ROMO K.H SHOLEH DARAT
Nama lengkap mbah sholeh adalah
Muhammad sholeh bin Umar al samarani, atau sering dikenal dengan
mbah Soleh Darat. Beliau dipanggil sebagai mbah Soleh Darat memilki
dua alasan yang patut dan sesuai dengan yang beliau miliki melenihi
para ulama Nusantara dan beliaupun memiliki gelar sebagai Guru Ulama
Nusantara, yakni dipanggil mbah Soleh darat sebab sesuai dengan surat
terakhir yang ia tujukan kepada para penghulu anom, penghulu keraton
Surakarta yaitu, al Haqir Muhammad Salih Darat dan juga menulis nama
Muhammad Salih Ibnu Umar Darat Semarang ketika menyebut nama-nama
gurunya dalam kitab al Mursyid al Wajiz. Kedua, sebutan namanya
“darat” karena beliau tinggal di suatu kawasan bernama Darat.
Yaitu kawasan dekat pantai utara Kota Semarang tempat orang-orang
mendarat yang datang dari luar jawa. Adanya laqob ini memang sudah
menjadi tradisi atau ciri khas dari orang-orang terkenal di
masyarakatnya pada masa itu. Kini, di kawasan Darat, semarang Utara
didirikan Masjid Sholeh Darat yang merupakan cikal bakal pesantren
Kiai Sholeh Darat.
Mbah Sholeh Darat terlahir di Desa
Kedung Cumpleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada
sekitar tahun 1820 M. Dalam riwayat lain juga dikatakan beliau lahir
di Bangsri1.
Semasa kecil beliau dipanggil Sholeh oleh keluarga dan masyarakat
sekitar. Beliau lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang alim dan
cinta tanah air. Ayahnya adalah Kyai Umar yang merupakan tokoh ulama
terpandang dan disegani di kawasan pantai utara jawa. Kyai Umar juga
sebagai pejuang perang jawa (1825-1830)sekaligus menjadi kepercayaan
Penglima Pangeran Diponegoro. Kyai Umar beserta kawan, kolega dan
santrinya berjuang gigih mempertahankan kehormatan tanah air dari
jajahan Belanda. Sayangnya data terkait Ibunda Mbah sholeh Darat
tidak diketemukan riwayat dan referensinya.
KEMAHIRAN DAN KEALIMAN BELIAU DALAM
BERBAGAI BIDANG ILMU DAN KEARIFANNYA MENJADIKAN BELIAU MEMILIKI LAQOB
SEBAGAI MAHA GURU
PARA ULAMA BESAR NUSANTARA
1 Matuki
HS dan M. Isham El Shaha (editor), intelektualisme pesantren,
2003, Diva Pustaka, Jakarta, hal.145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar