Santri
Kurang
tidur dan tak makan bukanlah hal yang asing bagi jiwa ini
Tidur
pagi bangun pagi jadi rutinan setiap hari
Dengan
mata sayu dan tubuh letih pun tetap mengaji
Bukan
terpaksa namun lantaran tuntutan kwajiban mereka yang sudah berjanji
dan saat itulah mulai dinanri orang pelosok negeri
Mungantri
dan rutin dalam tak kebagian nasi terkadang terlewati mereka
Satu
hari tak makan namun jatah yang pastipun telah tiada
Apalah
daya melihat termos yang sudah tak ada isinya
Kecuali
hanya berdo’a dan meniatkan tuk kembali berpuasa
Ada
yang berkata kemerdekaan hanya ada saat tanggal muda
Berkisar
satu hingga lima
Dan
setelah itupun semua terasa sama saja
Tidur
saat mengaji dan mengaji saat tidur terkadang tak bias membedakan
Sehingga
adakalanya kedua hal tersebut tertukar dalam kenyataan
Banyolan
para kang diatas angkatan yang mendidik jadi kenangan tersediri
Saat
mereka berpisah dan tak saling jumpa lagi
Dari
pahit hingga manis selalu menyayat hati dan takkan pernah mati
Santri
bukanlah berarti lemah diri dan saku yang tak terisi juga unik dengan
banyolan yang selalu ditemui atau ngantuk dalam mengaji
Namun
santri yangta’dzhim dan atuh terhadap Romo Yailah kelak benar-benar
menjadi santri di dunia ini hingga walau ada diantara mereka kan naik
derajat jadi kiai ataupun turun pangkat hanya sebagai pak petani
Semua
itu tak diingkari dan siap dilakoni lantaran santri belajar segala
ilmu yang kelak kan dialami dalam dunia ini walau tak serinci namun
santri tetap sebagai tiang Negeri sebagai garda yang berdampingan
dengan Sang Ibu Pertiwi Bangsa Negara yang menjunjung tinggi
toleransi tanpa menyertakan penghinaan dan penjatuhan martabat tinggi
dan juga hanyalah kebersamaan mengarungi kehiduan dunia ini hingga
kembali kehadhlirat ilaahi robbii…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar