Guru dalam
terminology jawa adalah digugu lan ditiru. Hal tersebut
menunjukan bahwa guru adalah orang yang perkataannya bisa dipercaya dan
perbuatannya menjadi panutan siswa. Setiap perkataan dan tindak tanduk guru di
dalam maupun di luar kelas akan menjadi perhatian siswa dan secara tidak
langsung akan menjadi role model dalam pergaulan siswa di kehidupannya.
Oleh karena itu, menjadi seorang guru harus pintar, di samping itu juga harus
memiliki kepribadian yang baik.
Guru merupakan
actor utama dalam pembelajaran yang harus memahami kedudukan, fungsi, dan
perannya dalam proses pembelajaran. Dengan pemahaman tersebut diharapkan proses
pembelajaran bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan guru
sebelumnya dan juga pihak sekolah. Akan tetapi pada realitanya banyak siswa
yang mengeluh mengenai cara guru mengajar yang monoton, sikap guru yang acuh
terhadap siswa-siswanya. Hal tersebut membuat siswa merasa diabaikan oleh
gurunya sendiri dan akhirnya mereka mengekspresikan ketidakpuasan tersebut
melalui berbagai cara, seperti membuat onar kelas, bolos sekolah, PR yang tidak
dikerjakan, dll.
Guru seharusnya memahami kedudukan. Fungsi, dan
perannya di dalam pembelajaran, di samping menyampaikan pengetahuan (transfer
of knowledge) tetapi ia juga memiliki kewajiban yang lebih dari itu seperti
sebagai pembimbing, motivator, bahkan sebagai teman siswa-siswanya. Ketika hal
tersebut terjadi, hubungan antara guru dan siswanya seperti orang tua dengan
anaknya meskipun harus selalu ingat mengenai batas-batasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar