Rabu, 05 Oktober 2016

n’Dalemipun Mbah Hasyim

Langkah kaki ini terhenti sejenak saat melihat pancaran sinar diujung pandang
Tubuh ini tak dapat lagi digerakkan oleh urat nadi yang ujung
Mata ini semakin terpejam saat sinar itu mendekat tulang sumsum
Dan ku coba tuk menyapanya dengan lantunan assalamualaikum
Namun tiada jawaban yang terucap dari mulut yang terlihat kian tak tersenyum
Ku ucapkan sugeng rawuh
Namun dia tetap tak mau berdawuh
Walau sejujurnya ingin ku peluk sosok yang tak pernah mengeluh
Lewat dakwah dan pengajaran yang bersifat jasad dan ruh
Beliau bertanya kemanakah sosok ahlussunnah yang dulu pernah dilahirkan
Dimanakah sosok toleran yang dulu menjadikan bangsa dan negara penuh persatuan dan ketentraman
Bukankah ini yang Beliau harapkan pada Indonesia yang sok berkeadilan
Melainkan kepemimpinan dulu yang penuh penghargaan tanpa adanya penindasan
Dari rakyat yang hidup di parkiran dan pinggir jalan hingga mereka yang tak pernah pekerjaan
Saat ku suguhkan filter
Beliau justru dawuh jikalu kita yang sekarang ini hidup yang keblinger
Ku coba menawarkan satu batang Djarum
Namun dia hanya tersenyum
Dan berdawuh lagi kalian menyuguhkan ini seakan dunia tiada lagi tak ada yang berdentum
Padahal setiap hari kita mendengar dentuman mulut tetangga yang selalu meghina dan mengelakkan kita semua bak seorang sorum
Ku coba teakhir kalinya dengan menyuguhkan mbako asli kediri dan cengkeh diluar bali
Dan beliapun menerima dengan berdalih, inilah kehidupan sesungguhnya penuh denga toleransi dan rendah hati serta pengertian sama lainnya tanpa ada ejekan yang tak enakkan hati


Kehidupan berbangsa dan beragama akan semakin terntram dan aman inilah toleransi sebagai 
kuncinya yang utama.


Image result for kh hasyim asyari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar