Bunga
Semerbak
harum mewangi disemilir bumi
Menjadikan
semesta kian berseri
Angin
berkata dan hujanpun mulai mereda
Hingga
hati ini bertanya siapakah sebenarnya yang ada dalam dada
Malam
ini sosok bunga yang berada bersma orang tuanya
Dia
melekatkan katupnya pada sayap kumbang ku
Hingga
tak dapat digerakkan sampai ajal terbelenggu
Dikau
sosok yang indah tuk dipandang
Dan
kau sosok yang tak akan tertelan zaman
Mungkin
kau fikir diri ini tak dapat lagi mengumpat saat melihat sosok
terlaknat
Mata
ini bukanlah mata lensa maksiat
Dan
hati ini bukan barometer orang yang bertaubat
Juga
tubuh ini bukan timbangan beban asmara yang begitu berat
Hai
bunga yang selalu taat
Mata
ini hanyalah subyektivitas makhluk yang mengagumimu
Hati
ini hanyalah kopling kecepatan menghampirimu
Dan
tubuh ini hanyalah jongsoran tinggi yang tak berarti tanpa
kehadiranmu
Saat
gemuruh angin hanya satu kekhawatiran hati yakni dirimu
Ketika
badai menerjang juga satu yang selalu mengharapkanmu itu aku
Juga
saat hujan terjatuh dalam bumi hanya satu kata teruntukmu yakni rindu
Hai
bunga yang penuh keanggunan
Parasmu
sungguh menawan
Senyummu
bagai bidadari penghuni surga ridwan
Suarama
laksana kumbang-kumbang ditaman
Sorot
matamu bagai rembulan
Dan
canda tawamu seperti peri yang mukim di kayangan
Tiada
matinya sepanjang zaman
Menjadi
wanita dan perempuan yang selalu didambakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar