Guru, Covid 19 & Orang tua
Malam yang masih seperti sama disertai oleh rencana belajar siswa esok hari
Masa yang terus digunakan memantau keberadaan tanggung jawab masa depan
Penuh kebahagiaan serta merta keceriaan yang nampak setiap hari dipandangan
Meski sebenarnya jalan hidupnya penuh kepahitan
Namun kultur pendidikan itu tiba-tiba menghilang
Tiba-tiba terbuang, tertendang, atau bahkan mungkin kan lenyap dari peradaban
Kemarin yang malam disiapkan, esok harinya tertuang
Kemarin yang malam direncanakan esok harinya dilaksanakan
Dan bahkan yang kemarin malamnya penuh kegelisahan namun esok paginya menjadi ketentraman
Sebab saat pagi menjelang segala kebosanan dalam malam terobati oleh canda murid yang teramat riang
Iya semua kultur kebanggaan itu seakan tak lagi hidup, yang ada hanyalah smartphone yang menyatukan
Tatap wajah pun tak dapat lagi dikomunikaskan lewat langsungnya pandangan
Satu makhluk kecil yang Tuhan ciptakan tuk menguji keimanan
Juga menguji keistiqomahkan juga ketaqwaan menjadi Makhlluk Tuhan
Makhluk kecil itulah yang menjadikan semua seraya penuh kenistaan
Apakah itu kesengajaan ? atau mungkin itu menjadi wujud kasih sayang Tuhan ?
Proses kehidupan yang menjunjung nilai kemanusiaan jadi berantakan
Pendidikan, kebiasaan, kesenjangan, juga kesetaraan seraya semua disamakan
Tak ada lagi perbedaan antar kestrataan
Namun bagaimana dengan pendidikan oh covid 19 ?
Apakah iapun harus rusak hanya kehadiran mu makhluk Tuhan yang tak nampak penglihatan ?
Apakah mereka para siswa harus menderita pendidikannya sebab kehadirannya ?
atau mungkin haruskah para murid itu berhenti belajar tuk masa depannya ?
Sungguh TIDAK, TIDAK BOLEH, dan TIDAK AKAN PERNAH
Jiwa dan nyrani seorang Guru pasti tak setuju
Tak mungkin Guru yang menjadi orang tua ke 2 membiarkan anaknya dalam kebodohan !!!
Para Guru tentu memiliki cara untuk tetap mendidik muridnya
Para Guru tentu tak mungkin melepas tanggungjawab pengabdiannya
Para tak mungkin terdiam menyaksikan kemelut pendidikan yang seakan dimusnahkan
Justru saat itulah Guru bekerja lebih keras melayani pendidikan itu seharian 24 jam
Tanpa waktu yang ditentukan, juga tanpa masa yang diinginkan
Pengabdian yang mengakulturasikan keluarga bersama dengan keprofesiannya sebagai bentuk pengabdian sepanjang masa
akan tetapi bagaimana jika oknum sepihak memandang Guru itu memakan gaji buta ? dianggap Guru tak lagi melaksanakan lagi kwajibannya
Dengan logo kegiatan pendidikan tak lagi dilaksanakan
Apakah pantas Guru dituding semacam itu ? sedang para Guru sejak saat itu selalu menyenggangkan waktu
Apakah yang dilakukan para Guru itu di rumah bukan sebuah bentuk pengabdian ?
Bukan bentuk pemenuhan kwajiban ?
atau mungkin hal itu dianggap hal permainan yang lucu tuk ditertawakan ?
Hingga seakan tak mengikuti administrasi pendidikan .....!
Mereka memanglah Guru ,,,
Namun apakah para Guru itu bukan manusia ? apakah mereka berbeda dengan kita yang anaknya diajar mereka ?
Sungguh tidak, Guru pun sama seperti kita manusia biasa yang membutuhkan financial tuk makan kesehariannya ?
Apa juga uang yang mereka makan saat ini itu haram ? sebab kalian angggap para Guru memakan gaji buta ?
Hai Manusia Manusia yg gila dunia ...... !!!
Sadarlah, fikiran kalian tengah terracuni corona , jiwa kalian tengah mencemaskan fenomena dunia hingga keterpurukan mu menjadsikan mu berpikir negatif pada para Guru kita...
Para Guru mendapatkan itu semua bukan karena uang yang kalian bayarkan pada lembaga
Bukan karena kalian manusia membayar biaya
Namun mereka para Guru mendapatkan itu semua sebab keberkahan dan kemanfaatan ilmua yang dimilikinya,,,,
Sebab kemuliaan profesi yang disandangnya, bukan semata bayaran kalian yang sampai padanya
Mungkin anak kita punkan seperti mereka kala menirukan para Gurunya
Mengabdi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Meski Nusa tengah dilanda corona
Jangan sampai anak anak kita tak dapat mendapat barokah ilmu juga kemanfaatannya
Sebab kita berprasangka buruk pada Para Guru anak kita
Guru mereka juga Guru kita kita juga seperti mereka hanya beda masa
dan tempat kemanfaatanyya di dunia ... !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar