Selasa, 06 Juni 2017

K.H Sholeh Darat

ROMO K.H SHOLEH DARAT
Nama lengkap mbah sholeh adalah Muhammad sholeh bin Umar al samarani, atau sering dikenal dengan mbah Soleh Darat. Beliau dipanggil sebagai mbah Soleh Darat memilki dua alasan yang patut dan sesuai dengan yang beliau miliki melenihi para ulama Nusantara dan beliaupun memiliki gelar sebagai Guru Ulama Nusantara, yakni dipanggil mbah Soleh darat sebab sesuai dengan surat terakhir yang ia tujukan kepada para penghulu anom, penghulu keraton Surakarta yaitu, al Haqir Muhammad Salih Darat dan juga menulis nama Muhammad Salih Ibnu Umar Darat Semarang ketika menyebut nama-nama gurunya dalam kitab al Mursyid al Wajiz. Kedua, sebutan namanya “darat” karena beliau tinggal di suatu kawasan bernama Darat. Yaitu kawasan dekat pantai utara Kota Semarang tempat orang-orang mendarat yang datang dari luar jawa. Adanya laqob ini memang sudah menjadi tradisi atau ciri khas dari orang-orang terkenal di masyarakatnya pada masa itu. Kini, di kawasan Darat, semarang Utara didirikan Masjid Sholeh Darat yang merupakan cikal bakal pesantren Kiai Sholeh Darat.
Mbah Sholeh Darat terlahir di Desa Kedung Cumpleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada sekitar tahun 1820 M. Dalam riwayat lain juga dikatakan beliau lahir di Bangsri1. Semasa kecil beliau dipanggil Sholeh oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Beliau lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang alim dan cinta tanah air. Ayahnya adalah Kyai Umar yang merupakan tokoh ulama terpandang dan disegani di kawasan pantai utara jawa. Kyai Umar juga sebagai pejuang perang jawa (1825-1830)sekaligus menjadi kepercayaan Penglima Pangeran Diponegoro. Kyai Umar beserta kawan, kolega dan santrinya berjuang gigih mempertahankan kehormatan tanah air dari jajahan Belanda. Sayangnya data terkait Ibunda Mbah sholeh Darat tidak diketemukan riwayat dan referensinya.
KEMAHIRAN DAN KEALIMAN BELIAU DALAM BERBAGAI BIDANG ILMU DAN KEARIFANNYA MENJADIKAN BELIAU MEMILIKI LAQOB SEBAGAI MAHA GURU PARA ULAMA BESAR NUSANTARA

1 Matuki HS dan M. Isham El Shaha (editor), intelektualisme pesantren, 2003, Diva Pustaka, Jakarta, hal.145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar