Jumat, 01 Desember 2017

Pendidikan

Daftar isi

Halaman sampul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
Halaman Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Metodologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Hasil dan Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16


PENDIDIKAN BERBASIS USWAH DI MADRASAH (MTs N 4 SLEMAN YOGYAKARTA)
Moh. Zaki Jamaludin
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsada Adisucipto Yogyakarta
Email : zakigusningla@gmail.com1

Abstrak
MOH. ZAKI JAMALUDIN 14410069, Pendidikan Usawah di Madrasah, karya ilmiah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2017. Beberapa hal yang menjadi latar belakang tulisan ini ada adalah realita yag terjadi di MTs N 4 Slema Yogyakarta, yakni adanya berbagai macam kegiatan yang dianggap oleh peneliti hal tersebut dapat menjadi sarana prasarana dalam menciptakan generasi yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Selain itu juga menjadikan siswa sangat peka dan peduli terhadap dunia sosial dan juga guyub rukun antar sesama warga madrasah. Terlebih sebagai guru BK dan Pendidikan Agama Islam disana sangat memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, terlebih dalam hal karakter, perilaku, dan kebiasaan siswa dalam kesehariannya di madrasah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data lapangan, kemudian dipadukan dengan beberapa teori penelitian sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang berfungsi di dunia pendidikan. jenis pemelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan sosiologis kultural dalam pendidikan.
Kata kunci : madrasah, pendidikan uswah

  1. Pendahuluan
  1. Latar Belalakang
Manusia merupakan salah satu makhluk Allah SWT dengan wujud dan susunan paling berbeda dengan makhluk yanglainnya, yang mana salah satu kelebihan dari mereka adalah dengan diberikanya akal pikiran dan juga hati nurani sebagai tanda kesempurnaan dari selain makhlukNYA. Dalam Al Qur’an surat al baqarah; 30 Allah SWT menjelaskan yang namanya manusia adalah khalifah di bumi atau sering disebut dengan khalifatullah (perwakilandariAlah SWT di bumialamsemestaini) sehingga sebagai perwakilannya tentu mereka memerlukan suatu hal sebagai bekal untuk memelihara bumi ini. Romo K.H. Hasyim Asy ‘Ari menyatakan bahwasanya manusia merupakan sosok makhluk yang memiliki lima prinsip yaitu hifdzhuddiin, hifdzul ‘Aql, hifdzhunNasl, hifdzhulmaal, dan hifdzhunnafs. Oleh karenanya dalam memenuhi semua prinsip tersebut dan semua definisi yang ada maka satu hal yang harus dipenuhi oleh semua manusia adalah pengalaman pendidikan.2
Sebagai manusia yang yang beragama, berbangsa dan bernegara tentu saja memiliki beberapa aturan yang hendaknya dilaksanakan oleh setiap individu maupun kelompok yang hidup didalamnya, selain itu juga kita memiliki pedoman yang akan lebih baik dan bahkan harus dilakukan saat kita melaksanakannya sebagai orang yang beragama dan pemilik imam kehidupan sebagaimana terdapat dalam Al qur;an dan juga hadits Rasulullah SAW serta beberapa imam pemikir islam yang telah bersepakat dalam beberapa hukum islam tentang akhlaq dan perbuatan baik sebagai pengembang dan penghias kehidupan yang aman tentram. Sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW;
عن عبدالله بن عمربن العاصى رضي الله عنهما قال لم يكن رسول الله صلعم فاحشا ولا مثفحشا وكان يقول ان من خياركم احسنكم اخلاقا متفق عليه
dari Abdullah bin amr bin al ‘ash r.aiaberkata “”Rasulullah SAW bukanlah orang yang kotor baik kata ataupun tindakanny dan bukan hanya orang yang sengaja hendakberbuat kekotoran” Beliau SAW bersabda “sesugguhnya termasuk dalam golongan orang-orang yang terpilih diantara kalian adalah yang akhlaknya baik””. (muttafaqun’alaih) 3
Dari keterangan tersebut dapat diambil inti pengajaran bahwasanya ketika seorang manusia itu memiliki akhlak yang baik ia dapat mencapai tingkatan sebagai orang terpilih dan juga orang mencontoh pada Nabi Muhammad SAW dalam segala hal terlebih bidang akhlaknya. Selain itu para sahabat memang menyaksikan bahwasanya Rasulullah memangbukan orang yang memilliki sifat yang kotor baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sehingga sebagai manusia yang mengaku umatnya dan ingin di akui oleh beliau paling tidak kita bias meniru ataupun mencontoh apa yang telah diuswahkan nabi Muhammad SAW agar berkhlakul karimah dan bertutur kata yang penuh sopan santun. Selain itu memang sangatlah banyak pengakuan Nabi berkaitan dengan nasihat beliau kepada umatnya sehingga bias dicontohkan manusia secara baik dan sesuai, tentang akhlak yang seharusnya semakin lama semakin baik dan juga semakin sempurna.
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Sesungguhnya saya diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak”4


Hal tersebutlah yang seharusnya menjadi landasan kita kenapa kita harus memiliki akhlak yang bijak dan juga tutur kata yang sesuai. Kata sempurna dalam redaksi tersebut bukanlah makna yang diambil secara tekstual melainkan kontekstualan akhlak sempurna ibaratkan sebagai akhlak yang baik dan semakin baik seiring dengan berjalannya waktu karena diutusnya seorang rasul adalah mengemban visi yang seharusnya pada masa sekarang harus diperhatikan kembali yakni berkaitan dengan akhlakul karimah yang sebenarnya. Disisi lain sebagian manusia mengatakan akhlak tidaklah penting lagi bagi generasi masa sekarang, namun bagi mereka yang terpenting adalah pengembangan bakat minat seorang anak dan juga skill yang dimilikinnya sehingga dengan bermodal ketrampilan yang mumpuni dianggap dapat mengarahkan kehidupan yang lebih baik lagi. Padahal hal yang demikian adalah kekliruan yang selama ini tidak dirasakan oleh kita semua, sehingga kebanyakan orang pada masa sekarang mengejar ketrampilan dan meninggalkan aspek akhlakul karimah sehingga timbullah beberapa fenomena alam baik antara subyek anak dengan teman dan lingkungan serta fenomena yang negatif antara anak dengan orang tuanya sendiri, seperti penganiayaan, pemaksaan kehendak, dan bahkan sampai pada tindak pemerkosaan dan pembunuhan. Oleh karenanya pemdidikan akhlak sangatlah diperlukan dan penting pada perkembangan setiap anak lewat teladan atau uswah yang diberikan oleh setiap subyek pendidikan sehingga dalam proses ataupun hasilnya kelak sang anak dapat mengaplikasikan pendidikan yang didapat dari lembaga pendidikan dan mengaplikasikan moral dalam sivitas kehidupan yang bermoral dan berkahlakul karimah terhadap sesama, lingkungan dan juga orang tua. Teladan yang baik dan dilakukan secara istiqomahakan melahirkan prodak yang sesuai dengan apa yang seorang subyek contohkan, sehingga kami menggunakan kata uswahbukan yang lain karena dengan kata uswah tersebut besar harapan kami subyek pendidikan kelaknya melakkan nasihat dan mencontohkan/memberi teladan yang baik sesuai dengan apa yang telah disampaikan.
Dekadensi moral dan juga rusaknya tatanan pendidikan yang sudah tidak ada lagi rasa ta’dhim dari siswa kepada gurunya tentu menjadi kegelisahan tersendiri bagi orang yang faham dan mengerti terkait dengan dunia pendidikan dan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang anak. Begitu juga dengan proses pendidikan, tidak hanya terjadi di sekolah ataupun madrasah saja, melainkan harus berlanjut sampai dirumah sehingga akan berjalan terus menerus dan cepat melekat padadiri sang anak tersebut.
Uswah dalam KBBI diartikan suatu teladan/contoh secara faktual bukan narasi dan dilaksanakan secara continue kemudian ditirukan oleh setiap obyek yang ditentukan yakni siswa-siswi yang berada di sekitarnya. Informasi tentang akhlak yang diperoleh oleh siswa melalui uswah yang diperankan oleh para subyek pendidikan kemudian harapannya nilai yang diterima oleh para siswa dapat diterapkan/diaplikasikan dalam setiap kehidupan pribadi mereka baik dengan diri sendiri, teman, lingkungan, keluarga maupun orang tua. Selanjutnya kata aplikasi moral dalam judul tersebut dmaksudkan sebagai umpan/pancingan pembahas sebagai wujud penerapan dari nilai yang dirubah dalam sebuah bentuk action dan tingkah laku secara real dan diharapkan hal tersebut berlaku untuk semua kalangan, dalam artian nilai yang didapatkan dari uswah para Guru tersebut saat dilebur mejadi apliksi moral tidak hanya mengandung pengertian dan pemahaman, melainkan sebagai wujud asli subyek moral tersebut yang menjadi salah satu produk pendidikan akhlak bersama. Diantara aspek yang menjadi awal terbentuknya akhlakul karimah yakni dengan memulai dari hal yang kecil untuk diteladankan seperti tatacara mulut kita berbicara dengan baik sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui imam Bukhori Muslim;


من كان يؤ من بالله واليومالاخر فليقل خيرااوليسمت
Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka katakanlah yang baik atau diam


Oleh karenanya pendidikan akhlak yang memadai seharusnya bisa diterima oleh setiap peserta didik/obyek pendidikan bukan lagi dalam bentuk narasi yang digambarkan seluruh sivitas akademik, akan tetapi teladan yang nyata dan faktuallah seharusnya yang dilakukan. Sehingga dengan mengutamakan karakter, akhlak, atau kepribadian siswa maka output pendidikan bukan hanya lagi mahir dalam akademik belaka melainkan mereka juga mulai faham dan mengeri dengan skill ketrampilan serta bakat dan minat yang ada pada dirinya masing-masing dalam rangka pengembangan pendidikan yang penuh dengan kreatifitas dan kekulturalitas yang bernilai kebangsaan yang ikhlas.
Ketika melihat dunia pendidikan yang sudah sangat jauh dengan seharusnya, terlebih proses pendidikan Nabi Muhamad SAW ketika mendakwahkan islam tidak hanya semata dengan penyampaian tutur kata belaka, melainkan juga dengan menyampaikan ajaran, memberi cotoh atau teladan, melatih kerampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan kepribadian muslim yang benar sesuai dengan tujuan pendidikan di bangsanya5. Dengan pendidikan yang berbasis uswah maka pembentukan dan pengadaan output pendidikan yang berkarakterpun akan bisa terjadi dan terwujudkan.
Magang 3 merupakan satuan langkah menjelang akhir dalam pelatihan pembelajaran sebelum mahasiswa lulus dari fakultas dengan berjasama antar Universitas dengan sekolah.madrasah dilingkungan sedaerah. Hal ini juga berdasarkan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sostem pendidikan nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan peraturan lain terkait pendidikan yang menegaskan peranan strategis guru dalam peningkatan mutu pendidikan. Praktek pembelajaran di Magang 3 ini merupakan tahap ketiga dari Magang 1 yakni observasi di sekolah/madrasah, dilanjut Magang 2 praktek mengajar di fakultas dan Magang 3 adalah praktek di sekolah/ madrasah selama hampir dua bulan dengan melalui beberapa ketentuan layaknya menjadi seorang pendidik/guru. Dengan prakek pembelajaran dan praktek menjadi seorang guru dengan hidup di lingkungan sekolah, maka mahasiswa akan belajar banyak terkait dengan nilai-nilai sosial dan juga dapat melatih diri untuk terbiasa mengajar dan menyampaikan dari apa yang sudah dipelajari dan difikirkannya6.
MTs N 4 Sleman Yogyakarta tang dulunya bernama MTs N Sleman Kota ini merupakan salaha satu madrasah tertua ke empat di Sleman, hal itu terwujud dalam nama 1, 2, 3, dan 4 pada lebel sekkolahnya sejak beberapa bulan yang lalu. Merupakan salah satu madrasah yang sudah mencoba dengan metode pendidikan yang berbasis pembudayaan dan uswatun hasanah dari pendidik terhadap peserta didik. Dengan demikian madrasah tersebut dapat menjadi salah satu lembaga yang berperan dalam membentuk karakter bangsa dan bersumbangsih dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan yang berbasis kultural dan juga nasiioanalis namun tetap agamis.


  1. Metodologi
Metodologi merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diharapkan7. Dalam penentuan metodologi, peneliti harus terlebih dahulu menentukan variabel yang akan diteliti sehingga penelitan itu berlangsung akan terjadi keserasian antara metode dengan obyek yang akan dan sudah diteliti.
Metode penelitia merupan suatu langkah dan cara bagi seorang peneiti untuk mencari data dengan berpedoman pada asumsi-asumsi dasar, pandangan filosofis dan ideologis hingga isu-isu terkait obyek penelitian. Dalam melaksanakan penelitian dan terjun lapangan banyak sekali metode-metode berdasarkan sudut pandangnya seperti kualitatif, kuantitatif, explorasi, verifikasi, dll. Namun pada kesempatan kali ini peneliti mengambil metode penelitian berupa metode kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) metode kulitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman, video, dll.8
Penelitian ini bersifat kualitatif yang mencakup deskripsi pengalaman sosial perilaku pelaku pendidikan baik tulis, lisan, perbuatan.




  1. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan religius naturalistik yakni suatu pendekatan yang digunakan dalam rangka pemahaman realita dengan sudut pandang nilai keagaman yang mengalir secara spontan dalam diri obyek penelitian tanpa diadakannya manivestasi oleh pihak yang bersangkutan.9 Pendekatan ini berupa pengamatan langsung di lapangan yang sesuai dengan obyek penelitian secara asli dengan faktanya.
  1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sumber data utama yang dijadikan sebagai pusat pendapatan variabel-variabel penelitian sehingga mendapatkan kausalitas data yang digarapkan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa subyek penelitian sebagai berikut:
  1. Guru dan Kepala Sekolah terkait, peneliti ingin mengetahui seberapa jauh sang guru dan kepala sekolah memberikan suatu uswah/teladan yang baik dalam proses pendidikan yang baik dan benar, apakah Guru dan Kepala sekolah sudah menguswahkan hal yang baik atau belum.
  2. Peserta Didik, sebagai sosok yang berperan aktif dan calon prodak pendidikan akhlak maka peneliti ingin mengetahui apakah peserta didik sudah dapat mengambil uswah yang sudag diberikan oleh elemen pendidikan sekitar, dan bagaimana proses transaksi pendidikan khlak beruswah yang mereka lakukan tersebut.
  3. Sivitas akademika, merupakan obyek penelitian aktif sementara dan pemberi stimulus tentang perilaku menghadapi atau berkomunikasi dengan orang lain terlebih kepada peserta didik.
  1. Metode Pengumpulan Data
  1. Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1991) observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala/faktor kejadian dari obyek penelitian.10 Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara yang difahami dari sisi konteksnya. Observasi dilakukan digunakan sebagai alat pemenuhan data secara langsung pada lapangan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
  1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal/variabel dalam wujud catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dsb.11 Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa sumber-sumber nin insani/ benda mati dengan menggunakan fokus dan sub fokus penelitian.12




  1. Analisis Data
Merupakan suatu pengaturan data penelti yang diperoleh dari lapangan secara sistematis baik wawancara, observasi, menafsirkan dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, dan teori atau gagasan yang dibangun baru. Dalam analisis, data diolah, diorganisir, dan dipecahkan dalam unit yang lebih kecil.13 Analisis dilakukan sebelum ke lapangan, saat dilapangan, dan juga setelah meninggalkan lapangan. Analisis dibagi menjadi tiga alur, yaki reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.14
  1. Reduksi data berarti merangkum, memilah hal yang penting/pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu, reduksi ini juga disebut dengan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman data yang inti, mulain proses, pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tidak keluar dari tema yang sudah digariskan dalam penelitian. Dengan demikian tujuan dari reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data di lapangan.
  2. Penyajian data adalah proses penyajian informasi yang tersusun dan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Hal dilakukan karena bisanya data yang diperoleh dari penilitian kualitatif berupa narasi, sehingga perlu penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan/bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuaidengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan.
  3. Kesimpulan atau verikasi. Pada bagan ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, ataupun perbedaan. Kesimpulan ini dilakukan dengan penyesuaian subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dalam penelitian tersebut.15


  1. Hasil dan Pembahasan
  1. Sekilas MTs N 4 Sleman
Kampus MTs N 4 Sleman terletak di jalan Purbaya 24, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55511, telpon (0274)868 176, email: mtsnslemankota@gmail.com. Memiliki visi Taman ceriaku atau madrasah yang penuh adiwiyata menjadi satu trend visi dari MTs N 4 Sleman sebab menjadi madrasah teladan yang membudayakan lingkungan sekolah yang asri dan alami sebagai sekolah adiwiyata 2018. Selain visi tersebut MTs N 4 Sleman juga memiliki misi taqwa, mandiri, kreatif dan inofatif, berakhlak mulia dan berwawasan lingkungan. Dengan dikepalai oleh Bapak Drs. Mujiyono, M.Pdi dan waka kurikuluk Bapak Drs. H. AH. Al Arifin, M.Pd bersama guru lainnya merencanakan suatu kurikulum yang berbeda dengan Madrasah yang lain, yaknni dengan memberikan pendidikan secara continue tanpa batas secara riil sehingga para siswa bisa langsunga mempraktekan segalanya. Tujuannya agar siswa memiliki karakter dan kepribadian tersendiri yang berkualitas. Selain itu di MTs N 4 sleman juga ada kurikulum tahfidz sejak kelas VII hingga kelas IX dengan diiringi belajar membaca alqur’an setiap harinya oleh pembimbing masing-masing siswa. Satu hal yang menarik dari pak Mujiyono sebagai kepala madrasah, berdasarkan wawancara DPL kami Ibu Dr. Eva Latipah, S.Ag, M.Si, mennjelaskan terkait kurikulum tahfidz tersebut. Pak Mujiyono menyatakan bahwasanya anak-anak yang memiliki hafalan alqur’an pasti memiliki perbedaan dengan anak biasanya dan mereka cenderung lebih cerdas sebab memiliki ingatan yang kuat. Selain itu, dalam hal akademik mereka juga sangat berprestasi tinggi sehingga menjadi nilai kebanggaan tersendiri. Beliau menyatakan ketika ada calon siswa baru dan ketika ditanya anak itu memiliki hafalan alqur’an maka bisa masuk ke MTs N 4 Sleman langsug tanpa seleksi dan ujian. Dengan kurikulum pembiasaan shalat sunnah dluha’ , dzhuhur berjamaa’ah dan tadarus alqur’an setiap pagi dan ditutup dengan pembacaan asmaul husna.
  1. Realita Pendidikan di MTs N 4 Sleman
Proses kegiatan pendidikan di MTs N 4 Sleman berawal sejak jam 06.30 WIB di gerbang madrasah dengan bersalaman pada Guru yang menjaga di gerbang tersebut dan diiringi musik murottal alqur;an anak-anak sampai jam 07.00 WIB, kemudian berlanjut tadarus bersama di kelas masing-masing disambung dengan baca asmaul husna beserta doanya. Setelah itu lanjut pembelajaran seperti biasanya sampai jam istirahat pertama. Beberapa hal yang menarik di MTs N 4 Sleman ini adalah kedua waktu istirahatnya digunakan untuk pemiasaan ibadah yakni istirahat pertama untuk shalat dluha’ dan istirahat kedua untuk shalat dzhuhur berjama’ah diikuti oleh guru dan juga para pegawai yang ada. Kegiatan tersebut berjalan beriringan dengan kegiatan pembelajaran dankegiatan penunjang bakat minat siswa sampai hari jum’at. Dan besok hari hari sabtunya seluruh warga MTs N 4 Sleman diharuskan mengikuti kegiatan senam pagi bersama sampai hampir jam 9, dan dilanjut dengan pembelajaran seperti biasanya. Senam sehat tersebut diikuti oleh seluruh siswa, guru dan pegawai dengan mendatangkan mentor senam yang sangat ahli dibidangnya.
Berdasarkan hasil obrolan kami bersama pak arifin sebagai waka kurikulum, dahhulu saat madrasah itu masih bernama MTs N Sleman kota sempat terjadi suatu kegelisahan tersendiri bagi pak arifin terkait dengan perilaku siswa yang semakin hari ada kenakalan mereka, sehingga menjadikannya mengambil suatu tindakan berdasarkan hasil musyawarah dengan pak Mujiyono dan para guru dan dikeluarkannya surat keputusan wajibnya berpeci bagi siswa di MTs N 4 sleman dengan harapan semakin meminimaisir perbuatan negatif yag dilakukan sekaligus menjadi langkah mendidik pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah. Disisi lain salah satu hidden kurikulum lain yang bertujuan untuk membiasakan akhlakul karimah adalah pembiasaaan 5S (senyum, sapa, sopan, santun, salam) dimana semboyan tersebut dapat membiasakan probadi siswa yang berkarakter dan pribadi yang baik. Yang lebih menarik lagi adalah segala hal tersebut senantiasa dibarengi dengan contoh dan bimbingan dari guru dan pegawai yang ada di MTs N 4 Sleman.
Berdasarkan penjelasan dan penggambaran tersebut dapat dijelaskan terkait dengan proses berlangsungnya kegiatan di madrasah yang pertama ada pembudayaan shalat berjama’ah dzuhur dan dluha’, harapannya dengan seringnya siswa bertemu antar satu dengan lainnya rasa sosial dan kekompakan mereka semakin meningkat dan juga rukun serta terbiasa melakukan ibadah dimanapun dan kapanpun mereka berada. Hal tersebut dibuktikaan saat adanya acara ramah tamah dari MTs N Pangandaran, seluruh siswa sangat kompak dalam menyambut tamunya tersebut walaupun diadakan kompetisipun antar MTs N 4 Sleman tersebut dengan MTs N Pangandaran mereka tetap berada dalam satu komando yang dipimpin oleh salah satu kelas sembilan dan membawahi kelas 7,8 dan 9 sehingga terlihat kompak dan seportifitas juga kejujuran dalam pelaksanaan beberapa kegiatan yang dilombakan.
Salah satu perkataa dari bapak arifin, yang sangat menarik adalah beliau menyampaikan bahwasanya mendidik anak bukanlah hal yang mudah bahkan menjadi hal yang sangat suliti ketika seorang guru dan pendidik hanya setengah-setengah mendidik siswanya, dalam artian mereka hanya menyampakan ketika berada di madrasah saja. Menurut bapak arifin mendidik anak zaman sekarang harus penuh totalitas, dalam artian tida peduli dimanapun tempatnya dan harus memiliki rasa saling mamiliki yakni murid dan siswa adalah bagian dari guru, sehingga ketika seorang guru melihat anak didiknya berbuat tidak sesuai dengan norma maka harus tetap diingatkan walau tak mengetahui/melihat secara langsung, gagasan ini sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait dengan subyek yang bertanggungjawab dalam pendidikan anak didalanya ada guru, yang mana seorang guru mengawasi siswa disekolah kemudian memonitoring siswa saat di rumah dengan bertanya kepada orang tuanya atau bahkan bertanya secara langsung terhadap siswa yang bersangkutan. Hal demikian dibuktikan setiap harinya dengan pertanyaan dari guru kepada siswa terkait shalat, mengaji, dan lain-lain, ketika anak sudah melakukan maka guru tersebut akan memotivasi anak untuk berbuat lebih dari apa yang sudah dilakukan. Namun jika siswa belum melakukan apa yang ditanyakan guru maka guru langsung memberi pengertian dan pengarahan untuk segera melaksanakan apa yang di anjurkan itu, satu hal yang unik adalah mereka para guru tidak hanya memberi nasehat melainkan memberi contoh dan teladan dari perbuatan itu baik dari lingkungan, pendidik dan sebagainya.
Realita pendidikan lain di MTs N 4 Sleman adalah pembiasaan peduli lingkungan dengan menjaga kebersihan dan juga menjaga lingkungan yakni dengan mengurangi sampah jajanan, maka siswa diwajibkan untuk membawa piring dan juga gelas yang digunakan untuk membawa dan menempatkan jajanan yang dibeli siswa. Selain guru memeritahkan, namun para gurupun disana melakukan dengan membuang sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan madrasah hingga ketika mereka makan dan jajananpun mengurangi plastik-plastik dan meminimalisir sampah dari apa yang mereka konsumsi, sehingga sistem uswah yang hasanah di MTs N 4 Sleman tersebut sedikit demi sedikit sudah mulai berlaku dan dibudidayakan oleh seluruh warga madrasah. Terkait dengan hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW ;
النظافة من الايمان
Artinya : kebersihan adalah sebagian dari pada iman
Kebersihan lingkungan yang terus menerus digalakkan oleh para pendidik dan pegawai di MTs N 4 Sleman terus menerus dilakukan dengan membudi dayakan teladan bukan hanya omongan. Sehingga para siswa lebih cepat melakukannya walau diawali dengan paksaan dan juga hukuman namun itu menjadi salah satu terlaksananya pendidikan uswah atau teladan bagi para siswanya sehingga diharapkan ketika keluar dan lulus dari sekolah mereka bisa membiasaknnya dalam hidup bermasyarakat.
Diantara beberapa nilai uswah yang masih dilestarikan di MTs N 4 Sleman adalah tegur sapa antar murid, guruu, ataupun pegawai. Satu hal penting dalam nilai ini adalah dalam pelaksanaannya tidak memandang harus siswa atau yang lebih muda yag mengawali, namun siapa yang pertama tahu berjumpa dengan yang lain maka mereka yang memulai untuk menyapanya. Disinilah satu unsur yang sangat yrgen untuk membiasakan diri berkomunikasi sosial kapanpun dan dimanapun mereka berada. Terlebih dengan membudayakan senyuman satu dengan yang lainnya semakin menunjukkan rasa kekeluargaan sesama warga madrasah sekaligus juga melaksanakan ajaran Rasulullah SAW :
تبسمك صدقة
Artinya : senyummu terhadap saudaramu adalah shadaqoh
Sebab melaksanakan ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW diharapkan siswa yang belajar di MTs N4 Sleman setelah lulus belajarnya tidak hanya menjadi orang yang cerdas kognitif tetapi juga cerdas spiritual dan psikomotorik, serta menjadi genarasi indonesia yang berkarakter.
Semua ajaran dan pembudayaan kegiatan di MTs N 4 Sleman mulai dari adanya guru yang berjaga di gerbang di pagi hari untuk menyambut dan bersalaman dengan siswa, membaca alqur’an dan asmaul husna sebelum kegiatan pembelajaran, shalat dluha dan dzhuhur berjama’ah, membudidayakan membaca dan menghafal alqur’an, salam dan tegursapa, menjaga kebersihan lingkungan, sterilitas sampah dari plastik, berperilaku di kelas,lingkungan ataupun disaat makan merupakan menjadi salah satu nilai kepribadian dari warga madrasah tersebut sebagai warga madrasah yang cerdas psikologis dan psikomotorik dalam berkehidupan.
  1. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu pembiasaan dari apa yang dikerjakan dengan harapan apa yang diajarkan bisa melekat pada kebiasaan hidup baik secara pribadi ataupun hidup sosial. Sedangkan uswah merupakan suatu contoh atau teladan yang diberikan dengan praktek dan diawali dengan teori ataupun nasehat sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah disampaikan. Dalam pelaksanaannya seorang guru atau pendidik harus terus mengiringi dan mengarahkan secara continue juga menganggaap siswa sebagai bagian dari dirinya agar berjalan secara maksimal sesuai dengan pemikiran beberapa tokoh seperti Ki Hajar Dewantara, sedang ajarannya berdasarkan ajaran dari rasulullah yakni diutus untuk menyempurnakan akhlak dan juga sebagai teladan yang baik. Dengan demikian output dari MTs N 4 Sleman bisa dijadikan sebagai andalan dalam bidang kepribadian dan teladan sebab proses pendidikan yang sudah berlangsung hampir kurang lebih tiga tahun.
Dengan beberapa penjelasan dan realita yang ada maka MTs N 4 Sleman sudah mulai menjalankan dan membudayakan pendidikan uswah atau teladan, sehingga hubingan batin antar warga semakin meningkat dan mulai berpartisipasi






Daftar Pustaka
https://idtesis.com/definisi-dan-jenis-jenis-metodologi-penelitian/
https:// azzuracie.wordpress.com/2013/04/25/pendekatan-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/
Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Latipah, Eva, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2016
__________, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pedagogia, 2012
Zuhairini & Ghofir, Abdul, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: Universitas Malang, 2004
Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, Yogyakarta: Kompas, 2010
Marzuki, A Choiran. 300 Hadits Fadhilah Amal Shaleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010
Rofik, dkk. Buku Panduan Magang III Tahun Akademik 2017/2018, Yogyakarta: Unit Laboratorium Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2017




1 Rofik, dkk, Panduan Magang III,(Yogyakarta; Unit Laboratorium Pendidikan FITK, 2017) hal. 5

2 Zuhairi Misrawi,Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, (Yogyakarta;Kompas,2010).hal.1-20

3 A. Choiranmarzuki, 300 haditsfadilahamal, hal 160
4 Kumpulanhaditstentangakhlak
5 Dr. Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta; PT Bumi Aksara, 20140, hal.27
6 Rofik, dkk, Panduan Magang III,(Yogyakarta; Unit Laboratorium Pendidikan FITK, 2017) hal. 5
7 https://idtesis.com/definisi-dan-jenis-jenis-metodologi-penelitian/
8 Dr. Eva Latipah, M.Si, Metode Penelitian Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Deepublish, 2016) hal.56
9 https:// azzuracie.wordpress.com/2013/04/25/pendekatan-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/
10 Dr. Eva Latipah, M.Si, Metode Penelitian Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Deepublish, 2016) hal.58
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2014) hal 201
12 Ahmad Tanzeh, Metodologi Peneitian praktis ( Yogyakarta: Teras, 2011) hal 168
13 Ibid 1
14 Dr. Eva latipah,Metode Penelitian Psikologi Pendidikan (Deepublish: 2016) hal. 49

15 Dr. Eva latipah,Metode Penelitian Psikologi Pendidikan (Deepublish: 2016) hal. 49-50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar