Senin, 22 Oktober 2018

akulturasi

kulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Contoh Akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.
Contoh lainnya yaitu, baju batik di Indonesia, yang digabungkan dengan model baju dari luar negeri sehingga menghasilkan baju batik modern, di sini budaya batik masih tetap ada namun diinovasikan menjadi batik modern.
Sedangkan Akulturasi kebudayaan adalah proses kontak satu atau lebih kebudayaan asing terhadap suatu kebudayaan yang lambat laun kebudayaan asing tersebut diserap ke dalam kebudayaan asli, namun hasil dari interaksi tersebut tidak menghilangkan nilai-nilai asli kebudayaan penerima.
Seperti apa yang terjadi di nusantara. Meskipun di masa hindu-budha nusantara amat terpengaruh dengan budaya hindu-budha, namun sistem kasta tertutup yang ada di India tidak sampai diadopsi oleh masyarakat kita. Masyarakat kita tetap mempertahankan kebudayaan gotong royong yang telah menjadi local genius bangsa Indonesia saat itu.
Contoh Akulturasi Budaya: Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Hal ini berarti kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah, dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu–Budha.
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
  • Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu–Budha pada abad 5–7 M. Contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7–13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.



  • Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu–Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Tentu Anda bertanya apa yang dimaksud dengan Sinkritisme? Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu–Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

  • Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

  • Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.

  • Hidup dan Teknologi
Peralatan Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau Dewi Maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal, contohnya Candi Borobudur, Jawa Tengah. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja, sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.

  • Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha. Contoh Relief Candi Borobudur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi akulturasi yaitu :
  1. Faktor Intern
  • Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi).
  • Adanya penemuan baru. Discovery penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention penyempurnaan penemuan baru. Innovation pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
  • Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
  • Pemberontakan atau revolus

  1. Faktor Ekstern
  • Perubahan alam
  • Peperangan
  • Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).


Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.

Kamis, 11 Oktober 2018

Pendidikan Agama Islam UIN Suka 2014


 Nur Syahid                                                   Wahyu NurRohman
Sumatera                                                          Kebumen                       


Hafidz......
Sumatra 

                                                       Ad Dhuha Al.....din
                                                       Kulonprogo

 Siti Halawatus Sa'diyah
Ketanggungan, Brebes Jawa Tenah

                                                    Moh. Zaki Jamaludin
                                                    Tegal, Jawa Tengah


 
Arina Ubaidi
Yogyakarta
                                                  Emi Tamaroh
                                                  Yogyakarta 


Alfin Fajar Riswati
Dlingo, Bantul Yogyakarta

                                              Binti Syifaul....
                                             Ngawi, Jawa Timur


 
 Mutiara
Indoesia
                                           Astri Khoirunnisa
                                        Banjarnegara, Jawa Tengah
 
 M. Syaifudin
Tegal Jawa Tengah
                                              Nurhamid Al Mi'roj
                                              Kebumen, Jawa Tengah

Enggar Sri Wening
Yogyakarta

                                              Arina Fikriyatul Azizah
                                              Tegal, Jawa Tengah

 
Muflihah Qurrota A'yun
Klaten, Jawa Tengah

                                              Finda
                                            Yogyakarta


Neng Itoh
West Sunda 

                                     M. Irfan Fadhli
                              Banyumas Jawa Tengah


Aliviani Ifan
Yogyakarta 

                                                 Zidni Ash Shiddiqi
                                                 Yogyakarta



Widya 
Yogyakarta

                                                             Abnu Hanifah
                                                 Magelang, Jawa Tengah

 
Nur Khalifatunnazilah
Tegal , Jawa Tengah

                                                  Ahmad Asmu'i
                                        Magelang, Jawa Tengah

 
Hofur
Purbalingga, Jawa Tengah

                                             Vina Miftahul Jannah
                                               Jawa Timur


Triwahyuni Sari
Kalimantan Utara Selatan

                                                                      M. Sharoni
                                                         Cirebon, Jawa Barat

 
Najib Ulin Nuha
Pati, Jawa Tengah

                                                   Dian Arfi Hidayanti
                                                   Jawa Tengah


Respi Pradina Vika
Cikajang, Jawa Barat 

                                                      Nur Alfiani Safitri
                                                     Cirebon, Jawa Barat


Ferry Shalehah
Yogyakarta

                                                       Maslihatu Umami
                                                  Brebes, Jawa Tengah


Alvin Dwi Liyandra
Sulawes


                                    Amelia Nasution
                             Nganjuk, Jawa Timur









Wahid Zain K
Ngawi, Jawa Timur



Alawi Maksum
Kebumen, Jawa Tengah




Senin, 01 Oktober 2018

Dua Pintu Hati


          Maka dari itu hati memiliki dua pintu, satu pintu terbuka ke arah alam malakut ( alam ghaib), yaitu lauhul mahfudh dan alam kemalaikatan (alam rohani), dan satu pintu yang lain terbuka kea rah panca inderaan (lima indera) yang berkaitan dengan alam keduniaan (fisik) atau alam yang bisa disaksikan oleh panca indera. Alam indera ini merupakan cerminan dari alam kemalaikatan (lauh mahfudz). Pintu yang mengarah pada lauhul mahfudz bisa difahamiseperti halnya keajaiban mimpi yang benar secara yakin dimana hati bisa menghayati di tengah tidur akahn hal yang akan terjadi dikemudian hari atau masa lalu tanpa tanggapan dari inderawi.adapun pintu hati yang mengaruh kedalam bisa terbuka bagi orang-orang yang menyendiri untuk berdzikir kepada Allah SWT.
        Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Imam Al^Ghazali mirip dengan platotentang alam ideadan kaitannya dengan alam materiil(duniawi) dalam ham ini Al Ghazali menerangkan sebagai berikut:

“Seperti halnya arsitek yang akan menggambar gedung yang akan dibangunnya diatas kertas,baru kemudian dilaksanakan pembangunannya sesuai dengan naskah alam semesta secara lengkap dari awal hingga akhirnya didalam lauhul mahfudz, baru kemudian (secara urut) diwujudkan dalam kenyataan sesuai dengan naskah tersebut. (Ihya ‘Ulumuddin  Bab III, hal 19).

dari nukilan tersebut ia mencoba menjelaskan hubungan ilmu laduniyyah dengan        ilmu yang dipelajari par ilmuan yang beliau sebut ilmu ta’limiyyah. Menurut Al Ghazali hubungan keduanyalaksana hubungan naskah asli dengan duplikatnya. Jadi mirip betul teori plato bahwa ilmu yang ada dalam alam ide itu lebih murni dari yang telah digelar dialam raya. Namun keduanya persis samaseperti halnya naskah asli dengan duplikatnya atau tindasannya. Oleh karena itu lantaran ilmu laduniyyah dicapai melalui penghayatan kasyaf, maka para sufi tidak telaten belajar melalui pengkajian buku-buku atau penelitian secara gremet terhadap kenyataan alamiyah sepertihalnya ilmuan. Dalam ini al Ghazali dalam ihya ulumuddin Bab III hal. 18 mengatakan :

“Jika engkau telah tau yang demikian itu, ketahuilah bahwa kecenderungan para ahli tasawuf ialah kepada ilmu-ilmu ilhami bukannya pada ilmu ta’limiyyah, oleh karenanya mereka tak bernafsu  untuk mempelajari ilmu dan mengkaji kitab-kitab yang disusun para pengarangnya, dan membahas pendapat-pendapat mereka beserta dalil-dalil yang disebutkannya. Akan tetapi para sufi mengatakan jalanya adalah mendahulukan mujahadah(latihan rohani) dan menghapuskan segala sifat yang tercela, dan melepaskan segala kaitan hati denagndunia secara keseluruhan, dan menhapuskan sepenuh hati hanya kepada Allah SWT. Bila hal ini berhasil, maka Allahlah yang akan merahmati hati hambanya dengan nur ilminya, BIla Allah telah berkenan merahmati hambanya, dan terbukalah baginya rahasia alam ghaib dan tersingkaplah segala  kegelapan dengan rahmat Allah maka bercahaya lah hakikat keilahiannya. Maka yang diperlukan bagi hamba tak lain hanyalah mempersiapkan diri dengan penucian hati saja, dan menghadapkan keteguhan kemaunanya dengan niat yang benar dan kerinduan jiwa yang meluap-luap kemudian sabar menanti rahmat apa yang akan dibukakan Allah SWT. Para nabi dan para wali telah dianungrahi terbukanya tabir, bukan dengan jalan belajar dan mengkaji buku-buku yang tersurat, akan tetapi hanya dengan perantara menjauhi (zuhud) terhadap keduniaan, dan melepaskan segala persangkutan hati (pada selain Allah), dan mengosongkan hati dari segala yang menyibukkan (melalaikan), dan menekunkan pemusatan hati hanya pada Allah SWT semata.”

        Uraian tersebut menunjukkan betapa eratnya kaitan antara penghayatan kasyaf dalam tasawufdengan ilmu ghaib. Ilmu ghaib memang anak kendung dari ajaran tasawuf, bahkan ilmu ghaib ini bahkan merupakan kebanggaandan mereka jadikan tanda keluarviasaan seorang ulama sufi.ilmu ghaib ini mereka namakan keramat atau mereka yakini sebagai khaariqul al ‘adah (luar biasa), sejenis dengan mukjizatnya paranabi.sufi yang menguasai ilmu ghaib mereka digelari sebagai wali Allah (the saint, orang suci kekasih Allah). Bahkan para sufi pada umumnya dan kususnuya Imam Al Ghazali memandang dan meyakini bahwa penghayatan kejiwaan yang mistis atau kasyaf itu sebagai wahyu minor, selapis nilainya dibawah wahyu kenabian. Hal ini diungkapkan Al Ghazali dalam al

Soio-Antropologi Pendidikan



1.       Analisis Sosio-Antropologis

Antropologi merupakan suatu ilmu yang membahas tentang manusia mulai dari masa lalu, masa kini hingga masa yang akan datang. Dan mengambarkan manusia melalui ilmu sosial dan ilmu hayati (alam). Antropologi berasal dari bahasa yunani antropos yang berarti manusia/orang, dan logos yang berarti wacana. Secara bahasa antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia.

Sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang berarti teman dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Masyarakat merupakan sekelompok oang yang hidup bersama dalam lingkungan yang sama dan jangka waktu yang lama dengan memiliki ideologi/cita-cita untuk meraih kesejahteraan bersama dan juga memiliki suatu hasil kebudayaan dan kebiasaan bersama. Sosiologi akan mengkaji segala yang menempel pada diri masyarakat, mulai dari  perilaku masyarakat, komunikasi masyarakat dan hal yang dibangun oleh manusia untuk kehidupan bermasyarakat.

2.       Pondok Pesantren

Terkait dengan perkembangan dan munculnya pesantren, terdapat beberapa pandangan yang saling melengkapi. Menurut Mahmud Yunus menyatakan, bahwa asal usul pendidikan yang digunakan pondok pesantren berasal dari Baghdad dan merupakan bagian dari sistem pendidikan tersebut. Sedangkan menurut Karel A. Steenbrink menyaakan bahwa pondok pesantren jika dilihat dari bentuk dan sistemnya berasal dari masyarakat india dan hindu. Sebelum islam masuk ke nusantara, sistem pengajaran tersebut sudah digunakan oleh pengajaran hindu di jawa. Setelah islam masuk kemudian memadukan sistem pembelajaran tersebut dalam lembaga yang disebut dengan pondok pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa arab fundug yang berarti hotel/asrama, atau dalam pengertian lain pondok juga diseut dengan asrama-asrama para santri yang disebut pondok /tempat tinggal yang terbuat dari bambu.[1]

Dengan kata lain, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh dan diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama dan komplek dimana santri-santri menerima pengajian tersebut melalui sistem pengajian atau madrasah sepenuhnya berada di bawah kedaulatan  dari leadership seorang/beberapa kyai dengan ciri khas yang bersifat kharismatik dan independent dalam segala hal. Atau dapat difahami pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang tumbuh ditengah perkembangan masyarakat dengan ciri santri, asrama, bimbingan Kyai,Nyai/Ustadz yang kharismatik. Setidaknya dalam kehidupan pendidikan pondok pesantren terdapat lima varian yang sangat penting diantaranya Kyai (ulama’), pondok (asrama), Masjid (musholla), santri dan proses pengkajian kitab-kitab klasik/kitab kuning. Dari berbagai perkembangan yang ada maka tidak dapat dipungkiri varian yang bertambah karena bertambahnya pendidikan formal dalam dunia pesantren sehingga menambahkan varian penting lainnya seperti managemen, yayasan, sistem, pengurus, organisasi, tata tertib, dan juga lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan pesantren dan para santrinya.

a.       Kyai

Merupakan istilah lain dari ulama’, akan tetapi bagi orang jawa dan madura, istilah tersebut kerap dijadikan sebagai orang yang mengasuh pondok pesantren dan sangat menguasai dan mendalami ilmu agamanya. Di lingkungan jawa madura, Kyai digambarkan sebagai sosok yang kharismatik, berwibawa, sangat berpengarung terhadap lingkungan dan memikirkan/peduli pada umatnya. Selain itu dapat dikatakan sosok Kyai dalam strata sosial masyarakat termasuk berada dalam strata sosial tingkat tinggi hal ini karena peranan dan pemberdayaannya terhadap masyarakat. Menurut asal muasalnya Kyai diberikan kepada seseorang karena telah dianggap memiliki keahlian berbeda oleh masyarakat, pertama  segBi gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan keramat, kedua sebagai gelar kehormatan bagi orang tua pada umumnya, ketiga sebagai gelar yang diberikan kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan agama islam yang punya/memimpin pesantren.

b.       Pondok

Hal yang menjadi salah satu ciri khas dari pesantren adalah semua santri yang pergi mencari illmu tinggal belajar dan dengan model menginap tempat tinggal sesaat untuk para santri ini diajak untuk terus belajar dan mengajinya. Menurut Saefudin Zuhri menyatakan bahwa pondok bukanlah asrama. Beberapa hal kenapa lembaga pondok pesantren membutuhkan dan harus menyediakan asrama, pertama kemasyhuran dan kepandaian Kyai terhadap ilmu agama, kedua hampir sebagian pesantren berada di desa yang jauh-jauh dari keramaian dan kekuasaan , ketiga adanya timbal balik antara Kyai dan santri yang mana santri mengangap kyai sebagai bapaknya sendiri dan kyai mengangap santri sebagai anaknya sendiri.sehingga timbul sikap keakraban.

Selain itu kelebihan dari pondok ini adalah, terciptanya suasana lingkungan belajar yang kondusif, semangat belajar, keakraban antara santri dan santri, juga dengan kyai/guru , kemandirian, tanggungjawab, dan pengawasan 24 jam. Baik dari antar santri atau mantra ataupun dari kyai.

c.       Masjid

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manivestasi universalisme dari sistem pendidikan islam yang pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Menurut Quraish Shihab secara etimologis masjid berasal dari kata sajada yang berarti patuh, serta hormat dengan tunduk dan takdzhim. Sedangkan secara terminologis masjid merupakan tempat aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT.[2] Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya. Juga sebagian tempat pertimbangan. Posisi masjid bagi kalangan pesantren memiliki makna tersendiri, menurut K.H Abdurrihman Wahid masjid sebagai tempat untuk mendidik dan menggembleng santri agar lepas dari hawa nafsu .

d.       Santri

Merupakan istilah lain bagi orang yang mwncari ilmu pada lembaga pendidikan formal, bedanya santri ini mencari ilmunya di pondok pesantren. Dalam dunia pesantren istilah santri terbagi menjadi dua kategori yakni santri kalong dan santri mukim.

Santri mukim merupakan santri yang berasal dari luar daerah pesantren yang hendak mukim dalam mencari ilmu. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi urusan pesantren.

Santri kalong, merupakan para santri yang berasal dari daerah-daerah desa sekitar pesantren. Mereka bolak balik dari penerbangan. Mereka berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktifitas lainnya.

e.       Pengajaran Kitan Kuning

Kitab kuning adalah ungkapan dari kitab klasik yang sering dikaji dan dipelajari oleh para santri dan Kyai. Biasanya kertas-kertas pada kitab yang dikaji sudah lama usianya akan berubah menjadi kuning, oleh karenanya istilah kitab kuning ini muncul. Kitab yang biasanya dikaji dalam dunia pesantren adalah kitab-kitab klasik madzhab syafi’i dalam bentuk bahasa arab tanpa harakat, kitab ini juga sering disebut dengan kitab gundul. Kitab yang sering diajarkan di pesantren secara garis besar dibagi menjadi 8, diantaranya nahwu sharaf, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, cabang lain seperti tarikh dan balaghah.

Dalam proses pengajaran kitab kuning ini ada dua model pengajaran, yaitu sorogan dan bandongan. Sorogan merupakan metode yang digunakan dengan cara santri maju satu satu bergantian mengkaji atau membaca kitab tertentu dengan Kyai secara langsung, Kyai berperan menyimak apa yang dibaca oleh santri. Bandongan adalah suatu model pembelajaran kitab kuning yang mengaktifkan peran Kyai, kyai membaca salah satu kitab dengan penjelasannya dan diikuti oleh sebagian besar santri ikut menerjemahkan apa yang dibaca Kyai, biasanya bahasa yang digunakan dalam hal ini adalah bahasa jawa. Selain dari kedu metode tersebut juga ada salah satu metode lain yaitu Musyawarah yakni metode pengajaran dengan cara Kyai seakan membuka seminar yang ken=mudian dilanjutkan dengan dialog/tanya jawab antara santri dengan kyai berkaitan dengan masalah dan kitab-kitab klasik, biasanya sebelum proses pembelajaran ini para santri mempersiapkan terlebih dahulu bersama teman lainnya sebelum berhadapan langsung dengan sang Kyai.

3.       Madrasah

Pada dasarnya madrasah memiliki arti tempat atau wahana anak mengenyam proses pembelajaran , yakni di madrasah anak menjalani proses belajar secara terarah, terpimpin, dan terkendali. Dengan demikian madrasah mengambarkan sebuah teknis pembelajaran yang tidak berbeda dengan sekolah, hanya saja di madrasah terjadi pembelajaran yang secara harfiah menitikberatkan pada pengetahuan agama dan keagamaan. Oleh karenanya madrasah dan pondok pesantren sebenarnya mereka tidak jauh berbeda, masing-masing mempunyai model dan tujuan yang sama dalam melaksanakakn proses belajar mengajar.

Munculnya madrasah menurut para sejarawan pendidikan merupakan salah satu bentuk pembaruan pendidikan islam di Indonesia, karena secara historis awal kemunculan madrasah dapat dilihat dari dua situasi; adanya pembaruan islam di Indonesia dan adanya respon pendidikan islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.

Banyaknya madrasah yang bermunculan pada lingkungan pondok pesantren ini, kemudianoleh mukti ali sering disebut dengan madrasah dalam pesantren. Kemudian dalam perkembangannya model madrasah yang seperti ini sering diistilahkan sebagai madrash baebasis pesantren.maaknya madrasah pada lingkungan pesantren menurut steenbrink toida serta merta menghapus tradisi pesantren yang sudah ada dan bertahan lama  hal ini setidaknya bisa dilhat dari tradisi-tradisi keagamaan, tradisi intelektual dan tradisi kepemimpinan khas pesantren masih banyak ditemukan pada madrasah yang berada di lingkungan pesantren.

Setelah melewati sejarah dan waktu yang panjang penuh dengan dinamika, akhirnya madrasah semakin mendapatkan pengakuan dari pemerintah. UU sisdiknas 2003 semakin memperjelas dan mempertegas posisi dan kedudukan madrasah yang setara dengan sekolah umum lainnya. Oleh karenanya masyarakat dan pemerintah tidak boleh lagi mendikotomi antara sekola umum dengan sekolah agama, karena materi dan kebijakan yang melekat pada lembaga pendidikan umum seperti UAN, KBK, dan KTSP juga berlaku bagi madrasah.

4.       Sekolah

Sebelum masa penjajahan, pendidikan yang ada di Indonesia berupa pendidikan nonformal. Pendidikan ini telah ada sejak zaman kerajaan hindu / sebelumnya sekolah/ pendidikan dilangsungkan di tempat ibadah, perguruan atau padepkan. Ketika Belanda mulai memporakporandakan Nusantara dalam bentuk penjajahan dengan mengambil semua kekayaan dan rempah-rempah pada sebagian besar wilayah Indonesia,, Belandapun mulai melakukan penjajahan dii dunia pendidikan yang sebelumnya banyak dilakukan oleh warga pribumi pada tempat ibadah dan pondok pesantren. Penjajahan yang dilakukan dengan membentuk lembaga pendidikan baru yang dinakaman sekolah.

Pada awal abad ke 20 atas prakarsa masyarakat penguaa waktu itu muncul gagasan untuk mendirikan sekolah Indonesia, pada mula pendiriannya sekolah Indonesia terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan warga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara. Kemudian karena didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi persjuangan dan didorong oleh harapan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan proklamasi kemerdekaan serta wawasan dimasa depan, pemerintah Indonesia resmikan berdirinya sekolah indonesia pada tanggal 2 Maret 1959. Berdirinya sekolah ini berbeda dengan sekolah yang lainnya. Sekolah Indonesia lahir dengan penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan dan pembangunan Bangsa yang maju dan bermartabat.

5.       Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan/persatuan manusia yang hidup bersama dalam tempat yang sama dengan memiliki kebiasaan yang perilaku sama akan menjadikan suatu kebiasaan yang baru dan nantinya disebut dengan adat dan kebudayaan masyarakat bersama dan memiliki satu cita-sita sama meraih kesuksesan bersama tanpa ada yang tertinggal dan dapat encapai taraf hidup penuh dengan persemakmuran.

Pendidikan Agama Islam yang dibutuhkan oleh masyarakat multikultur adalah pendidikan agama yang selalu menghadirkan hidup penuh dengan keragaman baik latar belakang manusia ataupun sudut pandang manusia tersebut. Masyarakat merupakan semumpulan orang yang berbeda-beda yang menyatu dan mematuhi peraturan yang ditetapkan mempunyai mempunyai hubungan kekerabatan yang baik, baik antar suku apa antar Bangsa. Untuk memberikan pendidikan agama pada masyarakat bisa dengan mendiirikan majlis taklim atau pengajian di masing-masing.  Menurut Neguib al atas pendidikan islam lebih cocok berorien tasi pada ta;dib yang mengacu pada adab dan menguasainya. Ta’dib hanya mencakup pada perbuatan manusia. Alasan penyebab manusia remaja sebagai makhluk sosial yang perlu pendidikan, a) dalam tatanan kehidupan masyarakat , b) PAI di masyarakat merupakan agen sosial yang penting setelah sekolah dan penerapan terhadap akhlak remaja. C) PAI Masyarakat merupakan tempat konflik dan sosiulosi dalam keragaman


Kesimpulan

            Penganalisisan sosio antropologi bermaksud menghubungkan dan lebih mensingkronkan bagaimana peranan dunia penddikan/PAI terhadap manusia sehingga dalam pelaksanaan sekolah, madrasah, pondok pesantren bias memenuhikebutuhan manussia dan bermanfaat terhadap masyarakat luas


[1] Karel A stenbreenk, pesantren madrasah sekolah, pendidikan islam dalam kurun modern  (Jakarta :LP3 ES, 1994) hal.22
[2] M. Quraish Shihab, wawasan alqur’an ,(Bandung, Mizan, 1996, cet 2 hal 459.