BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Seorang
anak pasti mengalami perkembangan kognitif secara bertahap begitu
juga dengan perilaku, dan intelegensi seorang anak. Pasti akan
berbeda intelegensi anak dengan orang yang sudah dewasa, tentu hal
ini akan mepengaruhi seorang pendidik dalam menghadapi peserta
didiknya.
Oleh karena itu,
seorang pendidik memang harus mengetahui perkembangan peserta
didiknya khusunya perkembangan kognitifnya guna menjadi dasar dalam
mendidik agar tepat dan sesuai peserta didik yang dihadapinya karena
hal iini nantinya akan berkaitan pula dengan penyampaian atau metode
pembelajaran. Dalam makalah ini akan mengulas mengenai perkembangan
kognitif anak.
- Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan kognitif anak?
- Bagaimana perkembangan kognitif anak menurut piaget?
- Bagaimana asumsi-asumsi perkembangan kognitif?
- Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui hakikat kognitif anak
- Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak
- Untuk mengetahui asumsi-asumsi perkembangan kognitif
BAB II
- Perkembangan Psiko-Fisik Anak
Perkembangan
psiko-fisik anak terdapat tiga bagian diantaranya:
- Perkembangan motor yakni proses yang berhubungan dengan perolehan aneka ragam ketrampilan fisik anak (skill)
- Perkembangan kognitif yakni perkembangan fungsi intelektual atau kemampuan otak anak
- Perkembangan sosial dan moral yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain.
Kita telah
mengetahui apa saja bagian dari perkembangan psiko-fisik anak sesuai
paparan di atas selanjutnya akan kita fokuskan pada pembahasan
perkembangan kognitif versi piaget. Tetapi, sebelumnya kita harus
mengetahui siapa itu piaget?
Jean Piaget lahir
pada 9 agustus 1896, Neuchatel,Switzerland. Awalnya piaget bukanlah
seorang tokoh psikolog tetapi ia ahli biologi (PhD
dari University of Neuchatel dibidang biologi), selama ia belajar
biologi piaget juga belajar sendiri mengenai filsafat dan psikologi
kemudian bekrjasama dilaboraturium di Prancis untuk mengembangkan tes
intelegensi Alfred binet. Kemudian ia terkenal sebagai tokoh
kognitifis, banyak buku yang telah ia terbitkan tentang perkembangan
anak dan kognitif.
- Perkembangan Kognitif Piaget
Kognitif sendiri
berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui, dapat pula
diartikan sebagai perolehan, penataan, penggunaan. Dalam
perkembangannya istilah kognitif kemudian digunakan dalam ranah
psikologi manusia yaitu meliputi perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman , pengolahan informasi, pemecahan masalah. Ranah
perilaku ini berpusat pada otak yang berhubungan pula dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan). Proses perkembangan kognitif
manusia berlangsung mulai dari seseorang terlahir. Bekal yang
mendasar dalam perkembangan kognitif yaitu kapasitas motor dan
sensor. Tetapi pendayagunaan kapasitas tersebut belum jelas benar.
Karena kapasitar motor dan sensor seseorang yang baru lahir tidak
dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otaknya,
Mengenai berapa
lamanya aktivitas ranah kognitif akan mempengaruhi perkembangan
manusia hal ini memang belum dapat ditentukan secara pasti.tetapi ada
ahli psikologi yang berpendapat bahwa aktivitas ranah kognitif
berlangsung pada bayi sejak usia 0-2 tahun. Selain itu pada usia
tersebut bayi dapat menyimpan informasi baik berasal dari
penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya, oleh karena itu pada
masa ini bayi sangat rentan dipengaruhi dan akan mengikuti sesuai apa
yang dilakukan orang terdekatnya.
Itulah gambaran umum
dari perkembangan kognitif seseorang. Kemudian seorang pakar ilmu
psikologi kognitif dan psikologi anak; Jean Piaget (jin piasye),
mengelompokkan perkembangan kognitif anak, sebagai berikut:
- Tahap sensory-motor yaitu perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
- Tahap pre-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
- Tahap concrete-operatoinal yakni perkembangan ranah kognitif pada usia 7-11 tahun.
- Tahap formal-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun1
Istilah-istilah
yang digunakan piaget dalam pekembangan kognitif anak:
- Sensory-motor schema yaitu serangkaian perilaku yang terbuka tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan.
- Cognitive schema yaitu serangkaian perilaku tertutup berupa langkah-langkah kognitif untuk memahami apa yang tersirat atau menyimpulakn lingkungan yang direspon.
- Object permanence (ketetapan benda) yaitu keyakinan bahwa suatu benda akan tetap ada walaupun sudah tidak dilihat lagi.
- Assimilation yaitu proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespon lingkungan.
- Accommodation yaitu penyesuaian skema yang cocok tehadap lingkungan yang direspon.
- Equilibrium yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspon.
- Tahap Perkembangan Kognitif Versi Piaget
- Tahap Sensori-Motor
Sejak anak lahir
hingga usia 2 tahun yakni pada perkembangan sensori-motor, anak
memiliki intelegensi tetapi masih primitif berdasarkan perilaku
terbuka, walaupun hal ini dipandang tidak penting, tetapi intelegensi
yang ada pada perkembangan sensori-motor ini akan menjadi pondasi
untuk perkembangan selanjutnya dan bisa menentukan tipe-tipe
intelegensi yang akan dimiliki anak tersebut kedepannya.
Pada perkembangan
sensori-motor ini merupakan intelegensi praktis, anak belajar kepada
lingkungannya sebelum ia mampu berfikir mengenai apa yang sedang
diperbuat. Ketika tahap perkembangan ini anak hanya dapat mengikuti
dari apa yang diperoleh dari inderanya.
Ketika ia
besosialisasi dengan lingkungan ia akan mengasimilasikan skema
sensori-motor dan kemudian akan diakomodasikan sesuai dengan
kemampuan yang ia miliki hingga mencapai equilibrium untuk memenuhi
kebutuhannya. Ketika anak lahir belum dapat memiliki kemampuan untuk
mengenali objek permanence maksudnya ia tidak dapat mengenali benda
yang belum pernah ia lihat, belum ia sentuh, belum ia dengan walaupun
benda itu ada ditempat lain.
Pada usia 18-24
bulan baru ia mampu untuk mengenal object permanence secara bertahap,
sehingga ia juga sudah mampu untuk mencari benda atau orang apabila
ia membutuhkannya.
- Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Pada usia ini anak
yang berumur 2-7 tahun telah mampu mengenali object permanence secara
sempurna. Ia telah memiliki kesadaran akan keeksisan dari suatu benda
walaupun sudah ia tinggalkan, karena ia sudah tidak lagi bergantung
pada pengamatan saja. Kesadaran terhadap eksistensi object permanence
merupakan perolehan dari kognitif baru yaitu representation atau
mental representation. Representasi mental merupakan bagian dari
skema kognitif dimana anak berfikir dan menyimpulkan eksistensi
sebuah benda atau kejadian walaupun benda dan kejaddian tersebut
berada diluar pandangan, pendengaran dan jangkauan tangan.
Representasi mental
ini juga dapat mengembangkan deffared imitation (peniruan yang
tertunda) merupakan kapasitas meniru perilaku orang lain yang ia
pernah melihanya sebelumnya untuk merespon lingkungan. Perilaku yang
terutama ia tiru perilaku orang yang sekitarnya atau terdekat
dengannya misalkan orang tua atau guru.
Kemudian akan muncul
gejala imsight-learning yaitu gejala belajar berdasarkan akal. Anak
mulai mampu melihat situasi problematic yang ada dilingkungannya. Ia
memahami keadaan yang mengandung masalah kemudian ia akan berfikir
sejenak kemudian ia akan menemukan reaksi misalnya “aha” yaitu
pemahaman yang mengandung pemecahan masalah (versi anak).
Dalam tahap
pra-operasional anak juga mulai memperoleh kemampuan berbahasa. Anak
mulai mengunakan kata-kata dengan benar dan mampu menyusun kalimat
pendek tetapi efektif. Disamping itu pengunaan skema kognitif masih
sangat terbatas karena dipengaruhin oleh watak egocentrism.
Penekanannya pada
tahap pra-operasional ini bahwa anak usia 2-7 tahun
kemampuan-kemampuan skema kognitif masih sangat terbatas, tetapi
memang sudah ada peningkatan kemampuan intelegensi daripada
intelegensi yang dimiliki oleh anak usia 0-2 tahun.2
- Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Dimulai sejak usia
11 tahun keatas. Pada tahap ini, pikiran bersifat umum dan
menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat
hipotesis, dan perkembangan idealissme yang kuat. Pada
periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak
tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan
masalah secara logis.
Anak-anak memahami
operasi-operasiyang dapat diubah dan dapat mendesenter, seperti
ditunjukkan kemampuan mereka untuk mengonservasi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan inklusi kelompok dengan benar. Lebih penting
lagi mereka dapat memberikan alasan logis untuk jawaban-jawaban
mereka.
Penalaran masih
terbatas karena, kendati anak menalar secara logis dan memahami
hubungan-hubungan kausal, mereka hanya dapat melakukannya jika
penalaran tersebut dikaitkan dengan contoh-contoh konkret spesifik,
mereka belum dapat melakukan penalaran hipotesis atau abstrak.
- Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pemikiran menjdi
lebih logis pada tahap ini: remaja menyusun rencana untuk
menyelesaikan masalahdan menguji kemungkinan solusi-solusinys dengan
cara yang sistematis dan terorganisasi sebgaai lawaan dari coba-coba
yang menjadi ciri pendekatan anak-anak usia dini.
Kemampuan untuk
melakukan penalaran abstrak juga meningkat; pemikiran remaja tidak
laagi terikat pada contoh-contoh konkret spesifik dalam masa
kanak-kanak akhir, yang berarti bahwa mereka dapat melakukan
penalaran hipotesis-deduktif.
Perbaahan
dalaam keterampilan-keterampilan kognitif ini tercermin daalam
meningkatnya kemampuan remaja untuk memahami konseo-konsep ilmiah dan
matematis yang semakin kompleks.
Bukti menunjukkan
bahwa perubahan keterampilan-keterampilan kognitif mencerminkan
perkembangan neurologis struktural dan fungsional yang mendasari
keterampilan tersebut dimasa remaja.
- Studi MRI menunjukkan perubahan-perubahan struktural besar dalam korteks prafontalis, yang diyakini mempresentasikan penyempurnaan sirkuit syaraf, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi sistem-sistem kognitif yang secara khusus disokong oleh sirkuit tersebut3.
- Asumsi-Asumsi Terhadap Perkembangan Kognitif Anak
- Anak merupakan pembelajar yang aktif dan termotivasi
Anak secara alami
memiliki daya tarik untuk mencari informasi secara aktif terhadap
lingkungannya, dan akan terus mengamati objek-objek yang ia peroleh
- Anak akan mengontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dimiliki
Setiap hal-hal baru
ia selalu menggabungkan dengan pengalaman tidak sekedar mengumpulkan
informasi sebagai koleksi
- Anak-anak belajar melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Anak akan merubah lingkungan agar sesuai dengan skema dirinya ini yang disebut dengan asimilasi sedangkan akomodassi merupakan merubah skema yang ada pada dirinya agar sesuai dengan lingkungan.
- Interaksi anak dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
- Kemajuan berfikir anak yang semakin kompleks salah satunya dipengaruhi oleh proses equilibrium. Menurut piaget anak-anak sering mengalami proses equilibrium dimana mereka mampu menafsirkan sesuatu sesuai dengan skema yang sudah ada.
- Semakin matang otak anak maka akan lebih berfikir komplek pada usia yang berbeda dan cara yang berbeda, piaget mengemukakan bahwa otak dapat mengalami perubahan yang signifikan.
- Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget
membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat
hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual ini
dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat
adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema,
asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu
sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran.
Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian
terhadap lingkungan.
Piaget
menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram
berikut :
Berdasarkan
diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki
pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah
skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia
berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan)
pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam
memori anak terdapat 2 kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
- Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak
- Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua
hal itu merupakan kejadian asimilasi.
Menurut
diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan
terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak
sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini
terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam
keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
- Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
- Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi4.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendefisikan kembali intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
- Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi.
- Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
- Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
- Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimulus baru ke dalam skemata atau pola perilaku yang sudah ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah,
Muhibbin. 1995.
Psikologi Pendidikan. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Dahar
Ranta, Willis Prof. Dr. M. Sc. 1989. Teori-teori
Pembelajaran. Jakarta.
Erlangga.
Upton,
Peney. 2012. Psikologi
Perkembangan. Jakarta.
Erlangga.
1
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya,
Yogyakarta, 1995, hlm.67.
2
Ibid., hlm.70-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar