Pencermatan Ilmu
Pada awalnnya manusia mencermati keilmuan
hanya berdasarkan pada wahyu Allah dan menyampaikannnya sesuai dengan apa yang
ada dalam redaksi firman tersebut, namun pada kenyataannya tidak semua manusia
mulai dari yang ‘awam, wasath, khash, sampai pada derajat khawashul
khawash memiliki pemahaman dan
kemampuan serta kecerdasan yang sama. Mungkin bagi para kaum khash dan
khawashul khawash apa yang dipahami bisa sejalan dengan maksud yang ada
dalam redaksi tersebut sebab kemapana ilmu, pikiran dan sarana prasarana dalam
memahami keilmuan dalam wahyu NYA. Keadaan ini sempat memperkacau keadaan kehidupan
dan bahkan semakin banyak manusia dengan sekedarnya bahkan seenaknya sendiri
dalam mengambil dasar keilmuan terhadap pemahaman dirinya sendiri terhadap
firman sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka juga kelompoknya. Sebab terlalu
memaksakakn kehendak dirinya dalam mengetahui makna dari wahyu dan makna yanng
dikehendaki oleh Allah SWT sedangkan mereka tak memenuhi syarat tertentu dalam
melakukan itu. Hingga pada akhirnya melahirkan penafsiran penafsiran firman
Allah SWt sesuai dengan akal manusia yang diseebut Tafsir Bir Ra’yi
dengan segenap perangkat kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sebab dalam
memahami keilmuan ini bir ra’yi cenderung dan banyak mengambil hasil
pemaknaannya sesuai dengan kemmampuan berpikirnya sendiri saja tanpa mengambil
perangkat keilmuan atau dasar keilmuan yang lainnya tannpa adanya dalil dalam
mencermati keilmuan yang ada dalam wahyu Allah
SWT. Namun pencermatan keilmuan dalam Al Qur’an dengan akal pikiran yang
murni bisa jadi diterima keautentikannya selam terhindar dari beberapa hal berikut :
·
Memaksakan makna yang dikehendai Allah SWT tanpa ada nya kemapanan
keilmuan diri
·
Mencoba memaknai ayat yang maknanya menjadi otoritas Allah SWT (الم ,حم,يس,,,,,الخ,,,dll)
·
Mencermati dengan berdasarkan hawa nafsu
·
Mencermati keilmuan makna yang ada dalam wahyu
yang maknanya demikian tanpa adanya dalil yang jelas.[1]
Dengan terjadinya beberapa fenomena yanng
tidak memungkinkan dalam kehidupan keilmuan, maka pencermatan keilmuan kemudan
pengambilan dasarnya dan pokok pembahasannya tidak lagi hanya pada pokok
diatas, namun dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan pada sunnah/hadist
Nabi Muhammad SAW sebagi bentuk pencermati keilmuan dan memudahka dalam
mencermati keilmuan-keilmuan yang ada dalam firman Allah SWT lewat
sunnah/hadits Nabi Muhammad SAW….
Next…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar