Sabtu, 27 Juni 2020
Jumat, 26 Juni 2020
Kisah Abdurrahman Bin 'Auf
Merupakan salah satu sahabat nabi yang hidup pada masa nabi sekitar tahun 300 H menemani Nabi Muhammad SAW sejak berada di Makkah hingga hijrah bersama menemani hirah nabi bersama sahabat lainnya untuk berhijrah ke Madinah. Hingga terkenal sebagai sahabat yang perwira, sederhana, memiliki bakat berniaga yang bagus, dan selalu jujur dalam perdagangan, meskipun hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit. Hal itu dikisahkan ketika kaum Muhajirin datang bersama nabi ke Madinah dan disambut oleh kaum Anshor hingga Nabi Muhammad SAW pun mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Salah satunya adalah Abdurrahman Bin 'Auf yang dipersaudarakan dengan kaum Anshor yang memiliki istri lebih dari satu dan memiliki harta juga kekuasaan yang melimpah, dan hartanya pun terbilang tidak ada habisnya. Sahabat Anshor itu yang nantinya menanggung biaya hidup Abdurrahman Bin 'Auf selama di Madinah layaknya saudara kandung sendiri yang bertemu darah keturunannya. Sahabat Anshor itu menawarkan Abdurrahman untuk memiliki salah satu istri dari anshor itu, dan diberikan beberapa ternak dan wilayah untuk berusaha dan berkebun, namun mulianya abdurrahman bin'Auf dengan kerendahan hati beliau tidak mau menerima semuanya itu dan bahkan istrinya itu tetap pada suaminya, dan hanya menanggung kehidupan Abdurrahman Bin 'Auf di Madinah. Hingga sahabat Anshor itu memasrahkan beberapa usahanya untuk diolah Abdurrahman Bin 'Auf dan diolah nya dengan sangat baik, sebab basic beliau juga yang jiwa niaga yang sangat baik, selain itu Abdurrahman Bin 'Auf dalam berdagang selalu jujur dan lebih memilih jual beli secara kontan meskipun keuntungannya hanya sedikit, namun dengan jiwanya yang seperti itu justru semakin banyak orang orang madinah yang menyukainya dan semakin lama perdagangannya juga semakin berkembang dan maju dari yang kecil hingga menjadi usaha yang sangat besar, semua itu sebab beliau yang sangat sederhana dan jujur serta kontan meski keuntungannya sedikit bukan semakin bangkrut akan tetapi semakin maju dan berkembang.
Begitulah sekilas kisah istimewanya sahabat Nabi Muhammad SAW yakni Abdurrahman Bin 'Auf yang sangat luar bisa dan patut untuk dijadikan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari khususnya kaum muslim pada umumnya.
by: Moh. Zaki Jamaludin
قصة في الكتاب كيف تكون غنيا
Kopi, Gula & Tembakau
Kopi itu hanya sebatas serbuk hitam yang pahit dan mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian orang disana, sebab mereka yang sekedar memandang ia hanya sebagai wujud yang tak sempurna dan mengatakannya hina. Padahal dibalik kejelekan dan keadaan fisik yang tak sama dengan yang lainnya justru menjadikan mereka semakin memiliki tingginya harga bagi penikmatnya dan yang mengauminya, sebab mereka memandang ia dg biji yang memiliki rasa dan mempunyai kandungan olah fikir mereka yang menjadikan hidup mereka semakin bermakna, dan tak akan pernah menurun harganya bagai pengabadi dan penikmat yang sejati baginya.
Begitupun Gula yang hanya sebutir kecil putih bagai pasir yang diinjak-injak oleh manusia kala mereka hanya berdiri sendiri dan tak bersanding dengan sesamanya, sebab ia yang diadakan dr batangan yang tumbuhan itu juga seringkali direndahkan oleh manusia sebab kegatalan dan ketidaknyamanan oleh manusia namun tanaman tebu itu bahkan dicari oleh semua manusia sebab sifat ketawadhuan Gula untuk menyatu bersama siapa saja dan tak memnadang waktu dan masa dimana dan dengan siapa ia kan disatukan akhirnya. Ia yang butiran kecil dan putih juga tak ternilai dan bahkan dihina jika ia berdiri sendiri dan mengakibatkan penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya, namun itu hanya sebagian manusia. Akan tetapi setiap menusia pasti membutuhkannya sebab dalam diri mereka ada zat gula yang penting untuk dicukupkan dan konsumsipun tak berlebihan sehingga perjalanan hidupnya kan tetap aman dan penuh makna kala bersanding dan menghadap ibadah pada Tuhan semesta.
Selain dari pada itu Tembakau juga termasuk tanaman yang mayoritas menjunjung tinggi perekonomian Bangsa dan Negara, ia yang ditanam oleh meyoritas pegunungan dan dikonsimnya sendiri dalam kehidupan dan bahkan menjadi citra Semesta Nusantara di mata dunia, ia yang harusnya dinikmati oleh kalangan dewasa juga seringkali kebobolan dinikmati oleh manusia dibawah remaja hingga menciptakan cipta buruk baginya, namun tetap saja ia dinikmati dan dipandang membawa manfaat bahkan keberkahan bagi mereka yang merasakan jerih akan semua hikmah kala tembakau itu ditanamkan. Bahkan ia juga menjadi obat bagi mereka yang meyakininya, simbol sombol kemasan dalam selimut mereka sebenarnya bukan menghantarkan pada larangan meski ada orang yang melarangnya, namun disisi lain juga ada manusia yang mengimani jika ia tak mengapa untuk dijadikan teman berpikir mereka selama tak melebihi kemampuan dan tak berlebihan. Sebab diantara mereka ada yang memandang negatif namun banyak mereka yang memandang positif sebab mereka merasakan akibatnya secara langsung dan kemanfaatan darinya, namun satu hal yang harus kita kukuhkan dalam setiap pandangan kita terhadap ketiganya ketika berbeda sudut pandang akan sifat kebaikan dan keburukan maka tak sepantasnya bagi kita untuk saling membendi dan bermusuhan sebab hakikatnya kita dan mereka tetap sama sama menjadi hambanya Tuhan yang Maha Esa penguasa Semesta Raya.
By: Moh. Zaki Jamaludin
Tiga Kategori Pencari Ilmu
Menurut Imam Nawawi Al Bantani
Pertama,
manusia yang mencari ilmu dengan tujuan agar ilmunya menjadi bekal
untuk akhirat, dan kembali kepada Allah SWT, baik melalui dunia dengan
menjalankan segala perintah dan menjauhi serta meninggalkan apa yang
dilaranganya.
Kedua, orang
menuntut ilmu dengan tujan agar ilmunya digunakan sebagai alat untuk
menopang kehidupannya di dunia yang sementara. yakni mereka mencari ilmu
agar kehormatan, harkat dan martabatnya dipandang tinggi dan disegani
oleh lingkungan sekitarnya. Dan iapun menyadari betapa hinanya dengan
tujuan mencari ilmu dan diraihnya ketika mendapatkannya.
Ketiga, Manusia
yang menuntut ilmu yang mana ia dikuasai oleh setan sehingga menjadikan
ilmunya sebagai alat untuk memperbanyak meteri dalam kehidupan di
dunia, membanggakan kedudukan, memamerkan kekuasaan diri dengan
banyaknya pengikut. Ia pun menjadikan ilmunya seabagai alat untuk menipu
dan memperdya orang banyak demi mencapai keinginan keinginan duniawinya
saja.
cc: Kitab Bidayatul Hidayah : Syaikh Nawawi Al Bantani
By: Moh. Zaki Jamaludin
Selasa, 23 Juni 2020
كيف تكون غنيا عند العلماء
Mencari rizki merupakan suatu kwajiban bagi setiap manusia yang
berkehidupan di dunia demi manafkahi diri sendiri, orang tua, keluarga,
istri, anak, orang tua. Sungguh Allah SWT menjadikan tandangan atau
melakukan beberapa sebab yang digunakan dalam rangka mencari reseki
sebagai ibadah yang disukai dan memberikan ganjaran atau pahala bagi
mereka yang tekun untuk menjalankannya., Rasulullah SAW juga bersabda ان
الله يحب المؤمن المحترف . kemudian bagi mereka yang berniatan baik
dalam mentujukan atau bertujuan yang baik dalam mencari rejeki yakni
bekerja, maka hal itu bagi dirinya semakin terjunjung tinggi derajatnya
dan dikatakan sabilillah dihadapan Allah SWT, selain itu juga
Allah SWT memberikan keutamaan tersendiri bagi mereka dan juga
memberikan keberkahan dalam kehidupan mereka.sebab وكل ميسر لما خلق له.
Bagi mereka yang menggerakkan badannya untuk bekerja / mencari rezeki
yang dalam gerakan itu menunjukkan sifat kerjaan itu menuju pada perkara
yang haqq atau jelas dan benardengan memberikan batas-batas,
membenarkan kesopanan (kebijaksanaan) dalam perdagangan.. Al kasbu
ditetapkan pada beberapa bagian diantaranya yakni al kasbu yang dipuji
adalah pekerjaan yang ketika dilakukan dapat mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dan dalam bekerja
manusia harus memberhenikannya ketika hal itu bertentangan dengan
syari'at atau aturan Allah SWT, sehingga pekerjaan itu bisa
dikategorikan pada yang ukan kehalalan, dan jika itu sesuai dengan
syariat juga maka itu menjadi kehalalan untuk pekerjaannya. Dari
gerakan yang terpuji dalam bekerja maka hal itu menjadi luhur dan
menjunjung tinggi derajatnya.
Bekerja secara tertib dalam gerakan pekerjaan itu dengan mencari
pekerjaan yang halal maka menjadi kwajiban tersendiri untuk menjaga dan
kwajiban untuk menafkahi diri sendiri, selain itu juga wajib menafkahi
istrinya dan menyunnahkan terhadap kedua orang tuanya sebagai bentuk
kwajiban seorang anak. Jadinafkah itu bersifat wajib terhadap diri,
istri, dan orang tua.
Berikut adalah Kunci Rizki dan menjadi sebab" untuk kaya
1. Taqwa dan istiqomah
2. Bersyukur
3. Melanggengkan Al Qur'an (sering membaca Alqur'an)
4. Dzikir
5. Do'a
6. Istighfar
7. Shalawat kepada Nabi
8. tidak meninggalkan Shalat
9. Shodaqoh
10. Shilaturrahim
11. Berakhlakul karimah
12. Khidmah
13. Hati' dalam bekerja
Terimakasih Semoga Bermanfa;at.
By: Moh. Zaki Jamaludin
Senin, 22 Juni 2020
Kemanusiaan & Kepemilikan
Kemanusiaan yang senantiasa bersimpuh pada semestanya Tuhan, pada
waktunya pastikan mengalami kematian, kehilangan, perpisahan,
keterpurukan, kesakitan, dan juga kesedihan setelah datangnya kehidupan,
kepemilikan, pertemuan, kebangkitan, kesehatan dan juga kebahagiaan,
namun kala semua itu terjadi jangan sampai membuat nurani kemanusiaan
menjadi kebencian terhadap sesama, juga kecemburuan yang membutakan hati
belaka hingga kenikmatan Tuhan semesta seakan tak disyukurinya. Oleh
karenanya sejak manusia dilahirkan didunia baiknya di bimbing dengan
kebiasaan baik sesuai dengan peradaban manusia juga pedoman manusia
dalam bersyariat dan beragama, sehingga cikal bakal dan bekal mereka
senantiasa berlandaskan pada nilai nilai yang meestinya dijadikan
pedoman dalam berkehidupan. Dan jika kelak ketika para orang tua
meninggalkan anak-anaknya yang dibicarakan tidak hanya peninggalan orang
tua tapi juga bagaimana kita sebagai anak dan keturunannya untuk tetp
mendoakan mereka orang tua agar tetap mendapatkan ketenangan di alam
kubur mereka.
Kepemilikan dan mempunyai sesuatu di alam dunia kelak pada akhirnhya
makhluk pasti kan melepaskan apa meteri dan hal yang kasat mata untuk
kembali pada sang maha kepemilikan yang hakiki sebab materi yang
melimpah didunia itu bukan untuk manusia tetap manusia memang dititiipi
untuk bisa menjada dan merawatnya, hingga kelak ketika maut menjemputnya
pasti materi dan kekayaan yang berindikasi dunia pasti kan ditinggalkan
dan dilanjutkan perawatannya kepada anak dan keturunan.Hinga kelak jika
anak dan keturunannya tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan yang
berpondasikan agama maka bisa dapat dipastikan orang tua yang sudah
berada dalam kematian dengan alam yang berbeda hanya bisa menyesal dan
menangis dari sana sebab melihat anak yang tinggal hanya memperrebutkaan
peninggalan orang tua bahkan tidak pernah mendoakannya. Oleh karenanya
perlu diketahui untuk setiap orang tua di dunia, hendaknya kita
membekali anak keturunan kita dengan ilmu pengetahuan dan ilmu agama
juga jangan sampai kita meninggalkan anak keturunan kita hanya dengan
materi atau kekayaan dunia semata namun penting juga untuk membekali
anak keturunannya dengn=an ilmu agama dan pengetahuan yang mapan dan
penuh dengan pertanggungjawaban hingga kelak jika meninggalkan bisa
meringankan beban bukan hanya menambahkan tangisan yang berkepanjangan.
Kehidupan dan kepemilikan di dunia ini sifatnya hanya sementara sebab
yang maha kekal dalam kepemilikan hanyalah Allah SWT, namun jika dalam
kepemimlikan materi di dunia lantas dipergunakan untuk beribadah padaNYA
niscaya kita kan tetap meimilikinya tidak hanya kepemilikan yang hanya
bersifat di dunia namun bisa dilanjutkan dengan kepemilikan hingga
menghadap Allah SWT dalam wujud juga bentuk yang berbeda namun pada
akhirnya bukan dengan tangisan abadi melainkan berujung dengan
kekhusnulan dan kebahagiaan yang tak dapat lagi diperhitungkan sebab
berjejer erat bersama Allah SWT juga kekasihNYA.
By: Moh. Zaki Jamaludin
Minggu, 21 Juni 2020
Stabilitas Tunjangan Dlm Pendemi bagi Aktor Pendidikan
Perekonomian menjadi salah satu tolak ukur terkait kesejahteraan hidup masyarakat berbangsa dan bernegara dalam menjaga stabilitas hidup yang memerlukan terjaganya kesehatan dan ketersediaannya bahan pangan, namun dalam keadaan pandemi yang berkepanjangan ini setiap pemegang kekuasaan perlu meninjau dengan skala yang sangat keras dan optimal sehingga pencegahan dan penaganannya bisa berjalan sesuai dengan gejolak yang dirasakan oleh setiap warga yang membutuhkan. termasuk didalam hal ini adalah rakyat yang berpenghasilan dengan menggunakan harian atau bisa dikatakan mereka bisa mendapatkan uang jika mereka mau keluar rumah dan bekerja dengan resiko yng mungkin mengancam nyawa dirinya dan orang lain di sekitarnya, Sebab dengan itu mereka bisa berlangsung hidup dan mempertahankan kehidupan mereka bersama keluarganya, namun sejak kebijakan akan pembatasan sosial yang melibatkan orang banyak tentu saja sangat berpengaruh sebab penghasilan yang biasanya menjual barang dagangan sehari bisa sampai 20 namun sejak pandemi berlangsung dan kebijakan itu diterapkan paling si penjual dalam sehari hanya dapat menjual dagangannya sehari satu dan maksimal 5 yang dibeli oleh para pembeli, dengan demikian bagaimana nasib keluarga mereka dan kesehatannya untuk makan saja tidak mudah sedang mreka memiliki keluarga dan anak-anak yang lebih dari satu namun sehari mereka mendapat uang kurang dari sepuluh ribu. Perekonomian masyarakat semakin menurun, kesahatan pun terancam sebab asupan gizi yang berkurang, namun dalam keadaan yang demikian setiap bantuan yang diberikan oleh lembaga pemerintahan seringkali menyangkut pada bagian-bagian kordinator daerah dan wilayah yang mungkin tersumbat sampai waktu yang belum jelas hingga warga yang membutuhkan semakin kebingungan untuk memenui kebutuhan makan keluarganya. Dalam gejolak pandemi yang begitu meresahkan bangsa, juga informasi perhitungan berskala yang tidak sesuai dengan realita semakin membuat masyarakat cemas dengan kebohongan yang tidak dipertanggungjawabkan, namun aspek kehidupan dalam mengemban keadaan agar kebutuhan tetap terjaga semakin disempitkan hingga pendapatan semakin dihilangkan sebab dianggap pekerjaan tak lagi dilakukan oleh setiap pengemban kwajiban, namun pada hakikatnya lembaga dan kinerja tetap harus berjalan meski salah satuobyek dari bagiannya tak terlibat langsung dslam pelaksanaan. termasuk didalamnya adalah lembaga-lembaga pendidikan yang tetap berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintahan namun mereka masih mengkhawatirkan meski seperti itu harusnya kita tetap berjalan sebab Tuhan masih melindungi manusia dan sudah menentukan serta menaqdirkan kapan kita akan dimatikan dan dihidupkan dan kapan kita akan dimatikan juga sebab apa manusia akan dimatikan.
Lembaga pendidikan seperti sekolah madrasah dan pondok pesantren yang didalamnya terdapat tenaga pendidik dan kependidikan yang mana mereka juge memerlukan tunjangan untuk berlangsungnya kehidupan mereka bersama keluarganya, namun dalam kelengan yang dirasakan masa juga kegelisahan orang tua akan pendapatan setiap bulannya menjadikan mereka berburuk sangka kenapa sekolah tetap membayar bulanan sedangkan anak" libur dan Guru tidak bekerja ? Sedangkan setiap minggunya para pendidik dan tenaga kependidikan tetap bekerja secara administrasi juga pembelajaran secara tidak langsung. Namun pada realitanya setiap pendidik dan tenaga kependidikan tetap harus menjlankan pekerjaanya termasuk administras juga hal yang biasa dilapangan harus diadministrasikan sebagai bentuk pelaksanaan ketenaga kerjhaan sehingga mereka tetap mendapat pantauan dan mereka bisa mendapat tunjangan yang menjadi hak setiap pendidik dan tenaga kependidikan, meskipun mendidik dan mengajar menjadi bentuk pengabdian bukan semata mengharap hayaran bagi pendidik dan guru, namun memang tidak dapat dipungkiri jika setiap manusia yang hidup di dunia memerlukan meteri harta sebagai alat dan modal bahan agar tetap bisa bertahan hidup bersama keluarganya dan menjaga stabilitasi Tunjangan serta kwajiban nafkah terhadap istri dan keluarganya. Pendidik dan tenaga kependidikan pastinya memrlukan tunjangan tersendiri dari lembaga dalam masa pandemi ini sebab kinerja mereka tetap berjalan dalam keadaan apapun meski maya dan nonvisuall kinerja mereka tetap berjalan sesuai dengan tanggunagn saat mereka mulai bersatu dalam bingkai ketenaga kerjaan.
Dalam masa pandemi ini setiap orang tua perlu memahami bahwasanya tanggungjawab pendampingan belajar dan pendidikan bukan hanya guru dan pendidik saja atau semata-mata di sekolah, namun orang tua juga perlu mendampingi anak" mereka sebab akses pendidikan yang terbatas dan para pendidik hanya bisa memantau lewat media yang tersedia namun dalam hal ini orang tua tetap harus membayar biaya pendidikan, oleh karenanya dalam masa seperti ini antara penguasa, pendidik, orang tua dan peserta didik perlu bekerja sama dengan ikhlas dan tulus terlebih orang tua yang masih membayar biaya pendidikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan sehingga pendidikan tetap berjalan dan dalam masa yg dikenal generasi corona jangan sampai memutuskan perkembangan generasi penerus Bangsa dan Negara demi kehidupan yang sejahtera atas restu dan keberkahan Tuhan Semesta.
By : Moh. Zaki Jamaludin
Sabtu, 20 Juni 2020
Adab Tidur
Tidur merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk menstabilitasi keadaan diri manusia baik secara psikis ataupun sosiologis, fisik dan non fisik, sehingga ketika manusia dalam jangka waktu 1x24 jam tidak menidurkan dirinya pasti keadaan diri, emosional dan seluru isi dirinya tidak stabil dan merasa tidak karuan dalam diri manusia. Beberapa pakar kesehatan menganjurkan dalam sehari semalam manusia perlu mengistirahatkan badan untuk tidur kurang lebih 4 jam begitu pula dalam ajaran agama tidur tidak boleh berlebihan dan juga jangan sampai kekurangan sebab perlunya menjaga diri agar tetap sehat dan segar untuk bisa beribadah dan mengabdi pada Tuhan Semesta Allah SWT.
Tata cara dan tata tertib seringkali dianjurkan oleh beberapa lembaga ataupun pimpinan juga sekunpulan orang banyak dengan harapan apa yang dilakukan bisa seuai dengan ajaran yang sudah ada dan tidak bersebelahan dengan aturan yang sudah ditetapkan, namun manusia deringkali terjerumus dalam lupa dan juga kelalaian sehingga semakin membuat dirinya tidak sehat badan baik jasmani dan juga rohani. Oleh karenanya sejak dulu dan hingga sekarang sebenarnya setiap manusia dala berkehidupan sudah diberikan ttata caranya hanya saja kita tidak memperhatikan nasehat itu baik oleh Tuhan ataupun para Utusan. Hingga pada akhirnya semua tata cara juga perilaku yang diaturnya menjadi satu syariat dan adab tersendiri dalam melakukan suatu perbuatan baik terkait kemanusiaan ataupun keTuhanan. Begitupun Ajaran Rasulullah SAW dalam tidur baik mau setiap dan bangun tidur juga memiliki adab-adab yang baik hingga lepas dari godaan syaithon. Sebagai berikut setiap manusia yang beragama islam khususnya memiliki adab dalam tdur dan bangun tidur, sebagaimana berikut.
Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk bangun sebelum terbit fajar kemudian baca doa dan ambil wudhu dilanjutkan dengan melaksanakan shalat sunnah sebelum tiba waktu subuh. Pada pertengahan malam usai bangun tidur ada yang mengatakan ketika manusia tertidur kita terikat diri nya disebabkan oleh setan dengan 3 ikatan satu di kepala, satu di badan, dan satu di kaki. Disana dalam syarah pedoman lengkap kesempurnaan ibadah tali pertama ketika manusia terbangun dapat terlepas dengan membaca doa setelah bangun tidur, ikatan yang kedua terlepas ketika manusia melakukan wudhu/berwudhu untuk mensucikan diri dari hadats kecil, dan ikatan yang terakhir akan terbuka ketika usai berwudhu kita melaksanakan shalat 2 rakaat. Kemudian setelah melaksanakan shalat kita dianjurkan untuk membaca alqur'an untuk mendapatkan keutamaan malam dengan melantunkan kalam Tuhan ketika keadaan malam semesta gelap dan penuh dengan kerahasiaan hingga kelipatan amal baik di setiap malam kita bisa dapatkan dengan melakukan hal itu secara continue dan penuh dengan roja' pada Tuhan.
by : Moh. Zaki Jamaludin
Jumat, 19 Juni 2020
Adat & Budaya Jawa
Adat menjadi satu gagasan dalam kebudayaan masyarakat yakni suatu kebiasaan masyarakat yang sudah sejak dulu disepakati bersaama-sama demi kemashlahatan dan kemanfaatan bersama yang pada akhirnya menimbulkan satu nilai kebudayaan tersendiri dan menjadi ciri khas dari setiap daerah yang berbeda atau menjadi watak daerah tersebut, dan dijalankan secara turun menurun oleh anak cucu keturunannya pada zaman sekarang dan kemungkinan sampai kedepannya. Adat manjadi nilai dari budaya yang berjalan sedangkan budaya menjadi wadah nilai adat yang sudah diciptakan oleh nenek moyang kita pada umumnya khususnya BUmi Nusantara Jawa. Dan pada setiap adat itu akan memberikan satu kerancuan pada masyarakat dan menimbulkan sanksi yang tak tertulis terhadap pelaku yang dianaggap masyarakat setempat tidak sesuai dengan nilai adat dan budaya meeka dimana kehidupan ituberlangsung di tempatnya.
Kamis, 18 Juni 2020
Selasa, 16 Juni 2020
Kematian & Persaudaraan
Kematian menjadi salah satu rahasia sang Tuhan terhadap makhluknya tak memandang ia berstatus sosial tinggi ataupun rendah baik beragama ataupun tidak, baik yang shaleh ataupun yang nakal dan biasa saja, entah mereka pejabat ataupun rakyat biasa, mereka tiada yang tahu melainkan kehendak sang Tuhan semata sebagai suratan takdir yang harus dijalankan oleh manusia seisi semeta, terkait hal itu tiada yang bisa tawar menawar ataupun memajukan dan bahkan memundurkan waktunya pun tiada yang dapat merubahnya. mereka yang sudah tiba waktunya tidak bisa memohon tuk diperpanjang dan mereka yang masih jauh pun tidak mbisa mengajukan permohonan untuk dipercepat waktunya. sebagaimana yang difirman kan, bahwasanya setiap yang bernyawa pasti akan menemui waktunya, dan barang siapa yang sudah tiba ajalnya maka tidak bisa memajukan ataupun mengundur waktunya. Oleh karenaya amal dan amar yang baik senantiasa dilakukan oleh setiap manusia selama normalitas diri makhluk masih ada maka kita perlu amal dan amar yang baik sebagai bntuk penghambaan dan penyadaran pdNya bahwa tiada daya dan kuasa bagi manusia kecuali kehendak Tuhan dan kekuatan Tuhan semesta. Hingga mereka yang sudah menjemput dan terjemput ajalnya kan tetap bersemayam dikubur hingga berakhirnya seluruh semesta jagad raya, hingga petangnya kubur tercerahkan oleh amal dan amarnya manusia itu juga penghadiahkan doa oleh anak keturunannya yang dihadiahkan kepada mereka.
Persaudaraan menjadikan satu ketentuan Tuhan terkait emosionalitas jiwa manusia akan rasa tolong menolong dan membantu sesama makhluk didunia, hingga ssesama manunsia memang perlu tuk menumbuhkan rasa saling pengertian dan kesadaran lingkungan bersama agar hidup terasa tentram dan aman. Namun memang masih banyak kesadaran yang tertinggal oleh kita semua, dan patutnya manusia manusia Nusantara terlebih manusia jawa mamang harus tinggi jiwa kesadarannya SEBAB MEEKA menjadi satu satunya manusia yang menjunjung tinggi harkat kebersamaan topang menopang dalam kehidupan jawa pada dulunya. Sebab kultur jiwa jawa manusia manusia jawa yang terdahlu memnag sangatlah mulia hingga semakin perkembangan semakin memudar sebab apa yang ada menjadikan jarak antar manusia dengan manusia yang lainnya. Namun dalam perenungan di tengah malam memang perlu kita sadari dan cermati hingga nantinya harus diaplikasi dalam kehidupan bahwasanya kebersamaan dan kesopanan yang harus dijunjung tinggi dalam aspek nilai kehidupan, meski ada kalaanya persaudaraan itu hanya sebatas sesama agama, sesama warga, ataupunsesama tetangga akan tetapi pada hakikatnya kita adalah sesama manusia yang harus aling gotong bersama dalam keadaan yang sudah diciptakan sebagai ketentuan Tuhan yang harus dijalankan sesama manusia di alam jagad raya.
by : Moh. Zaki Jamaludin
Minggu, 14 Juni 2020
Kamis, 11 Juni 2020
Rabu, 10 Juni 2020
Kerja, Pekerja dan Kinerja
Kinerja merupakan perbuatan yang dilakukan oleh setiap pekerja di
setiap pekerjaannya yang sesuai dengan aspek aspek pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan bidang dan tugas kwajibannya dalam suatu lembaga
ataupun satu naungan pekerjaan. suatu ketika saat menjelang event
tertentu pasti ada yang perlu dilakukan telebih saat menjelang awal dan
tahu perioide pekerjaan sehingga menuntutkan mereka tuk melakukan,
meski pada akhirnya menimbulkan kebencian namun kwajiban harus dilakukan
semestinya sesuai dengan tanggungan.
Kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia untuk
mendapatkan sautu target pekerjaan yang diingin bersama dan kepentingan
bersama sesuai dengan poros kerja dan kinerja setiap orang tersebut
dengan harapan tidak ada miss komunikasi atau pencapaian yang berbeda
dari setiap anggota yang berada dlam poros kepemimpinan yang sama. Akan
tetapi memang tak dapat dipungkiri oleh setiap manusia bahwasanya Tuhan
menciptakan segala sestu itu memang berpasangan dan juga berdampingan
mulai dari aspek kehidupan yang melibatkan diri sendiri, sosial, hingga
pada penujuan akhir sang Tuhan pencipta semesta alam. Dalam dunia
pekerjaan setiap orang pasti akan menemukan satu titik kenyamanan dan
kegelisahan juga peraduan keduanya hingga aspek rasa kerjaan yang penuh
dengan kejumudan dan kedengkian, semua itu biasanya berasal dari
pendatang dan prestasi bagian lain dalam bidang pekerjaan yang
dinobatkan sebagai kepercayaan juga kegigihan dalam mengemban amanah
yang tak sepantasnya tuk dibicarakan.
Sebagai orang yang baru memang kita perlu untuk menyesuaikan dengan
keadaan dan hegemonitas pelaku roda kegiatan agar tidak terjadi
perselisihan antara pendatang lama dengan pendatang yang baru saja
menyatu dengan kwajiban dan tujuan yang sama, namun apabila apa yang
akan dianggap membawa pada aspek ketenagaan yang menjunjung tinggi nilai
senioritas mungkin tidak seharusnya terjadi, sebab dalam dunia pekrjaan
kinerja itu memandang satu titik yang menjadikan mereka berbada
hanyalah jabata, kedekatan, dan juga orang dalam, meski pada hakikatnya
semua manusia dipangdang sama oleh Tuhan namun itulah aspek kehidupan
manusia yang berporos pada keduniaan tanpa menimbang martabat keadaan
dimana kala makhluk dan Tuhan berada dalam nuansa yang saling
memandangkan dibawah timbangan keadilan sang Tuhan. Hingaa jika muncul
satu indikasi yang mengarahkan pada titik tersebut munkgin kita prlu
melakukan tindakan berupa penulakan dan ketidak setujuan lewat cara
baik-baik bukan pembantahan dan penyalahan sesama kinerja ditempat umum
dan bukan forum hingga tidak saling menyakitkan dengan tujuan baik maka
carapun harus kita lakukan dengan baik pula.
Begitupun dalam perjalanan yang dilanjutkan ketika sudah mendapatkan
tanggungan maka hendaknya diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan, meskipun apa yg dilakukan itu mengandung unsur kesalahan
seharusnya apapun langkah berikutnya dan bagaimana penyelesaiannya
setiap pihak harus mengetahuai keputusan dari pihak yang berwenang
secara transparan dan luwes bukan dadakan dan satupihak saja namun
memang susah dijalankan sebab tak selamanya setiap kepemimpinan itu
mendapat kan rasa kejiwaan yang faham betapa jatuhnya harga diri dengan
apa yang selama ini dilakukan dengan waktu yang diluangkan namun
dianggap acuh oleh prt kinerjanya hingga apa yang ditimbulkan itu
dianggap sia-sia, oleh karenanya apapun permasalahannya dan apapun
keputusannya penyatuan dan penyelesaian tetap harus diketahui dan
ditanggung bersama hingga pihak satu dan lainnya saling berlapang dada
buka dendam yang mengakibatkan negatif yang menimbulkan rusak dari
output kinerja yang dirancangnya.
Tetap
waspada dan jaga-jaga, setiap perbuatan yang nampak mata pasti mekiliki
pandangan lain yang positif dan negatif dan bahkan membencinya, tetap
sabar, istiqomah, ikhtiar, istiqomah dan doa pada Tuhan Semesta Raya....
!!!
Jumat, 05 Juni 2020
Pendidikan & Kebudayaan
Pendidikan menjadi satu jalan dalam membentuk karakter dan kepribadian manusia enatah nantinya ia akan menjadi sosok yang berkepribadian baik atupun buruk semua tergantung dalam perjalanan mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan dalam setiap pergantian masa dalam kehidupan, sehingga itu memiliki pengaruh yang saangat besar bagi dirinya. Namun dengan sebegitu adanya dan sebaik apapun pendidikan yang diikutinya namun disisi lain orang tua masih berperan sejak seorang anak dilahirkannya sampai mereka tumbuh menjadi sosok manusia yang dewasa.
Seiring berkembangnya pola kehidupan, zaman, juga teknologi yang semakin menjadikan pengaruh lumayan besar bagi seorang anak, sehingga kini muncullah lembaga pendidikan dan sekolah yang menjalankan program kurikulumnya dengan kegiatan belajar mengajar dalam sekolah yang FDS (full day school) yaitu sekolah yang menerapkan kegiatan sekolah seharian fuul anak-anak berada di sekolah untuk mengikuti belajar yang merupakan bagian dari pendidikan. Bahkan kini banyak sekola yang berbasic umum kemudian mulai mencampuradukkan pelajaran yang berbasic umu dengan ilmu-ilmu keagamaan dalam kemasan yang terlihat sempurna, hingga menjadikan banyak orang tua tergiur untuk menyekolahkan anak mereka disana sebab kesibukan orang tua yang sungguh teramat luar biasa sehingga mereka berangggapan itu menjadi jalan unutk mendampingi pertumbuhan anak yang dilahirkannya. Sungguh kesalahan kaprah yang mungkin tak disadari oleh orang tua pada masa perkembangan segala aspek didunia.
Pendidikan dalam aspek penerapannya memiliki beberapa faaktor yang teramat penting didalamnya, termasuk diantaranya adalah lingkungan dan orang tua juga kebiasaan yang dilihat oleh mata dalam pergantian masa. Oleh karenanya bagi setiap orang tua, kita boleh saja memasukkan anak-anak kita ke sekolah yang penuh kegiatan belajarnya hampir seharian hingga mereka pulang kerumah ketika menjelang malam, namun perlu diingat seorang anak juga membutuhkan peranan orang tua dan perhatian yang sangat luar biasa meskipun orang tua memiliki kesibukan yang luar biasa kita harus mengusahakan di setiap hari kita berkomunikasi dengan anak-anak kita, kalau memang jika tidak memungkinkan paling tidak disetiap awal dan akhir mata terbuka dan terpejam tidurnya anak orang tua berada di sisi mereka, Sekedar menemani tidur mereka dan bangun mereka mungkin ada yang anak-anak ceritakan pada orang tuanya selama seharian berada di rumah sehingga mereka membutuhkan seseorang yang setia tuk mendengarkannya dalam hal ini adlah orang tua mereka, terlebih mereka yang masih berada di masa-masa pertumbuhan awal menuju dewasa, anak-anak jauh lebih membutuhkan orang tua nya setelah menemukan masalah di luar kehidupan rumahnya.
Kebudayaan merupakan suatu hal disepakati oleh orang untuk dilakukan secara rutin dalam jangka waktu yang panjang untuk dilakukan bersama-sama, dalam hal ini diintikan menjadi kebiasaan setiap manusia yang berkehidupan dunia. Kebiasaan ini juga menjadi bagian dari pendidikan atau bisa dikatakan memiliki keterkaitan yang sangat erat menurut Ki Hajar Dewantara dalam bukunya Pendidikan dan Kebudayaan yang menjelaskan hubungan erat proses perjalanan pendidikan dalam sinkronisasi kebudayaan atau kebiasaan masyarakat skitar juga lingkungat yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan diibaratkan wadah sedang pendidikan menjadi isi atatu ruh dari wadah tersebut, jadi sungguh betapa berhamburnya isi dari wadah tersebut jika wadahnya saja bocor atau mungkin rusak, sehingga wadah yang baik perlu dimiliki agar hasil dari isipun tetap baik dan utuh sesuai dengan apa yang harus diajarkan atau disampaikan dari yang memiliki isi tersebut. Begitu juga dengan pendidikan yang baik itu menjadi baik kala kebiasaan-kebiasaan elemen pendidikan itu baik sesuai dengan standarisasi yang dianutkan yang didalamnya termasuk orang tua juga harus berperan baik dalam mendampingi perkembangan anak terlebih dalam hal tanggung jawab dan penunaian hak yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak terhadap kwajban dirinya sendiri. Kebiasaan yang dimaksud dalam hal ini termasuk gerak gerik orang tuanya dan pendidik pada khususnya yang dalam hal ini pendidikan menuntutkan pada elemen atas bagian atas untuk memberikan teladan baik atau dalam sisi keagamaannya adalah Uswatun Chasanah yang sejajar dan seimbang antara perkataan dan perbuatannya jangan sampai tgerjadi ketimpangan diantara keduanya atau mungkin bahkan meninggalkan slah satunya. Bisa dikatakan juga kebudayan menjadi alternatif berlangsungnya pendidikan agar biasa tercapai sesuai dengan apa yang ditujukan dan dicita-citakan sehingga harapannya kedepan output pendidikan bisa menormalisasi aspek kehidupan yang berdasarkan sila pancasila setiap jiwa yang mengaku keendonesiaan.
Pendidikan dan kebudayaan adalah satu keterkaitan yang tidak mungkin untuk dipisahkan, terlebih bangsa Indonesia yang sejatinya nenek moyang yang berbudaya dan bernuansa semua itu tak dapat ditinggalkannya meski mistisisme , eksestisme dan isme yang lainnya seringkali maka sebagai pendidik dan orang tua harus bisa mendampingi anak tuk terus tumbuh dan berkembang mengenyam pendidikan tanpa meninggalkan nilai-nilai kebudayaan dan leluhur Bangsa Indonesia Bumi Nusantara sehingga kelak output pendidikan selain cerdas jiwa akal dan pikiran juga bisa istiqomah menerapkan nilai patriotisme yang sesungguhnya bukan untuk kepentingan keluarga atau kelompok saja akan tetapi juga demi keutuhan kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Terimakasih & Mohon maaf atas segala keslahan dalam menuliskan dan isi kandungan.
By : Mr. Jack
Pandemi dan Gugatan hati
Indonesia merupakan masyarakat yang sangat kental kultur budayanya terlebih budaya gotong royong serata cangkrukan sendau bersama dalam satu tempat tuk membicarakan apa saja hal terkait kehidupan meski terkadang banyak yang terlihat seakan tak berarti apa-apa namun memiliki sejuta makna yang membudidaya jiwa manusia indonesia. Oleh karenanya pandemi yang seakan menghidupkan semua kebiasaan masyarakat dalam kehidupan menjadikan satu generasi yang kemarin hidup keindividual pun seakan mendapat dukungan meski terkadang nuraninya bertanya mengapa sekeliling dirinya sepi bagai hidup di belantara, namun bagi mereka yang terbiasa cangkrukan dan berkumpul bersama dengan sebaya atau dengan orang sekitarnya pasti merasakan titik perbedaan yang mengguncang kejiwaannya.
Masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan dan harus bekerja setiap hari itu seakan terancam rejekinya sebab larangan tak boleh berjualan terlebih mereka yang hanya sebatas kuli payah dimana mereka dibayar kala berangkat dan tak berpendapatan kala dirinya hanya dirumah, namun tuntutan hastage dirumah saja semakin menekan kehidupannya juga keterancaman ketentraman hidup serta kemakmuran ia dan keluarganya, entah sampai kapan semua itu akan dimanfaatkan oleh setiap pemegang tahta tertinggi dalam hidup berbangsa dan bernegara. apa apa dilarang, apa-apa dibatasi, apa-apa tidak diperbolehkan, dan apa-apa diatur oleh kekuasaan berlandaskan ketertiban, bahkan peribadatan pun harus dikorbankan sebab kekhawatiran mereka yang melebihi takuntnya pada Tuhan. Mereka yang berkumpulpun harus dibubarkan bahkan menyambung dan saling berkunjung pun tidak diperbolehkan, sedangkan disisi lain masih ada perkara yang tak penting yang harus dibubarkan namun seakan mendapat kehalalan dr sang pemegang kekuasaan, entah apa semua ini keterbalikan zaman atau hanya tipu daya syaitan tuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Dimasa yang seperti ini harus setiap elemen masyarakat dan meninggikan rasa pengertian dan saling menjaga kesehatan bukan saling memaki dna penormalan setiap hal pekerjaan dan kehidupan harus dijalankan
Dimasa yang seperti ini harus setiap elemen masyarakat dan meninggikan rasa pengertian dan saling menjaga kesehatan bukan saling memaki dna penormalan setiap hal pekerjaan dan kehidupan harus dijalankan
Kamis, 04 Juni 2020
Rabu, 03 Juni 2020
Bentuk-bentuk Hadits
A.
BENTUK-BENTUK HADIS
Dilihat
dari segi bentuknya, hadis Nabi dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
hadis yang berupa ucapan (hadis qawli), hadis yang berupa perbuatan
(hadis fi’li), hadis yang berupa persetujuan (hadis taqriri),
hadis yang berupa hal ihwal (hadis ahwali), dan hadis yang berupa
cita-cita (hadis hammi).
1.
Hadis yang Berupa Ucapan (Qawli)
Segala
perkataan Nabi baik yang berkenaan dengan ibadah maupunkehidupan sehari-hari
disebut dengan hadis qawli, yaitu segala bentuk perkataan atau ucapan
yang disandarkan kepada Nabi. Perkataan itu berisi berbagai tuntutan dan
petunjuk syara’, peristiwa-peristiwa. Dan kisah-kisah, baik yang berkaiatan
dengan aspek akidah, syari’ah, maupun akhlak. Contoh hadis qawli adalah hadis
yang diriwayatkan oleh ‘Abd Allah Ibn ‘Umar bahwa Rasulullah bersabda:
بُنِيَ
الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ
وَالْحَجِّوَصَوْمِ رَمَضَانَ
”Islam
ditegakan atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
haji, dan berpuasa bulan Ramadhan”.
Periwayatan
hadis secara qawli oleh Nabi dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
sabda Nabi disampaiakan di hadapan orang banyak, baik melalui majlis ‘ilm,
khutbah, ceramah, dan sebagainya. Hadi diampaikan dihadapan orang banyakyang
terdiri dari kaum laik-laki, melalui pengajian rutin di kalangan mereka, dan
juga meleui pengajian di kalangan wnaita. Kondisi ini, sebagaimana diriwyatkan
oleh Abu Sa’id al Khudzri, bahwa suatu ktika kaum wanita mempersoalkan tentang
jatah waktu pengajian antara kaum pria dan wanita, sebab pengajian saat itu
lebih banyak dilakukan di kalangan kaum pria. Para wanita itu berkata, “kaum
pria telah mengalahkan kami untuk memperoleh pengajaran dari Engkau. Karena
itu, mohon engkau menyiapkan satu hari untuk kami.” Maka Nabi menjanjikan
suatu hari untuk memberikan pengajaran kepada kaum wanita itu. Dalam pengajian
itu Nabi memberi nasihat dan menyuruh mereka berbuat kebajikan. Nabi bersabda.
“Tidaklah
seseorang dari kalian yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya, melainkan
ketiga anak itu menjadi dinding baginya dari ancaman api neraka”. Seorang
wanita bertanya, “Dan bagaiman jika yang mati dua orang anak?” Nabi menjawab,
“Dua orang anak (juga menjadi dinding baginya dari api neraka”.
Kedua, sabda Nabi dikemukakan di depan seorang atau beberapa orang saja.
Hadis qawli disampaikan oleh Nabi di depan salah seorang sahabat baik yang
berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh sahabat itu maupun tidak.
Misalnya , ada seorang wanitayang bertanya kepada Nabi tentang mandi bagi
wanita yang telah suci dari haidnya. Nabi menyuruh wanita untuk mandi
sebagaimana mestinya, tetapi ia belum mengetahui bagaimana cara mandi itu. Maka
Nabi bersabda:
“Ambilah
seperca kain (yang telah diolesi dengan wangi-wangian) dari kesturi, maka
bersihkanlah dengannya”.
Wanita tersebut bertanya lagi, “Bagaimana
saya membersihkannya?” Nabi bersabda, “bersihkanlah dengannya”.
Wanita itu masih betanya lagi, “Bagaimana (cara-nya)?”. Nabi bersabda, Subhanallah,
hendaklah kamu bersihkan”. Maka Aisyah, istri Nabi berkata “Wanita itu
saya tarik ke arah saya dan saya katakan kepadanya, “Usapkan seperca
kain itu ke tempat bekas darah”.
Meskipun
hadis di atas berkenaan dengan tuntutan teknis suatu kegiatan, yaitu cara
membersihkan darah bagi wanita yang selesai haid, hadis itu bukan kategori fi’li,
sebab di dalamnya tidak terdapat peragaan Nabi tentang cara mandi bagi wnaita
yang baru selesai haid. Nabi hanya memberi tuntunan bagaimana caranya mandi
setelah haid itu melalui sabdanya.
Ketiga, hadis qawli dikemukakan oleh Nabi sebab tertentu yang mendorongnya
menyampaikan hadis yang berkenaan dengan peristiwa tertentu itu. Sebab tertentu
itu, dalam ilmu hadis, disebut dengan asbab wurud al-hadis, yaitu faktor-faktor
yang menyebabkan hadis disabdakan oleh Nabi. Ketika Rasulullah mengangkat
seorang pejabat pengumpul zakat (‘amil), misalnya, saat pejabat itu selesai
melaksanakan tugasnya, dia datang kepada Nabi dan berkata, “Rasulullah ini
untuk engkau dan ini hadiah yang diberikan orang kepada saya”. Maka Nabi
bersabda kepada sahabat itu, “Mengapa kamu tidak duduk saja di rumah ayah
dan ibumu sehingga kamu dapat melihat, apakah dengan demikian kamu juga akan
memperoleh hadiah atau tidak?”
Kondisi
di atas, pada malam harinya setelah shalat isya’ mendorong Nabi berpidato di
depan orang banyak. Sesudah mebmbaca syahadat (al-syahadatayn) dan memuji Allah
(hamdalah), Nabi bersabda:
“Adapun
sesudah itu bagaimanakah halnya, bila seorang pejabat yang kami serahi tugas
kalau dia datang melapor kepada kami seraya berkata: “Ini adalah hasil tugas
yang berasal dari Anda, sedang ini adalah bagian yang dihadiahkan kepada saya”.
Mengapa dia tidak duduk saja di rumah ayah atau ibunya, sehingga dia dapat
melihat apakah dia akan diberi hadiah (oleh orang)ataukah tidak. Demi Allah
yang diri Muhammad berada dalam genggaman-Nya, tiadalah seorang dari kalian
melakukan ssuatu pengkhianatan (korupsi), kecuali nanti pada hari kiamat dia
akan memukul beban di lehernya. Jika yang dikorupsi adalah seekor unta, maka
dia akan datang dengan suara unta; jika (yang dikorupsi) adalah seekor sapi,
maka orang itu akan datang dengan meenguh seperti sapi; bila (yang dikorupsi)
adalah seekor kambing, maka orang itu datang dengan mengembek. Sungguh (hal
ini) telah kusampaikan kepada kalian”.
Abu
Hamayd al-Sa’di, sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis di atas, berkata: “Kemudian
Rasulullah mengangkat kedua tangan beliau, sehingga kami melihat warna putih
pada kedua ketiak beliau.”
Terlihat
pada riwayat di atas, Nabi menyampaikan hadisnya dengan lisan di hadapan orang
banyak. Hadis itu disampaikan Nabi sebagai teguran terhadap seorang petugas
yang melakukan “korupsi” berupa penerimaan hadiah dari masyarakat. Ketika
berpidato menyampaikan peristiwa pelanggaran itu, nabi tidak mnyebutkan nama
petugas yang telah ditegurnya. Kasus sahabat tersebut memotivasi Nabi berpidato
di depan untuk memperingatkan mereka agar tidak berbuat hal serupa.
Keempat, pada umumnya, hadis dalam bentuk sabda tidak disertai dengan
sebab tertentu. Nabi bersabda tanpa adanya motivasi yang mendorongnya untuk
menyampaikan hadis. Hadis kategori ini disampaikan oleh Nabi dalam rangka
menyampaikan ajaran islam sebagai tugas risalahnya meskipun tidak ada yang
melatarbelakangi kemunculan hadis dimaksud. Misalnya, hadis tentang bacaan
ringan yang dicintai oleh Allah. Dengan menyampaikan hadis ini, Nabi bermaksud
agar umat islam melakukannya. Nabi bersabda:
“Dua
kata yang ringan diucapkan, tetapi berat dalam timbangan (kebajikannya), serta
dicintai oleh Allah yang Mahapengasih, yaitu (ucapan), “Subhan Allah wa bi
hamdih subhan Allah al-‘Azhim.”
Kelima, pada umumnya, nabi tidak menyertakan perintah untuk menulis sabda
itu kepada sahabat tertentu. Nabi hanya bersabda dan seorang atau beberapa
sahabat mendengarkannya. Akan tetapi, adakalanya Nabi menyertakan perintah
kepada sahabat tertentu untuk menulis sabda yang diucapkannya itu.
2.
Hadis yang Berupa Perbuatan (Fi’li)
Dimaksud
dengan hadis fi’li adalah segala perbuatan yang disndarkan kepada Nabi seperti
cara Nabi melaksanakan shalat, wudhu, dan lain-lain ynag disampaikan kepada
umat islam melalui sahabat. Hadis tersebutberupa perbuatan Nabi yang menjadi
aturan perilaku sahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat
islam untuk mengikutinya. Contoh hadis fi’li:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ
حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَة
Artinya:
”Rasulullah saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun tunggangannya
menghadap. Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari
tunggangannya, lalu menghadap ke kiblat ”.
(HR. Turmudzi)
Hadis
yang berupa perbuatan tidak diketahui langsung oleh Nabi tetapi melalui
informasi yang disampaikan oleh sahabat. Ketika Nabi melakukan sesuatu, sahabat
menyaksikan perbuatnnya kemudian disampaikan kepada sahabat lain. Hadis fi’li
dilihat dari proses periwayatnnyamasuk kategori hadis yang disampaikan sahabat,
dalam arti para sahabat yangmenyampaikan kandungan hadis yang berupa perbuatan
itu kepada para generasi sesama sahabat atau generasi berikutnya. Sekilas,
karena yang menyampaikan sahabat secara verbal, hadis ini termasuk hadis
mawquf, namun sesungguhnya tidak. Alasannya, hadis mawquf dinisbahkan pada
sahabat, jadi sahabat yang menjadi sumber berita, sementara hadis fi’li sumber
beritanya adalah Nabi dan karenanya bersifat marfu’, Hadis fi’li ini juga
mempunyai beberapa kategori:
Pertama, hadis yang berupa perbuatan yang disebabkan oleh sebab tertentu.
Nabi melakukan suatu perbuatan yang disaksikan oleh seorang atau lebih sahabat
yang disebabkan faktor tertentu. Penyebab Nabi berbuat atau bersabda
bermacam-macam.
Kedua, hadis fi’li yang tidak disebabkan oleh sebab tertentu. Hadis-hadis
yang berbentuk perbuatan yang tidak disebabkan oleh sebab tertentu lebih banyak
dibanding hadis-hadis yang disebabkan oleh faktor tertentu. Hal ini dapat
dimaklumi, karena nbi berbuat tiap hari dan kebanyakan perbuatannya itu terjadi
tanpa didahului oleh sebab tertentu yang menjadi motivasinya. Jumlah hadis
kategori ini sangat banyak mencakup segala aktivitas yang Nabi lakukan baik
berkenaan dengan ibadah maupun muamalah, bahkan berita tentang doa-doa Nabi juga
merupakan sebagian dari hadis fi’li, Misalnya:
“Do’a yang paling banyak dilakukan
Nabi saw, adalah Allahumma atina fi al-dun-ya hasanah wa fi al-akhirah
hasanah waqina ‘adzaba al-nar” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Hadis
diatas menjelaskan bahwa aktivitas doa yang paling banyak dilakukan oleh
rasulullah adalah do’a tentang permohonan kehidupan yang sejahteradi dunia dan
dan akhirat, serta terhindar dari siksa api neraka. Karena doa ini dilakukan
oleh Nabi apalagi dilakukan secara berulang kali, maka dapat dinilai sebagai
perbuatan Nabi.
Ketiga, hadis yang berupa perbuatan yang dilakukan di hadapan orang
banyak. Sebagaimana diinformasikan oleh ‘Aisyah, pada suatu malam Rasulullah
shalat di masjid. Lalu orang-orang ikut shalat bersama Nabi. Pada malam
berikutnya, Nabi shalat lagi di Masjid, orang-orang yang ikut shalat bersama
Nabi pun semakin banyak. Kemudian pada malam ketiga atau keempat orang-orang
berkumpul lagi untuk melakukan shalat jamaah dengan Rasulullah, akan tetapi
Rasulullah tidak keluar dari kediamannya. Pada waktu shubuh Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya
saya telah melihat apa yang kalian lakukan. Dan tidak ada sesuatupun yang
menghalangi saya untuk keluar menjumpai kalian, terkecuali saya sesungguhnya
khawatir kalian akan menyangka bahwa shalat malam tersebut diwajibkan atas kalian”
Peristiwa
bahawa pada suatu malam Rasulullah shalat di masjid dan diikuti orang-orang
shalat bersama Nabi dan pada malam berikutnya Nabi shalat lagi di Masjid yang
diikuti oleh orang-orang yang semakin banyak, tetapi Rasulullah tidak keluar
dari kediamannyameskipun banyak orang menunggu itu terjadi pada bulan Ramadhan.
Perbuatan nabi tersebut dilihat dan disaksikan oleh para sahabat yang saat itu
mengikuti shalat berjamaah bersama Nabi.
Keempat, hadis yang berupa perbuatan yang dilakukan di hadapan satu atau
beberapa orang saja. Diantara contoh hadis fo’li kategori ini adalah sebuah
hadis tentang cara shalat Nabi di atas kendaraan, yang berbunyi:
“Nabi shalat di
atas tungganganya, ke mana saja tunggangannya itu mengahadap”
Aktifitas
sebagaimana dikandung oleh hadis diatas dilakukan oleh rasulullah di depan
beberapa sahabat yang kebetulan mengikuti Nabi dalam perjalanan, tidak
dilakukan Nabi di dean khalayak ramai seperti halnya khutbah.
3.
Hadis yang Berupa Persetujuan (Taqriri)
Tidak
semua meteri hadis secara utuh berasal dari Nabi, baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Sebagiannya adalah perkataan atau perbuatan sahabat, baik yang
dilakukan di depan Nabi atau sebelum itu yang kemudian dikonfirmasi pada Nabi.
Hadis kategori ini dalam terminologi hadis disebut dengan hadis taqriri, yaitu
hadis yang berupa ketetapan Nabi terhadap apa yang datang atau yang dilakukan
oleh para sahabatnya. Menurut ‘Abd al-wahab Khallaf dalam bukunya ‘ilm Ushul
al-Fiqh, hadis taqriri adalah penetapan Rasulullah atas sesuatu yang dilakukan
oleh sahabat baik berupa ucapan maupun perbuatan dengan cara Rasulullah diam
(tidak menyangkal), setuju, dan menganggapnya bagus. Dalam hal ini, Nabi
membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya,
tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempersalahkannya.
Jadi,
materi dalam hadis kategori ini bukan dari Nabi melainkan dari para sahabat
yang kemudian disetujui oleh Nabi. Sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar
oleh para sahabat sebagai dalil taqriri, yang dapat dijadikan hujjah dan/atau
mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan hukum. Karena pada dasarnya,
seandainya Nabi tidak menyetujui perbuatan itu, niscaya dia menolak atau
melarangnya.
Contoh
hadis taqriri adalah hadis riwayat Abu Dawud berikut: “Dua orang laki-laki
pergi melakukan perjalanan. Ketika sampai waktu shalat dan keduanya tidak
mendapatkan air, mereka bertayamum dengan debu yang bersih lalu mendirikan
shalat. Setelah itu, mereka menemukan air. Salah seorang diantaranya berwudhu
dan mengulangi shalat, sedang yang lainnya tidak mengulanginya. Keduanya datang
menghadap Rasulullah dan meneceritakan hal itu. Kepada yang tidak mengulangi
Rasulullah bersabda: Engkau telah mengerjakan menurut sunnah. Sedang
kepada yang lainnya Nabi bersabda: Engkau mendapatkan pahala dua kali.
Pada
hadis lain yang berupa persetujuan disebutkan bahwa Rasulullah membiarkan para
sahabat memkaan daging Biawak, akan tetapi Nabi sendiri tidak memakan daging tersebut
dan tidak mengharamkannya. Meskipun Nabi tidak makan daging biawak tidak
menunjukan bahwa daging itu haram, ssebab ia memebiarkan sahabat makan daging
itu tanpa menegur mereka. Pada kesempatan lain Rasululah menyetujui kebujakan
yang diambil Muadz ketika menjadi hakim di Yaman. Sikap Rasulullah terhadap
jawaban Mu’adz ibn Jabal atas pertanyaan yang disampaikan kepadanya ketika akan
diutus untuk menangani masalah peradilan di Yaman yang meneuturkan bahwa ia
akan menyelesaikan perkara dengan Al-Qur’an, hadis dan ijtihadnya. Juga
merupakan salah satu contoh hadis taqriri. Dalam hal ini, pernyataan Nabi yang
menyatakan pujian bagi Allah karena memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah
(Mu’adz) sebagaiman dikehendaki-Nya menunjukan persetujuan Nabi terhadap
tindakan Mu’adz itu.
4.
Hadis yang Berupa Cita-cita (Hammi)
Sebagaimana
manusia pada umumnya, Nabi mempunyai cita-cita. Sebagian cita-cita itu tercapai
dan sebagiannya tidak. Hadis yang berisi tentang cita-cita Nabi disebut dengan
hadis Hammi, yaitu hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi yang belum
terealisasikan. Hadis kategori ini tidak disebutkan dalam dalam beberapa
definisi hadis baik oleh ulama hadis, ulama ushul maupun ulama fiqih.
Secara
realitas, hadis hammi belum terwujud tetapi masih dalam ide dan keinginan yang
pada pelaksanaannya akan dilakukan pada masa sesudahnya. Karena itu, pada
hakikatnya, hadis kategori ini bukan perbuatan, perkataan, persetujuan atau
sifat-sifat Nabi. Tetapi, perbuatan yang akan dilakukan oleh Nabi pada masa-masa
berikutnya dan belum terwujud ketika Nabi menginginkannya, seperti halnya
hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Dalam sebuah hadis dari Ibn Abbas dinyataka
bahwa ketika Nabi berpuasa pada hari ‘Asyura tanggal 10 dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Nabi, hari ini adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Nabi bersabda:
بِصِيَامِهِ قَالُوْ: يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّهُ يَزْمٌ تُعَظِّمُهُ
الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ صُمْنَا يَوْمَ التَّاسِع
Artinya “Ketika Nabi saw.
Berpasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka
berkata, Ya, Nabi! Hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi
dan Nasrani. Lalu Nabi saw. Bersabda, Tahun yang akan datang insyaallah akan
berpuasa pada hari yang ke sembilan (HR. Muslim)
Sikap
Nabi demikian untuk menghindari waktu yang bersamaan dengan puasa orang yahudi
dan Nasrani. Pada saat hadis di atas disabdakan, Nabi berpuasa pada tanggal 10
dan setelah para sahabat memberi tahu bahwa saat itu adalah saat puasa bagi
pemeluk dua agama di atas. Nabi kemudian bercita-cita untuk berpuasa pada
tanggal 9 ‘Asyura. Hasrat dan cita-cita itu belum sempat terealisasi
karena beliau wafat sebelum datang bulan ‘Asyura tahun berikutnya.
Dengan
demikian, dilihat dari esensinya, hadis yang berupa cita-cita belum terwujud
tetapi masih pada tataran keinginan yang belum dilaksanakan. Hadis kategori ini
relatif sedikit dibanding dengan kategori hadis-hadis lain.
Langganan:
Postingan (Atom)