Kamis, 03 November 2016

ning

Ning, betapa selama ini kau hadir dalam kehidupanku dengan berbagai nilai perubahan yang menciptakan semangat dalam jiwaku, kepribadian dan perilaku yang lakukan itu senantiasa ,emumjukkam ku pada sebuah arah yang terang penuh cahaya keimanan kehidupan bertuhan. Awal kita bertemu memang tak pernah ku menyangka akan adarasa mendalam seulung dada, namun semua ini hanyalah nikmat dari Sang maha pencipta alam semesta juga sluruh makhluknya. Pagi siang dan malam memang ku tak pernah dapat lagi berjumpa dengan mu, bahkan kabarmu pun tak pernah lagi ku dengar darimu, namun itu tak akan pernah mempersurut segala rasa yang selalu mengebu disetiap waktu. Kekepoan dan keusilanku mungkin dimatamu sangat negatif dan terinjak bahkan direndahkan bagi setiap yangmemandang, namun apakah kau tahu aku tak pernah memperdulikan segala orang katakan tentang dirimu. Bujuk rayu dan berbagai rasa memang selalu katimbulkan padaku. Dulu kau menceritakan segala apa yang terjadi dalam dirimu mulai diri hingga pribadi dan bahkan masa depan nanti, namun kenapa kini menghilang tak kunjung ku temui bagai orang mati yang takkan lagi kutemui kecuali mati meninggalkan dunia ini. Lantas apakah ujung cerita ini harus berakhir dengan ada yang mati diantara salah satu subyek yang tak kunjung ku temui ? dulu ku bisa bertanya nanti kau akan mengaji apa sampaiku melalikna apa yang seharusnya kulakukan. Padahal kau tak pernah ku fikirkan naumn byang wajahmu selalu muncul dalam waktu yang tak terdefinisikan. Percakapan kita yang dulu itu selalu ku kenang disaat ku jatuh dari semangat yang orang tua dan keluarga tanamkan, gambar-gambarmu selalu ku pandang saat merindukanmu dan tak kunjung ku temukan, setiap murojaahku kucoba hayati sosokmu dalam setiap ucapan mulut dzikirku walau terkadang terbesit sosok ibu yang mengingatkanku kalau itu tak seharusnya terjadi padaku. Ning, bukankah dulu kita bicara bertemu tiada yang membatasi diantara kita, kita bebas berkata dalam sekat yang Tuhan tanam di dunia, padahal dulu kau ku tahu jikalau kita tak mungkin bersatu namun kau tahu sesungguhnya disini ada sosok yang selalu memimpikanmu walau sebenarnya kau selalu membenci dan menegatifkan atau bahkan menghinakan wujudku dalam diri pandanganmu. Sebenarnya ku pernah berniat tuk mengenalkanmu pada ibuku agar beliau merestui dan meyakinkanmu kalau ku pasti kan bersamamu,dan akupun bisa sudah mengenal siapa sebenarnya sosokmu dan keluargamu. Tak tahu berapa rekaman kita bicara pesan yang ku simpan dan berapa jumlah wajahmu yang kusimpan dalam fd yang selalu kusembunyikan dari setiap jamahan dan selalu ku coba saat malam selasa wage dan juga jum’at legi sebagai simbol kemakmuran lndasan pemupukan hubungan yang tak pernah memeiliki ikatan. Selama ini ku tak pernah bisa lagi melaksanakan hal itu lantaran rasa sulit tuk ku istiqomahkan kecuali satu agar Allah membukakan pintu hatimu untuk ku.
Karena ku selalu mengingat pwsan ibu tak harus mengenalmu jauh lebih dulu dan yang terpenting membina diri dan mengaji enyiapkan masa depan nanti tuk mengimamimu disetiap shalat rumah kau dan aku. Terimakasih ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar