Membina Akhlak Dalalm Bingkai Keanekaragaman
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan keadaan dan
bentuk jasad yang berbeda baik dalam rupa atau keruhaniannya atau bahkan
tentang keberagaman latar belakang masyarakat dan keluarganya, akan tetapi
perwujudan itu diadakan oleh Yang Maha Ada bukan dengan maksud untuk saling
menjatuhkan dan merendahkan namun dengan tujuan agar manusia itu bisa saling
mengenali dan memahami sehingga mereka bisa memposisikan diri dalam perilaku
atau bahkan berkomunikasi setiap hari.
Dalam menerima dan memperlakukan manusia, setiap
pribadi harus dibiasakan dan diberikan teladan / contoh perilaku yang bersifat
continue atau terus menerus dengan selalu menempatkan dirinya sendiri merasa
membutuhan terhadap pribadi diluar dirinya. Pembinaan ini bersifat end to
end atau hanya mereka yang dibina dan yag membina saja yang mengetahuinya agar
benar-benar focus arah dan tujuannya sehingga ketika laku yang continue itu
dirujuk pada pendasaran perilaku bisa sesuai tanpa menimbulkan seteru. Hal ini
mendasar pada maksud dari akhlak yang disebutkan خلق dengan arti perangai, watak
dasar, kebiasaan, tingkah laku/perilaku, atau sering dinisbatkan dengan akhlakul
karimah atau budi pekerti.[1]
Hal ini yang mendasari bahwasanya akhlak merupakan sifat dasar yang berasal
dari kebiasaan sehari-hari manusia sebagai proses pembentukan karakter atau
kepriadian yang pada akhirnya tidak ada pertimbangan kembali dalam melakuannya
sebab sudah diyakini kebenarannya dari naluri yang dibentuk dan dibiasakan
setiapp harinya, baik dengan output yang baik atau buruk sebab sudah terbentuk
dalam diiri manusia tersebut.[2]
Sebab akhlak yang asli dalam dirinya meman tidak bisa terbentuk secara spontan
dan tiba-tiba melainkan harus melalui proses dan pembiasaan setiap hari dengan
pembinaan tiada henti.
Pada sisi lain manusia sebagai
sifat dasar dari Tuhan yang menciptakan penuh dengan keaneka ragaman dan
perbedaan yang sangat kompleks atau bahkan sangat menonjol dan sensitive dibicarakannya,
secara naluri menuntut manusia untuk bisa erdas dalam berperilaku dan
kecerdasan perilaku tersebut secara spontan akan tumbuh ketika mereka
benar-benar sudah tertancap perangai yang baik dalam dirinya. Meski memang
terkadang yang membicarakan pun merasa diruikan dalam penyampaian sebab
pengalaman yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikannya namun jika memang
itu kebenarannya maka harus disampaikan adanya.
Dengan bingkai atau wadah
keanekaragaman inilah yang seharusnya menjadi titik dasar penghargaan manusia
terhadap satu pribadi yang menjalani ataupun yang memberikan kospensasi atau
menilai kebenaran laku dalam pembinaan diri, sebab adanya ketidak sesuaian yang
sekarang oleh diri sebenarnya menjadi jalan yang sedangg ditempuh dalam mengembangkan
prbadi yang lebih baik dan benar lagi, sedang
mereka yang memandatkan pribadinya pada pola pembinaan yang dijalankan
tak sepantasnya memberikan hujatan atau penghakiman balaka namun harus
memberikan penngertian pada yang bersangkutan tentang sebenarnya yang sedang
dilakukan.
Pada kesadaran inilah manusia
bisa membentuk pribadi yang lebih baik lagi sesuai dengan karakter akhlak yang
sampai pada derajat karimah sebab diantara mereka saling menghargai dan
mengerti. Dan yang palng penting adalah bisa saling menjaga lakunya sesuai
dengan keyakinan yang dijalani selama ini tanpa hujatan atau bully ketika
meembbersamai mereka dalam prosesnya sehingga wujud perbedaa yang dimiliki
benar-benar dihargai tanpa membentrokan keanekaragaman yang dijadikan wadah
dalam membentuk pribadi. Dengan kunci utama pembiasaan, penjagaan, serta
penghindaran masalah kepribadian dalam menjalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar