing-masing dalam rangka pengembangan pendidikan yang
penuh dengan kreatifitas dan kekulturalitas yang bernilai kebangsaan
yang ikhlas.
Ketika melihat dunia pendidikan yang
sudah sangat jauh dengan seharusnya, terlebih proses pendidikan Nabi
Muhamad SAW ketika mendakwahkan islam tidak hanya semata dengan
penyampaian tutur kata belaka, melainkan juga dengan menyampaikan
ajaran, memberi cotoh atau teladan, melatih kerampilan berbuat,
memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan kepribadian muslim yang benar sesuai
dengan tujuan pendidikan di bangsanya.
Dengan pendidikan yang berbasis uswah maka pembentukan dan pengadaan
output pendidikan yang berkarakterpun akan bisa terjadi dan
terwujudkan.
Magang 3 merupakan satuan langkah
menjelang akhir dalam pelatihan pembelajaran sebelum mahasiswa lulus
dari fakultas dengan berjasama antar Universitas dengan
sekolah.madrasah dilingkungan sedaerah. Hal ini juga berdasarkan
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sostem pendidikan
nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan peraturan
lain terkait pendidikan yang menegaskan peranan strategis guru dalam
peningkatan mutu pendidikan. Praktek pembelajaran di Magang 3 ini
merupakan tahap ketiga dari Magang 1 yakni observasi di
sekolah/madrasah, dilanjut Magang 2 praktek mengajar di fakultas dan
Magang 3 adalah praktek di sekolah/ madrasah selama hampir dua bulan
dengan melalui beberapa ketentuan layaknya menjadi seorang
pendidik/guru. Dengan prakek pembelajaran dan praktek menjadi
seorang guru dengan hidup di lingkungan sekolah, maka mahasiswa akan
belajar banyak terkait dengan nilai-nilai sosial dan juga dapat
melatih diri untuk terbiasa mengajar dan menyampaikan dari apa yang
sudah dipelajari dan difikirkannya.
MTs N 4 Sleman Yogyakarta tang
dulunya bernama MTs N Sleman Kota ini merupakan salaha satu madrasah
tertua ke empat di Sleman, hal itu terwujud dalam nama 1, 2, 3, dan 4
pada lebel sekkolahnya sejak beberapa bulan yang lalu. Merupakan
salah satu madrasah yang sudah mencoba dengan metode pendidikan yang
berbasis pembudayaan dan uswatun hasanah dari pendidik terhadap
peserta didik. Dengan demikian madrasah tersebut dapat menjadi salah
satu lembaga yang berperan dalam membentuk karakter bangsa dan
bersumbangsih dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan yang
berbasis kultural dan juga nasiioanalis namun tetap agamis.
Metodologi
Metodologi merupakan cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai sesuai
dengan apa yang dikendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam penentuan metodologi, peneliti harus terlebih dahulu menentukan
variabel yang akan diteliti sehingga penelitan itu berlangsung akan
terjadi keserasian antara metode dengan obyek yang akan dan sudah
diteliti.
Metode penelitia merupan suatu
langkah dan cara bagi seorang peneiti untuk mencari data dengan
berpedoman pada asumsi-asumsi dasar, pandangan filosofis dan
ideologis hingga isu-isu terkait obyek penelitian. Dalam melaksanakan
penelitian dan terjun lapangan banyak sekali metode-metode
berdasarkan sudut pandangnya seperti kualitatif, kuantitatif,
explorasi, verifikasi, dll. Namun pada kesempatan kali ini peneliti
mengambil metode penelitian berupa metode kualitatif. Menurut
Poerwandari (1998) metode kulitatif adalah penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman,
video, dll.
Penelitian ini bersifat kualitatif
yang mencakup deskripsi pengalaman sosial perilaku pelaku pendidikan
baik tulis, lisan, perbuatan.
Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan religius naturalistik yakni
suatu pendekatan yang digunakan dalam rangka pemahaman realita dengan
sudut pandang nilai keagaman yang mengalir secara spontan dalam diri
obyek penelitian tanpa diadakannya manivestasi oleh pihak yang
bersangkutan.
Pendekatan ini berupa pengamatan langsung di lapangan yang sesuai
dengan obyek penelitian secara asli dengan faktanya.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sumber
data utama yang dijadikan sebagai pusat pendapatan variabel-variabel
penelitian sehingga mendapatkan kausalitas data yang digarapkan.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa subyek penelitian
sebagai berikut:
Guru dan Kepala Sekolah terkait,
peneliti ingin mengetahui seberapa jauh sang guru dan kepala sekolah
memberikan suatu uswah/teladan yang baik dalam proses pendidikan
yang baik dan benar, apakah Guru dan Kepala sekolah sudah
menguswahkan hal yang baik atau belum.
Peserta Didik, sebagai sosok yang
berperan aktif dan calon prodak pendidikan akhlak maka peneliti
ingin mengetahui apakah peserta didik sudah dapat mengambil uswah
yang sudag diberikan oleh elemen pendidikan sekitar, dan bagaimana
proses transaksi pendidikan khlak beruswah yang mereka lakukan
tersebut.
Sivitas akademika, merupakan obyek
penelitian aktif sementara dan pemberi stimulus tentang perilaku
menghadapi atau berkomunikasi dengan orang lain terlebih kepada
peserta didik.
Metode Pengumpulan Data
Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1991)
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala/faktor kejadian dari obyek
penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara yang difahami dari sisi
konteksnya. Observasi dilakukan digunakan sebagai alat pemenuhan data
secara langsung pada lapangan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal/variabel dalam wujud catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dsb.
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data berupa sumber-sumber nin insani/ benda mati dengan
menggunakan fokus dan sub fokus penelitian.
Analisis Data
Merupakan suatu pengaturan data
penelti yang diperoleh dari lapangan secara sistematis baik
wawancara, observasi, menafsirkan dan menghasilkan suatu pemikiran,
pendapat, dan teori atau gagasan yang dibangun baru. Dalam analisis,
data diolah, diorganisir, dan dipecahkan dalam unit yang lebih
kecil.
Analisis dilakukan sebelum ke lapangan, saat dilapangan, dan juga
setelah meninggalkan lapangan. Analisis dibagi menjadi tiga alur,
yaki reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data berarti merangkum,
memilah hal yang penting/pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting dan membuang yang tidak perlu, reduksi ini juga disebut
dengan abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman data yang inti, mulain
proses, pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tidak
keluar dari tema yang sudah digariskan dalam penelitian. Dengan
demikian tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan
data yang diperoleh selama penggalian data di lapangan.
Penyajian data adalah proses
penyajian informasi yang tersusun dan memungkinkan adanya penarikan
kesimpulan. Hal dilakukan karena bisanya data yang diperoleh dari
penilitian kualitatif berupa narasi, sehingga perlu penyederhanaan
tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat
melihat gambaran keseluruhan/bagian-bagian tertentu dari gambaran
keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan
menyajikan data sesuaidengan pokok permasalahan yang diawali dengan
pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan.
Kesimpulan atau verikasi. Pada bagan
ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, ataupun perbedaan.
Kesimpulan ini dilakukan dengan penyesuaian subyek penelitian dengan
makna yang terkandung dengan konsep-konsep dalam penelitian
tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Sekilas MTs N 4 Sleman
Kampus MTs N 4 Sleman terletak di
jalan Purbaya 24, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55511, telpon (0274)868
176, email: mtsnslemankota@gmail.com.
Memiliki visi Taman ceriaku atau madrasah yang penuh adiwiyata
menjadi satu trend visi dari MTs N 4 Sleman sebab menjadi madrasah
teladan yang membudayakan lingkungan sekolah yang asri dan alami
sebagai sekolah adiwiyata 2018. Selain visi tersebut MTs N 4 Sleman
juga memiliki misi taqwa, mandiri, kreatif dan inofatif, berakhlak
mulia dan berwawasan lingkungan. Dengan dikepalai oleh Bapak Drs.
Mujiyono, M.Pdi dan waka kurikuluk Bapak Drs. H. AH. Al Arifin, M.Pd
bersama guru lainnya merencanakan suatu kurikulum yang berbeda dengan
Madrasah yang lain, yaknni dengan memberikan pendidikan secara
continue tanpa batas secara riil sehingga para siswa bisa langsunga
mempraktekan segalanya. Tujuannya agar siswa memiliki karakter dan
kepribadian tersendiri yang berkualitas. Selain itu di MTs N 4 sleman
juga ada kurikulum tahfidz sejak kelas VII hingga kelas IX dengan
diiringi belajar membaca alqur’an setiap harinya oleh pembimbing
masing-masing siswa. Satu hal yang menarik dari pak Mujiyono sebagai
kepala madrasah, berdasarkan wawancara DPL kami Ibu Dr. Eva Latipah,
S.Ag, M.Si, mennjelaskan terkait kurikulum tahfidz tersebut. Pak
Mujiyono menyatakan bahwasanya anak-anak yang memiliki hafalan
alqur’an pasti memiliki perbedaan dengan anak biasanya dan mereka
cenderung lebih cerdas sebab memiliki ingatan yang kuat. Selain itu,
dalam hal akademik mereka juga sangat berprestasi tinggi sehingga
menjadi nilai kebanggaan tersendiri. Beliau menyatakan ketika ada
calon siswa baru dan ketika ditanya anak itu memiliki hafalan
alqur’an maka bisa masuk ke MTs N 4 Sleman langsug tanpa seleksi
dan ujian. Dengan kurikulum pembiasaan shalat sunnah dluha’ ,
dzhuhur berjamaa’ah dan tadarus alqur’an setiap pagi dan ditutup
dengan pembacaan asmaul husna.
Realita Pendidikan di MTs N 4 Sleman
Proses kegiatan pendidikan di MTs N 4
Sleman berawal sejak jam 06.30 WIB di gerbang madrasah dengan
bersalaman pada Guru yang menjaga di gerbang tersebut dan diiringi
musik murottal alqur;an anak-anak sampai jam 07.00 WIB, kemudian
berlanjut tadarus bersama di kelas masing-masing disambung dengan
baca asmaul husna beserta doanya. Setelah itu lanjut pembelajaran
seperti biasanya sampai jam istirahat pertama. Beberapa hal yang
menarik di MTs N 4 Sleman ini adalah kedua waktu istirahatnya
digunakan untuk pemiasaan ibadah yakni istirahat pertama untuk shalat
dluha’ dan istirahat kedua untuk shalat dzhuhur berjama’ah
diikuti oleh guru dan juga para pegawai yang ada. Kegiatan tersebut
berjalan beriringan dengan kegiatan pembelajaran dankegiatan
penunjang bakat minat siswa sampai hari jum’at. Dan besok hari hari
sabtunya seluruh warga MTs N 4 Sleman diharuskan mengikuti kegiatan
senam pagi bersama sampai hampir jam 9, dan dilanjut dengan
pembelajaran seperti biasanya. Senam sehat tersebut diikuti oleh
seluruh siswa, guru dan pegawai dengan mendatangkan mentor senam yang
sangat ahli dibidangnya.
Berdasarkan hasil obrolan kami
bersama pak arifin sebagai waka kurikulum, dahhulu saat madrasah itu
masih bernama MTs N Sleman kota sempat terjadi suatu kegelisahan
tersendiri bagi pak arifin terkait dengan perilaku siswa yang semakin
hari ada kenakalan mereka, sehingga menjadikannya mengambil suatu
tindakan berdasarkan hasil musyawarah dengan pak Mujiyono dan para
guru dan dikeluarkannya surat keputusan wajibnya berpeci bagi siswa
di MTs N 4 sleman dengan harapan semakin meminimaisir perbuatan
negatif yag dilakukan sekaligus menjadi langkah mendidik
pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah. Disisi lain salah satu
hidden kurikulum lain yang bertujuan untuk membiasakan akhlakul
karimah adalah pembiasaaan 5S (senyum, sapa, sopan, santun, salam)
dimana semboyan tersebut dapat membiasakan probadi siswa yang
berkarakter dan pribadi yang baik. Yang lebih menarik lagi adalah
segala hal tersebut senantiasa dibarengi dengan contoh dan bimbingan
dari guru dan pegawai yang ada di MTs N 4 Sleman.
Berdasarkan penjelasan dan
penggambaran tersebut dapat dijelaskan terkait dengan proses
berlangsungnya kegiatan di madrasah yang pertama ada pembudayaan
shalat berjama’ah dzuhur dan dluha’, harapannya dengan seringnya
siswa bertemu antar satu dengan lainnya rasa sosial dan kekompakan
mereka semakin meningkat dan juga rukun serta terbiasa melakukan
ibadah dimanapun dan kapanpun mereka berada. Hal tersebut dibuktikaan
saat adanya acara ramah tamah dari MTs N Pangandaran, seluruh siswa
sangat kompak dalam menyambut tamunya tersebut walaupun diadakan
kompetisipun antar MTs N 4 Sleman tersebut dengan MTs N Pangandaran
mereka tetap berada dalam satu komando yang dipimpin oleh salah satu
kelas sembilan dan membawahi kelas 7,8 dan 9 sehingga terlihat kompak
dan seportifitas juga kejujuran dalam pelaksanaan beberapa kegiatan
yang dilombakan.
Salah satu perkataa dari bapak
arifin, yang sangat menarik adalah beliau menyampaikan bahwasanya
mendidik anak bukanlah hal yang mudah bahkan menjadi hal yang sangat
suliti ketika seorang guru dan pendidik hanya setengah-setengah
mendidik siswanya, dalam artian mereka hanya menyampakan ketika
berada di madrasah saja. Menurut bapak arifin mendidik anak zaman
sekarang harus penuh totalitas, dalam artian tida peduli dimanapun
tempatnya dan harus memiliki rasa saling mamiliki yakni murid dan
siswa adalah bagian dari guru, sehingga ketika seorang guru melihat
anak didiknya berbuat tidak sesuai dengan norma maka harus tetap
diingatkan walau tak mengetahui/melihat secara langsung, gagasan ini
sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait dengan
subyek yang bertanggungjawab dalam pendidikan anak didalanya ada
guru, yang mana seorang guru mengawasi siswa disekolah kemudian
memonitoring siswa saat di rumah dengan bertanya kepada orang tuanya
atau bahkan bertanya secara langsung terhadap siswa yang
bersangkutan. Hal demikian dibuktikan setiap harinya dengan
pertanyaan dari guru kepada siswa terkait shalat, mengaji, dan
lain-lain, ketika anak sudah melakukan maka guru tersebut akan
memotivasi anak untuk berbuat lebih dari apa yang sudah dilakukan.
Namun jika siswa belum melakukan apa yang ditanyakan guru maka guru
langsung memberi pengertian dan pengarahan untuk segera melaksanakan
apa yang di anjurkan itu, satu hal yang unik adalah mereka para guru
tidak hanya memberi nasehat melainkan memberi contoh dan teladan dari
perbuatan itu baik dari lingkungan, pendidik dan sebagainya.
Realita pendidikan lain di MTs N 4
Sleman adalah pembiasaan peduli lingkungan dengan menjaga kebersihan
dan juga menjaga lingkungan yakni dengan mengurangi sampah jajanan,
maka siswa diwajibkan untuk membawa piring dan juga gelas yang
digunakan untuk membawa dan menempatkan jajanan yang dibeli siswa.
Selain guru memeritahkan, namun para gurupun disana melakukan dengan
membuang sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan madrasah hingga
ketika mereka makan dan jajananpun mengurangi plastik-plastik dan
meminimalisir sampah dari apa yang mereka konsumsi, sehingga sistem
uswah yang hasanah di MTs N 4 Sleman tersebut sedikit demi sedikit
sudah mulai berlaku dan dibudidayakan oleh seluruh warga madrasah.
Terkait dengan hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW ;
النظافة
من الايمان
Artinya :
kebersihan adalah sebagian dari pada iman
Kebersihan
lingkungan yang terus menerus digalakkan oleh para pendidik dan
pegawai di MTs N 4 Sleman terus menerus dilakukan dengan membudi
dayakan teladan bukan hanya omongan. Sehingga para siswa lebih cepat
melakukannya walau diawali dengan paksaan dan juga hukuman namun itu
menjadi salah satu terlaksananya pendidikan uswah atau teladan bagi
para siswanya sehingga diharapkan ketika keluar dan lulus dari
sekolah mereka bisa membiasaknnya dalam hidup bermasyarakat.
Diantara beberapa
nilai uswah yang masih dilestarikan di MTs N 4 Sleman adalah tegur
sapa antar murid, guruu, ataupun pegawai. Satu hal penting dalam
nilai ini adalah dalam pelaksanaannya tidak memandang harus siswa
atau yang lebih muda yag mengawali, namun siapa yang pertama tahu
berjumpa dengan yang lain maka mereka yang memulai untuk menyapanya.
Disinilah satu unsur yang sangat yrgen untuk membiasakan diri
berkomunikasi sosial kapanpun dan dimanapun mereka berada. Terlebih
dengan membudayakan senyuman satu dengan yang lainnya semakin
menunjukkan rasa kekeluargaan sesama warga madrasah sekaligus juga
melaksanakan ajaran Rasulullah SAW :
تبسمك
صدقة
Artinya : senyummu
terhadap saudaramu adalah shadaqoh
Sebab melaksanakan
ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW diharapkan siswa yang
belajar di MTs N4 Sleman setelah lulus belajarnya tidak hanya menjadi
orang yang cerdas kognitif tetapi juga cerdas spiritual dan
psikomotorik, serta menjadi genarasi indonesia yang berkarakter.
Semua ajaran dan
pembudayaan kegiatan di MTs N 4 Sleman mulai dari adanya guru yang
berjaga di gerbang di pagi hari untuk menyambut dan bersalaman dengan
siswa, membaca alqur’an dan asmaul husna sebelum kegiatan
pembelajaran, shalat dluha dan dzhuhur berjama’ah, membudidayakan
membaca dan menghafal alqur’an, salam dan tegursapa, menjaga
kebersihan lingkungan, sterilitas sampah dari plastik, berperilaku di
kelas,lingkungan ataupun disaat makan merupakan menjadi salah satu
nilai kepribadian dari warga madrasah tersebut sebagai warga madrasah
yang cerdas psikologis dan psikomotorik dalam berkehidupan.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu
pembiasaan dari apa yang dikerjakan dengan harapan apa yang diajarkan
bisa melekat pada kebiasaan hidup baik secara pribadi ataupun hidup
sosial. Sedangkan uswah merupakan suatu contoh atau teladan yang
diberikan dengan praktek dan diawali dengan teori ataupun nasehat
sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah disampaikan.
Dalam pelaksanaannya seorang guru atau pendidik harus terus
mengiringi dan mengarahkan secara continue juga menganggaap siswa
sebagai bagian dari dirinya agar berjalan secara maksimal sesuai
dengan pemikiran beberapa tokoh seperti Ki Hajar Dewantara, sedang
ajarannya berdasarkan ajaran dari rasulullah yakni diutus untuk
menyempurnakan akhlak dan juga sebagai teladan yang baik. Dengan
demikian output dari MTs N 4 Sleman bisa dijadikan sebagai andalan
dalam bidang kepribadian dan teladan sebab proses pendidikan yang
sudah berlangsung hampir kurang lebih tiga tahun.
Dengan beberapa penjelasan dan
realita yang ada maka MTs N 4 Sleman sudah mulai menjalankan dan
membudayakan pendidikan uswah atau teladan, sehingga hubingan batin
antar warga semakin meningkat dan mulai berpartisipasi
Daftar Pustaka
https://idtesis.com/definisi-dan-jenis-jenis-metodologi-penelitian/
https://
azzuracie.wordpress.com/2013/04/25/pendekatan-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/
Drajat,
Zakiah, Ilmu
Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Latipah, Eva, Metode
Penelitian Pendidikan,
Yogyakarta: Deepublish, 2016
__________,
Pengantar
Psikologi Pendidikan,
Yogyakarta: Pedagogia, 2012
Zuhairini
& Ghofir, Abdul, Metodologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Malang: Universitas Malang, 2004
Misrawi,
Zuhairi. Hadratussyaikh
Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan,
Yogyakarta: Kompas, 2010
Marzuki,
A Choiran. 300
Hadits Fadhilah Amal Shaleh,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010
Rofik,
dkk. Buku
Panduan Magang III Tahun Akademik 2017/2018,
Yogyakarta: Unit Laboratorium Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2017