Kuda
Besi
Pagi
hari yana masih sepi dan tak ada manusia menyamai diriku ini
Ku
kayuhkan pancalan kuda yang selagi dini ku bersihi dan kasih makan di
setiap kaki
Kau
tak punya mata melainkan ku yang menunggangi
Bahkan
kedua tanganmupun selalu ku injak sebagai pancingan ubahnya tenagamu
dalam kaki
Berhari-hari
kau tak pernah ku cuci dan tak pernah ku bersihi
Namun
kau senantiasa setia menemaniku dari pagi hingga sore hari
Wahai
kuda besiku
Wujudmu
tak pernah sesuai dengan namamu
Kau
kuda besi namun jalanmu masih dengan tulang yang melekat di tangnmu
yang mengendaraimu...
Apakah
ku harus kasih kau minum dengan premium, pertalite, atau bahkan
pertamax yang tanpa debu ?
Dirimu
takpernah mengonsumsi hal yang seperti itu
Kau
hanya mencerna angin dan kreatifitas montir tertentu dalam hal skill
waktu
Dan
kau juga tak pernah beraki serta busi pun tak pernah ku temui dalam
tubuhmu
Kau
hanya punya rantai dan pengayuh sebagai sumber energi yang
menggerakkan tubuhmu
Dengan
bantuan jockey pengendara diatas punggungmu
Namun
usai sekian bulan bahkan tahun kenapa kau mulai tak setepat dulu
Tubuhmu
mulai rapuh hai kuda besiku
Suara
reotan sendi-sendi otot tulangmu pun terdengar saat hendak menentu di
suatu tempat terbaikmu
Terimakasih
atas segala jasamu selama waktu ini
Walau
kau takpernah pembenaan ku beri
Namun
kesetiaanmu tak pernah terhenti menemani diri munafik ini
Aku
memang munafik dan berdusta
Karena
kau bukanlah hewan berbesi ataupun kuda yang didamba
Dan
kau bukan seekor hewan yang melata
Juga
bukan makhluk yang bisa ku anggap bicara
Namun
engkau hanyalah sebuah sepeda rusak yang dimiliki oleh seorang
mahasiswa yang tak punya harta juga sabtri yang tak selalu mengaji
Terimakasih
wahai sepedaku sahabat setia perjalanan hidupku dari asrama ke tempat
pencari ilmu duniawi
Juga
saksi bisu dengan ganjaran prestasi yang telah kita raih dan selamat
jalan wahai sahabat juga sepeda setiaperjalananku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar