Kamis, 26 Mei 2022

episode 2

 

Berkembangnya kehidupan dan para utusanpun sudah meninggal kehidiupan maka yang tersisa hanyalah para sahabat yang dulunya menemani sangutusan menuebarkan agama islalm, sehingga mereka mengabadikan bahkan menuliskan setiap perilaku, perkataan dan perbuatan sampai pada kebiasaan Nabi hngga disebut dengan hadits atau sunnah. Semua penjelasan isi dan kandungan pernah dijelaskan oleh sang Nabi bahkan termasuk dengan tatacara dan pola kehidupan yang baik dan benar sehingga jasmani dan rohani memiliki kesehatan yang seimbang. Pada saat itulah para manusia muslim mengambil sumber ilmu penngetahuan juga syariat dalam kehidupan bersumber pada wahyu Allah SWT (AlQur’an) dan hadits nabi Muhammad SAW.

Sejak saat itu ketika manusia belajar dan ingin mengetahui ilmu pengetahuan semua sumbernya lewat Al Qur’an dan kemudian dijelaskan juga menjadi sumber yang kedua pada isi kandungan hadits Nabi Muhammad SAW secara menyeluruh dan terperinci sesuai dengan para sahabat tterima dari sang Utusan. Kehidupan para sahabat ini memiliki peranan yang besar dalam penyebaran wahyu Allah pada segenap manusia di alam semesta, hal ini sebagaimana dilakukan oleh sahabat Utsman Bin Affan yang membukukan Al Qur’an menjadi beberapa jilid dan bentuk kemudian disebarkan ke Negara-negara lain di semesta. Sehingga sampai sekerang terkenal dengan model penulisan Al Qur’an yang disebut dengan Rasm Utsmany. Para sahabat ini selama hidupnya juga memiliki orang yang setia mengikuti ajaran dan fatwa yang dianjurkannya sehingga mereka disebut dengan kaum tabi’in yang diikuti dengan setelahnya bernama tabi’ittabin sampai terus menerus sampai pada kehdiupan manusia sekarang yang disebut dengan tabi’it tabi’it tabi’it tabi’it …..tabi’in. saat itulah manusia manusia menerima ajaran secara menyeluruh dari manusia muslim hingga diantatra mereka yang cerdas dan mahir dalam ilmu agamanya menuliskan karya-karyanya dengan rincian dan dasar pada wahyu dan juga sunnah, sebab tidak semua manusia memiliki kemampuan dan kecerdasan yang sama tinggi dalam memahami dan mengerti pada sumber ilmu tersebut.

Usai perkembangan ilmu pengetahuan mulailah banyak manusia manusia yang memiliki ilmu agama kemudian mereka memfatwakan apa yang dipelajarinya terhadap manusia yang masih ‘awam. Sehingga mereka disebut dengan ‘Ulama atau manusia yang memiliki ilmu. Semakin banyaknya manusia yang ‘alim baik memililki karya kitab ataupun tidak namun mereka khawash dalam keilmuannya, mereka berkumpul dan musyawarah memutuskan suatu hokum kehidupan setelah para sahabat dan tabi’in meninggal dan keluarlah fatwa hingga disebut dengan ijma’ (kesepakatan ‘ulama). Dalam ijma’ ini berisi terkait dengan hal penting dalam kehidupan mulai dari hokum perilaku dan melakukan sampai dengan ketetapan pada halal, haram, sunnah, dan kemakruhan setiap perbuatan manusia. Dalam menjadikan dasar hidup manusia ijma’ memiliki posisi ke tiga setelah Al Qur’an, hadits, baru ijma’. Kekmudian dengan semakin berkembangnya pola hidup manusia dan semakin banyaknya hal yang yang sama namun berbeda maka kemudian diusung sebuah dasar para nahdliyyah yang  disebut dengan Qiyas. Pada hal inilah qiyas berbicara terkait dengan hokum permasalahan dimana hal perilku ucapan bahkan kebiasan manusia yang serupa dan mirip namun tidak sama sehinngga perilaku diperbolehkan dan tidaknya sesuai dengan dasar pada Al Qur’an, sunnah, ijma’ dan Qiyas. Sehingga kehidupan maunusia pun bisa aman, adil dan sejahtera membentuk kehidupan yang  بلدة طيّبة وربّ غفور.

Pada kehidupan yang penuh dengan aneka perkembangan permasalahan, kebutuhan juga hal yang menunjang kehidupan manusia khusus dan pada umumnya keempat landasan ini  bisa dijadikan sebbuah ukuran kebaikan atas perilaku juga ilmu pengetahuan yang memang pada dasrnya sumber pada wahyu Allah kemudian dijabarkan lewat sunnah, ijma’ dan qiyas.

Senin, 23 Mei 2022

Pedoman Materi PAT/UAS Praktek Ibadah 2022

 

Materi Penilaian Akhir Tahun (PAT) Mata Pelajaran Praktek Ibadah

Kelas VII

Niat Shalat idul Fitri /Idul Adha

اصلي سنة لعيد الفطر ركعتين مستقبل القبلة مأموما \ اماما لله تعالى

اصلي سنة لعيد الاضحى ركعتين مستقبل القبلة مأموما \ اماما لله تعالى

Tata cara pelaksanaan Shalat Idul fitri/Idul Adha

1.      Ketika shalat id akan dilaksanakan, telebih dahulu bilal memberikan aba-aba kepada jama’ah dengan bacaan الصلاة جامعة

2.      Pada rakaat pertama setelah takbirotul ihrom membaca takbir 7 kali, kemudian mmbaca surat Al Fatihah dan disunnahkan membaca durat Al A’la

3.      Pada rakaat kedua setelah takbir intiqol membaca takbir 5 kali, kemudian memaca surat Al Fatihah kemudian disunnahkan membaca surat Asy Syams

4.      Pada sela-sela takbir membaca tasbih, tahmid, tahllil, dan takbir

سبحان الله والحمد لله ولاالهالاالله والله اكبر

5.      Dilanjutkan dengan rukun yang lain sampai salam kemudian khutbah.

 

Kelas VIII

Niat Shalat Jamak Taqdim / Ta’khir

اصلى فرض الظهر اربع ركعات مستقبل القبلة جمع تقديم \ جمع تأخير مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض العصر اربع ركعات مستقبل القبلة جمع تقديم \ جمع تأخير مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض العشاء اربع ركعات مستقبل القبلة جمع تقديم \ جمع تأخير مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض المغرب ثلاث ركعات مستقبل القبلة جمع تقديم \ جمع تأخير مأموما\اماما لله تعالى

Niat Shalat Qashar

اصلى فرض الظهر ركعتين مستقبل القبلة قصرا مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض العصر ركعتين مستقبل القبلة قصرا مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض ركعتين مستقبل القبلة قصرا مأموما\اماما لله تعالى

Niat Shalat Jamak Qashar

اصلى فرض الظهر ركعتين مستقبل القبلة جمع تقديم قصرا \ جمع تأخير قصرا مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض العصر ركعتين مستقبل القبلة جمع تقديم قصرا \ جمع تأخير قصرا مأموما\اماما لله تعالى

اصلى فرض العشاء ركعتين مستقبل القبلة جمع تقديم قصرا \ جمع تأخير قصرا مأموما\اماما لله تعالى

Praktek Shalat Jenazah

اصلي على هذاالميت \ هذه الميتة اربع تكبرات فرض كفاية مأموما\اماما لله تعالى

Takbir Pertama

سورة الفاتحة

Takbir Kedua

اللهم صل وسلم على سيّدنا محمّد وعلى ال سيّدنا محمّد، كماصلّيت على سيّدنا ابراهيم وعلى ال سيّدنا ابلااهيم، وبارك على سيّدنا محمّد وعلى ال سيّدنا محمّد، كماباركت على سيّدنا ابراهيم وعلى ال سيّدنا محمّد، فى العالمين انّك حميد مجيدـ

Takbir Ketiga

اللهم اغفرله\ها وارحمه\ها وعافه\ها واعف عنه\ها ـ اللهم ابدله\ها دارا من داره\ها وزوجا خيرا من زوجه\ها واهلا خيرا من اهله\هاـ اللهم انه\ها نزل بك وانت خير منزول به ، اللهم اكرم نزوله \ ها ووسع مدخله \ها.

Takbir Keempat

اللهم لاتحرمنا اجره \ها ولا تفتنّا بعده \ها واغفر لنا وله \ها

 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

 

Matursuwun 

 

Kisi-Kisi UAS /PAT Praktek Ibadah 2022

 

Materi Penilaian Akhir Tahun (PAT) Mata Pelajaran Praktek Ibadah

 

Kelas VII          :           Shalat Ied & Tata Cara Pelaksanaannya

Petunjuk Teknis

1.      1. Siswa/siswi melafalkan niat dan tata cara shalat ied (idul fitri/idul adha)

2.      2. Mempraktekkan shalat dengan hanya mengambil proses takbirnya

3.    3.Tidak perlu mempraktekkan gerakan shalat lainnya, langsung diambil berdiri di rakaat pertama dan     berdiri di rakaat kedua (takbir & bacaan di sela takbir)

 

Kelas VIII         :           Shalat Jamak Qashar & Shalat Jenazah

Petunjuk Teknis

1.  1. Siswa/siswi memilih untuk melafalkan niat shalat jamak (taqdim/ta’khir), qashar masing masing satu     niat shalat

2.   2. Pengawas memberikan gambaran posisi jenazah di papan tulis/meja (posisi kepala dan kaki)

3. 3. Siswa/siswi mempraktekkan shalat jenazah (laki”/perempuan)  mulai dari niat sampai salam beserta bacaannya

4.  4. Jika siswa/siswi tidak bisa mempraktekkan shalat jenazah, maka harus melafalkan semua niat shalat jamak (taqdim & ta’khir) dan Qashar berikut dengan syarat dan ketentuannya secara lengkap).

Kamis, 19 Mei 2022

Selayang Dasar Ilmu

Pencermatan Ilmu

Pada awalnnya manusia mencermati keilmuan hanya berdasarkan pada wahyu Allah dan menyampaikannnya sesuai dengan apa yang ada dalam redaksi firman tersebut, namun pada kenyataannya tidak semua manusia mulai dari yang ‘awam, wasath, khash, sampai pada derajat khawashul khawash  memiliki pemahaman dan kemampuan serta kecerdasan yang sama. Mungkin bagi para kaum khash dan khawashul khawash apa yang dipahami bisa sejalan dengan maksud yang ada dalam redaksi tersebut sebab kemapana ilmu, pikiran dan sarana prasarana dalam memahami keilmuan dalam wahyu NYA. Keadaan ini sempat memperkacau keadaan kehidupan dan bahkan semakin banyak manusia dengan sekedarnya bahkan seenaknya sendiri dalam mengambil dasar keilmuan terhadap pemahaman dirinya sendiri terhadap firman sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka juga kelompoknya. Sebab terlalu memaksakakn kehendak dirinya dalam mengetahui makna dari wahyu dan makna yanng dikehendaki oleh Allah SWT sedangkan mereka tak memenuhi syarat tertentu dalam melakukan itu. Hingga pada akhirnya melahirkan penafsiran penafsiran firman Allah SWt sesuai dengan akal manusia yang diseebut Tafsir Bir Ra’yi dengan segenap perangkat kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sebab dalam memahami keilmuan ini bir ra’yi cenderung dan banyak mengambil hasil pemaknaannya sesuai dengan kemmampuan berpikirnya sendiri saja tanpa mengambil perangkat keilmuan atau dasar keilmuan yang lainnya tannpa adanya dalil dalam mencermati keilmuan yang ada dalam wahyu Allah  SWT. Namun pencermatan keilmuan dalam Al Qur’an dengan akal pikiran yang murni bisa jadi diterima keautentikannya selam terhindar  dari beberapa hal berikut :

·         Memaksakan makna yang dikehendai Allah SWT tanpa ada nya kemapanan keilmuan diri

·         Mencoba memaknai ayat yang maknanya menjadi otoritas Allah SWT (الم ,حم,يس,,,,,الخ,,,dll)

·         Mencermati dengan berdasarkan hawa nafsu

·         Mencermati keilmuan makna yang ada dalam wahyu yang maknanya demikian tanpa adanya dalil yang jelas.[1]

Dengan terjadinya beberapa fenomena yanng tidak memungkinkan dalam kehidupan keilmuan, maka pencermatan keilmuan kemudan pengambilan dasarnya dan pokok pembahasannya tidak lagi hanya pada pokok diatas, namun dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan pada sunnah/hadist Nabi Muhammad SAW sebagi bentuk pencermati keilmuan dan memudahka dalam mencermati keilmuan-keilmuan yang ada dalam firman Allah SWT lewat sunnah/hadits Nabi Muhammad SAW….

Next…



[1] Adz-Dzahabi,op cit At Tafsir…. Hlm. 275

Kamis, 12 Mei 2022

Pembinaan Akhlak

 

Membina Akhlak Dalalm Bingkai Keanekaragaman

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan keadaan dan bentuk jasad yang berbeda baik dalam rupa atau keruhaniannya atau bahkan tentang keberagaman latar belakang masyarakat dan keluarganya, akan tetapi perwujudan itu diadakan oleh Yang Maha Ada bukan dengan maksud untuk saling menjatuhkan dan merendahkan namun dengan tujuan agar manusia itu bisa saling mengenali dan memahami sehingga mereka bisa memposisikan diri dalam perilaku atau bahkan berkomunikasi setiap hari.

Dalam menerima dan memperlakukan manusia, setiap pribadi harus dibiasakan dan diberikan teladan / contoh perilaku yang bersifat continue atau terus menerus dengan selalu menempatkan dirinya sendiri merasa membutuhan terhadap pribadi diluar dirinya. Pembinaan ini bersifat end to end atau hanya mereka yang dibina dan yag membina saja yang mengetahuinya agar benar-benar focus arah dan tujuannya sehingga ketika laku yang continue itu dirujuk pada pendasaran perilaku bisa sesuai tanpa menimbulkan seteru. Hal ini mendasar pada maksud dari akhlak yang disebutkan خلق dengan arti perangai, watak dasar, kebiasaan, tingkah laku/perilaku, atau sering dinisbatkan dengan akhlakul karimah atau budi pekerti.[1] Hal ini yang mendasari bahwasanya akhlak merupakan sifat dasar yang berasal dari kebiasaan sehari-hari manusia sebagai proses pembentukan karakter atau kepriadian yang pada akhirnya tidak ada pertimbangan kembali dalam melakuannya sebab sudah diyakini kebenarannya dari naluri yang dibentuk dan dibiasakan setiapp harinya, baik dengan output yang baik atau buruk sebab sudah terbentuk dalam diiri manusia tersebut.[2] Sebab akhlak yang asli dalam dirinya meman tidak bisa terbentuk secara spontan dan tiba-tiba melainkan harus melalui proses dan pembiasaan setiap hari dengan pembinaan tiada henti.

Pada sisi lain manusia sebagai sifat dasar dari Tuhan yang menciptakan penuh dengan keaneka ragaman dan perbedaan yang sangat kompleks atau bahkan sangat menonjol dan sensitive dibicarakannya, secara naluri menuntut manusia untuk bisa erdas dalam berperilaku dan kecerdasan perilaku tersebut secara spontan akan tumbuh ketika mereka benar-benar sudah tertancap perangai yang baik dalam dirinya. Meski memang terkadang yang membicarakan pun merasa diruikan dalam penyampaian sebab pengalaman yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikannya namun jika memang itu kebenarannya maka harus disampaikan adanya.

Dengan bingkai atau wadah keanekaragaman inilah yang seharusnya menjadi titik dasar penghargaan manusia terhadap satu pribadi yang menjalani ataupun yang memberikan kospensasi atau menilai kebenaran laku dalam pembinaan diri, sebab adanya ketidak sesuaian yang sekarang oleh diri sebenarnya menjadi jalan yang sedangg ditempuh dalam mengembangkan prbadi yang lebih baik dan benar lagi, sedang  mereka yang memandatkan pribadinya pada pola pembinaan yang dijalankan tak sepantasnya memberikan hujatan atau penghakiman balaka namun harus memberikan penngertian pada yang bersangkutan tentang sebenarnya yang sedang dilakukan.

Pada kesadaran inilah manusia bisa membentuk pribadi yang lebih baik lagi sesuai dengan karakter akhlak yang sampai pada derajat karimah sebab diantara mereka saling menghargai dan mengerti. Dan yang palng penting adalah bisa saling menjaga lakunya sesuai dengan keyakinan yang dijalani selama ini tanpa hujatan atau bully ketika meembbersamai mereka dalam prosesnya sehingga wujud perbedaa yang dimiliki benar-benar dihargai tanpa membentrokan keanekaragaman yang dijadikan wadah dalam membentuk pribadi. Dengan kunci utama pembiasaan, penjagaan, serta penghindaran masalah kepribadian dalam menjalankan.



[1] Jamil Shaliba, al Mu’jam al Falsafi , Juz I, hlm. 539

[2] DR. H. M. Hamdan Rasyid, MA, Akhlak Santri, Ulama (kyai/guru) & Wali Santri), hlm 8-10