Kamis, 19 Mei 2022

Selayang Dasar Ilmu

Pencermatan Ilmu

Pada awalnnya manusia mencermati keilmuan hanya berdasarkan pada wahyu Allah dan menyampaikannnya sesuai dengan apa yang ada dalam redaksi firman tersebut, namun pada kenyataannya tidak semua manusia mulai dari yang ‘awam, wasath, khash, sampai pada derajat khawashul khawash  memiliki pemahaman dan kemampuan serta kecerdasan yang sama. Mungkin bagi para kaum khash dan khawashul khawash apa yang dipahami bisa sejalan dengan maksud yang ada dalam redaksi tersebut sebab kemapana ilmu, pikiran dan sarana prasarana dalam memahami keilmuan dalam wahyu NYA. Keadaan ini sempat memperkacau keadaan kehidupan dan bahkan semakin banyak manusia dengan sekedarnya bahkan seenaknya sendiri dalam mengambil dasar keilmuan terhadap pemahaman dirinya sendiri terhadap firman sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka juga kelompoknya. Sebab terlalu memaksakakn kehendak dirinya dalam mengetahui makna dari wahyu dan makna yanng dikehendaki oleh Allah SWT sedangkan mereka tak memenuhi syarat tertentu dalam melakukan itu. Hingga pada akhirnya melahirkan penafsiran penafsiran firman Allah SWt sesuai dengan akal manusia yang diseebut Tafsir Bir Ra’yi dengan segenap perangkat kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sebab dalam memahami keilmuan ini bir ra’yi cenderung dan banyak mengambil hasil pemaknaannya sesuai dengan kemmampuan berpikirnya sendiri saja tanpa mengambil perangkat keilmuan atau dasar keilmuan yang lainnya tannpa adanya dalil dalam mencermati keilmuan yang ada dalam wahyu Allah  SWT. Namun pencermatan keilmuan dalam Al Qur’an dengan akal pikiran yang murni bisa jadi diterima keautentikannya selam terhindar  dari beberapa hal berikut :

·         Memaksakan makna yang dikehendai Allah SWT tanpa ada nya kemapanan keilmuan diri

·         Mencoba memaknai ayat yang maknanya menjadi otoritas Allah SWT (الم ,حم,يس,,,,,الخ,,,dll)

·         Mencermati dengan berdasarkan hawa nafsu

·         Mencermati keilmuan makna yang ada dalam wahyu yang maknanya demikian tanpa adanya dalil yang jelas.[1]

Dengan terjadinya beberapa fenomena yanng tidak memungkinkan dalam kehidupan keilmuan, maka pencermatan keilmuan kemudan pengambilan dasarnya dan pokok pembahasannya tidak lagi hanya pada pokok diatas, namun dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan pada sunnah/hadist Nabi Muhammad SAW sebagi bentuk pencermati keilmuan dan memudahka dalam mencermati keilmuan-keilmuan yang ada dalam firman Allah SWT lewat sunnah/hadits Nabi Muhammad SAW….

Next…



[1] Adz-Dzahabi,op cit At Tafsir…. Hlm. 275

Tidak ada komentar:

Posting Komentar