Filsafat
manusia merupakan bagian integraldari system filsafat, yang focus
menyoroti hakikat atau esensi manusia. Ditinjau dari sudut pandang
ontologis, filsafat manusia meniliki kedudukan yang relative lebih
penting karena semua cabang filsafat, yakni etika, kosmologi,
epistimologi, filsafat social, dan estetika, dan bermuara pada
persoalan asasi perkenaan dengan esensi manusia. Adapun salah satu
pembahasan dalam filsafat manusia yang cukup mendapat perhatian masa
ini dalah fenomenologi.
Seorang
fenomenolog suka melihat gejala, dia berbeda dengan seorang ahli ilmu
positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta
membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenologi bergerak dibidang yang
pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan
bidang evidensi yang langsung. Dari keterangan tersebur\t dapat
disimpilkan bahwa fenomenologi mengacu kepada analisis kehidupan
sehari-hari dari sudut pandang orang yang terlibat didalamnya. Bagi
seorang fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih penting dan
bermakna dari pada hipotesis ataupun aksioma.ia juga cenderung
menentang naturalism/positivisme, karena fenomenologi cenderung yakin
bahwa suatu bukti/fakta dapat diperoleh tidak hanya dari dunia kultur
dan natural, tetapi juga ideal, semisal angka atau mungkin kesadaran
hidup.
Program
utama fenomenologi adalah mengembalikan filsafat ke penghayatan
sehari-harisubjek pengetahuan, kembali ke kekayaan pengalaman
manusia yang konkret, lekat, dan penuh penghayatan. Bagi Husserl,
fenomenologi ialah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang nampak
(phenomena). Secara material penulisan pemikiran ini memiliki tujuan
mendasar, yaitu sebagai pembuka cakrawala pengetahuan filsafat pada
umumnya dan fenomenologi pada khususnya. Fenomenologi mencoba
menepis semua asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia.
Ini mengapa fenomenologi disebut sebagai cara berfilsafat yang
radikal. Fenomenologi menekankan upaya “menggapai hal itu sendiri”.
Langkah pertamanya adalah menghindari semua konstruksi, asumsi yang
dipasang sebelum dan sekaligus mengarahkan pengalaman. Semua
penjelasan tidak boleh dipaksakan sebelum pengalaman menjelaskan
sendiri dari dan dalam pengalaman itu sendiri. Fenomenologi
menekankan perlunya filsafat melepaskan diri dari semua ikatan
historis apapun baik tradisi metafisika, epistemology, dan sains.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar