Sabtu, 01 Oktober 2016

fenomenologi

Filsafat manusia merupakan bagian integraldari system filsafat, yang focus menyoroti hakikat atau esensi manusia. Ditinjau dari sudut pandang ontologis, filsafat manusia meniliki kedudukan yang relative lebih penting karena semua cabang filsafat, yakni etika, kosmologi, epistimologi, filsafat social, dan estetika, dan bermuara pada persoalan asasi perkenaan dengan esensi manusia. Adapun salah satu pembahasan dalam filsafat manusia yang cukup mendapat perhatian masa ini dalah fenomenologi.
Seorang fenomenolog suka melihat gejala, dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenologi bergerak dibidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Dari keterangan tersebur\t dapat disimpilkan bahwa fenomenologi mengacu kepada analisis kehidupan sehari-hari dari sudut pandang orang yang terlibat didalamnya. Bagi seorang fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih penting dan bermakna dari pada hipotesis ataupun aksioma.ia juga cenderung menentang naturalism/positivisme, karena fenomenologi cenderung yakin bahwa suatu bukti/fakta dapat diperoleh tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal, semisal angka atau mungkin kesadaran hidup.
Program utama fenomenologi adalah mengembalikan filsafat ke penghayatan sehari-harisubjek pengetahuan, kembali ke kekayaan pengalaman manusia yang konkret, lekat, dan penuh penghayatan. Bagi Husserl, fenomenologi ialah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang nampak (phenomena). Secara material penulisan pemikiran ini memiliki tujuan mendasar, yaitu sebagai pembuka cakrawala pengetahuan filsafat pada umumnya dan fenomenologi pada khususnya. Fenomenologi mencoba menepis semua asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia. Ini mengapa fenomenologi disebut sebagai cara berfilsafat yang radikal. Fenomenologi menekankan upaya “menggapai hal itu sendiri”. Langkah pertamanya adalah menghindari semua konstruksi, asumsi yang dipasang sebelum dan sekaligus mengarahkan pengalaman. Semua penjelasan tidak boleh dipaksakan sebelum pengalaman menjelaskan sendiri dari dan dalam pengalaman itu sendiri. Fenomenologi menekankan perlunya filsafat melepaskan diri dari semua ikatan historis apapun baik tradisi metafisika, epistemology, dan sains.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar