n’Dalemipun
Mbah Hasyim
Langkah
kaki ini terhenti sejenak saat melihat pancaran sinar diujung pandang
Tubuh
ini tak dapat lagi digerakkan oleh urat nadi yang ujung
Mata ini
semakin terpejam saat sinar itu mendekat tulang sumsum
Dan ku
coba tuk menyapanya dengan lantunan assalamualaikum
Namun
tiada jawaban yang terucap dari mulut yang terlihat kian tak
tersenyum
Ku
ucapkan sugeng rawuh
Namun
dia tetap tak mau berdawuh
Walau
sejujurnya ingin ku peluk sosok yang tak pernah mengeluh
Lewat
dakwah dan pengajaran yang bersifat jasad dan ruh
Beliau
bertanya kemanakah sosok ahlussunnah yang dulu pernah dilahirkan
Dimanakah
sosok toleran yang dulu menjadikan bangsa dan negara penuh persatuan
dan ketentraman
Bukankah
ini yang Beliau harapkan pada Indonesia yang sok berkeadilan
Melainkan
kepemimpinan dulu yang penuh penghargaan tanpa adanya penindasan
Dari
rakyat yang hidup di parkiran dan pinggir jalan hingga mereka yang
tak pernah pekerjaan
Saat ku
suguhkan filter
Beliau
justru dawuh jikalu kita yang sekarang ini hidup yang keblinger
Namun
dia hanya tersenyum
Dan
berdawuh lagi kalian menyuguhkan ini seakan dunia tiada lagi tak ada
yang berdentum
Padahal
setiap hari kita mendengar dentuman mulut tetangga yang selalu
meghina dan mengelakkan kita semua bak seorang sorum
Ku coba
teakhir kalinya dengan menyuguhkan mbako asli kediri dan cengkeh
diluar bali
Dan
beliapun menerima dengan berdalih, inilah kehidupan sesungguhnya
penuh denga toleransi dan rendah hati serta pengertian sama lainnya
tanpa ada ejekan yang tak enakkan hati
Kehidupan
berbangsa dan beragama akan semakin terntram dan aman inilah
toleransi sebagai
kuncinya yang utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar