Senin, 26 September 2016

kogisipeaget

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Seorang anak pasti mengalami perkembangan kognitif secara bertahap begitu juga dengan perilaku, dan intelegensi seorang anak. Pasti akan berbeda intelegensi anak dengan orang yang sudah dewasa, tentu hal ini akan mepengaruhi seorang pendidik dalam menghadapi peserta didiknya.
Oleh karena itu, seorang pendidik memang harus mengetahui perkembangan peserta didiknya khusunya perkembangan kognitifnya guna menjadi dasar dalam mendidik agar tepat dan sesuai peserta didik yang dihadapinya karena hal iini nantinya akan berkaitan pula dengan penyampaian atau metode pembelajaran. Dalam makalah ini akan mengulas mengenai perkembangan kognitif anak.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan kognitif anak?
  2. Bagaimana perkembangan kognitif anak menurut piaget?
  3. Bagaimana asumsi-asumsi perkembangan kognitif?
  1. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui hakikat kognitif anak
  2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak
  3. Untuk mengetahui asumsi-asumsi perkembangan kognitif
BAB II
  1. Perkembangan Psiko-Fisik Anak
Perkembangan psiko-fisik anak terdapat tiga bagian diantaranya:
  • Perkembangan motor yakni proses yang berhubungan dengan perolehan aneka ragam ketrampilan fisik anak (skill)
  • Perkembangan kognitif yakni perkembangan fungsi intelektual atau kemampuan otak anak
  • Perkembangan sosial dan moral yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain.
Kita telah mengetahui apa saja bagian dari perkembangan psiko-fisik anak sesuai paparan di atas selanjutnya akan kita fokuskan pada pembahasan perkembangan kognitif versi piaget. Tetapi, sebelumnya kita harus mengetahui siapa itu piaget?
Jean Piaget lahir pada 9 agustus 1896, Neuchatel,Switzerland. Awalnya piaget bukanlah seorang tokoh psikolog tetapi ia ahli biologi (PhD dari University of Neuchatel dibidang biologi), selama ia belajar biologi piaget juga belajar sendiri mengenai filsafat dan psikologi kemudian bekrjasama dilaboraturium di Prancis untuk mengembangkan tes intelegensi Alfred binet. Kemudian ia terkenal sebagai tokoh kognitifis, banyak buku yang telah ia terbitkan tentang perkembangan anak dan kognitif.
  1. Perkembangan Kognitif Piaget
Kognitif sendiri berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui, dapat pula diartikan sebagai perolehan, penataan, penggunaan. Dalam perkembangannya istilah kognitif kemudian digunakan dalam ranah psikologi manusia yaitu meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman , pengolahan informasi, pemecahan masalah. Ranah perilaku ini berpusat pada otak yang berhubungan pula dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan). Proses perkembangan kognitif manusia berlangsung mulai dari seseorang terlahir. Bekal yang mendasar dalam perkembangan kognitif yaitu kapasitas motor dan sensor. Tetapi pendayagunaan kapasitas tersebut belum jelas benar. Karena kapasitar motor dan sensor seseorang yang baru lahir tidak dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otaknya,
Mengenai berapa lamanya aktivitas ranah kognitif akan mempengaruhi perkembangan manusia hal ini memang belum dapat ditentukan secara pasti.tetapi ada ahli psikologi yang berpendapat bahwa aktivitas ranah kognitif berlangsung pada bayi sejak usia 0-2 tahun. Selain itu pada usia tersebut bayi dapat menyimpan informasi baik berasal dari penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya, oleh karena itu pada masa ini bayi sangat rentan dipengaruhi dan akan mengikuti sesuai apa yang dilakukan orang terdekatnya.
Itulah gambaran umum dari perkembangan kognitif seseorang. Kemudian seorang pakar ilmu psikologi kognitif dan psikologi anak; Jean Piaget (jin piasye), mengelompokkan perkembangan kognitif anak, sebagai berikut:
  1. Tahap sensory-motor yaitu perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
  2. Tahap pre-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
  3. Tahap concrete-operatoinal yakni perkembangan ranah kognitif pada usia 7-11 tahun.
  4. Tahap formal-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun1
Istilah-istilah yang digunakan piaget dalam pekembangan kognitif anak:
  1. Sensory-motor schema yaitu serangkaian perilaku yang terbuka tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan.
  2. Cognitive schema yaitu serangkaian perilaku tertutup berupa langkah-langkah kognitif untuk memahami apa yang tersirat atau menyimpulakn lingkungan yang direspon.
  3. Object permanence (ketetapan benda) yaitu keyakinan bahwa suatu benda akan tetap ada walaupun sudah tidak dilihat lagi.
  4. Assimilation yaitu proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespon lingkungan.
  5. Accommodation yaitu penyesuaian skema yang cocok tehadap lingkungan yang direspon.
  6. Equilibrium yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspon.

  • Tahap Perkembangan Kognitif Versi Piaget
  1. Tahap Sensori-Motor
Sejak anak lahir hingga usia 2 tahun yakni pada perkembangan sensori-motor, anak memiliki intelegensi tetapi masih primitif berdasarkan perilaku terbuka, walaupun hal ini dipandang tidak penting, tetapi intelegensi yang ada pada perkembangan sensori-motor ini akan menjadi pondasi untuk perkembangan selanjutnya dan bisa menentukan tipe-tipe intelegensi yang akan dimiliki anak tersebut kedepannya.
Pada perkembangan sensori-motor ini merupakan intelegensi praktis, anak belajar kepada lingkungannya sebelum ia mampu berfikir mengenai apa yang sedang diperbuat. Ketika tahap perkembangan ini anak hanya dapat mengikuti dari apa yang diperoleh dari inderanya.
Ketika ia besosialisasi dengan lingkungan ia akan mengasimilasikan skema sensori-motor dan kemudian akan diakomodasikan sesuai dengan kemampuan yang ia miliki hingga mencapai equilibrium untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika anak lahir belum dapat memiliki kemampuan untuk mengenali objek permanence maksudnya ia tidak dapat mengenali benda yang belum pernah ia lihat, belum ia sentuh, belum ia dengan walaupun benda itu ada ditempat lain.
Pada usia 18-24 bulan baru ia mampu untuk mengenal object permanence secara bertahap, sehingga ia juga sudah mampu untuk mencari benda atau orang apabila ia membutuhkannya.
  1. Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
Pada usia ini anak yang berumur 2-7 tahun telah mampu mengenali object permanence secara sempurna. Ia telah memiliki kesadaran akan keeksisan dari suatu benda walaupun sudah ia tinggalkan, karena ia sudah tidak lagi bergantung pada pengamatan saja. Kesadaran terhadap eksistensi object permanence merupakan perolehan dari kognitif baru yaitu representation atau mental representation. Representasi mental merupakan bagian dari skema kognitif dimana anak berfikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian walaupun benda dan kejaddian tersebut berada diluar pandangan, pendengaran dan jangkauan tangan.
Representasi mental ini juga dapat mengembangkan deffared imitation (peniruan yang tertunda) merupakan kapasitas meniru perilaku orang lain yang ia pernah melihanya sebelumnya untuk merespon lingkungan. Perilaku yang terutama ia tiru perilaku orang yang sekitarnya atau terdekat dengannya misalkan orang tua atau guru.
Kemudian akan muncul gejala imsight-learning yaitu gejala belajar berdasarkan akal. Anak mulai mampu melihat situasi problematic yang ada dilingkungannya. Ia memahami keadaan yang mengandung masalah kemudian ia akan berfikir sejenak kemudian ia akan menemukan reaksi misalnya “aha” yaitu pemahaman yang mengandung pemecahan masalah (versi anak).
Dalam tahap pra-operasional anak juga mulai memperoleh kemampuan berbahasa. Anak mulai mengunakan kata-kata dengan benar dan mampu menyusun kalimat pendek tetapi efektif. Disamping itu pengunaan skema kognitif masih sangat terbatas karena dipengaruhin oleh watak egocentrism.
Penekanannya pada tahap pra-operasional ini bahwa anak usia 2-7 tahun kemampuan-kemampuan skema kognitif masih sangat terbatas, tetapi memang sudah ada peningkatan kemampuan intelegensi daripada intelegensi yang dimiliki oleh anak usia 0-2 tahun.2
  1. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Dimulai sejak usia 11 tahun keatas. Pada tahap ini, pikiran bersifat umum dan menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat hipotesis, dan perkembangan idealissme yang kuat. Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Anak-anak memahami operasi-operasiyang dapat diubah dan dapat mendesenter, seperti ditunjukkan kemampuan mereka untuk mengonservasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan inklusi kelompok dengan benar. Lebih penting lagi mereka dapat memberikan alasan logis untuk jawaban-jawaban mereka.
Penalaran masih terbatas karena, kendati anak menalar secara logis dan memahami hubungan-hubungan kausal, mereka hanya dapat melakukannya jika penalaran tersebut dikaitkan dengan contoh-contoh konkret spesifik, mereka belum dapat melakukan penalaran hipotesis atau abstrak.
  1. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pemikiran menjdi lebih logis pada tahap ini: remaja menyusun rencana untuk menyelesaikan masalahdan menguji kemungkinan solusi-solusinys dengan cara yang sistematis dan terorganisasi sebgaai lawaan dari coba-coba yang menjadi ciri pendekatan anak-anak usia dini.
Kemampuan untuk melakukan penalaran abstrak juga meningkat; pemikiran remaja tidak laagi terikat pada contoh-contoh konkret spesifik dalam masa kanak-kanak akhir, yang berarti bahwa mereka dapat melakukan penalaran hipotesis-deduktif. Perbaahan dalaam keterampilan-keterampilan kognitif ini tercermin daalam meningkatnya kemampuan remaja untuk memahami konseo-konsep ilmiah dan matematis yang semakin kompleks.
Bukti menunjukkan bahwa perubahan keterampilan-keterampilan kognitif mencerminkan perkembangan neurologis struktural dan fungsional yang mendasari keterampilan tersebut dimasa remaja.
  • Studi MRI menunjukkan perubahan-perubahan struktural besar dalam korteks prafontalis, yang diyakini mempresentasikan penyempurnaan sirkuit syaraf, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi sistem-sistem kognitif yang secara khusus disokong oleh sirkuit tersebut3.

  1. Asumsi-Asumsi Terhadap Perkembangan Kognitif Anak
  • Anak merupakan pembelajar yang aktif dan termotivasi
Anak secara alami memiliki daya tarik untuk mencari informasi secara aktif terhadap lingkungannya, dan akan terus mengamati objek-objek yang ia peroleh
  • Anak akan mengontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dimiliki
Setiap hal-hal baru ia selalu menggabungkan dengan pengalaman tidak sekedar mengumpulkan informasi sebagai koleksi
  • Anak-anak belajar melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Anak akan merubah lingkungan agar sesuai dengan skema dirinya ini yang disebut dengan asimilasi sedangkan akomodassi merupakan merubah skema yang ada pada dirinya agar sesuai dengan lingkungan.
  • Interaksi anak dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
  • Kemajuan berfikir anak yang semakin kompleks salah satunya dipengaruhi oleh proses equilibrium. Menurut piaget anak-anak sering mengalami proses equilibrium dimana mereka mampu menafsirkan sesuatu sesuai dengan skema yang sudah ada.
  • Semakin matang otak anak maka akan lebih berfikir komplek pada usia yang berbeda dan cara yang berbeda, piaget mengemukakan bahwa otak dapat mengalami perubahan yang signifikan.
  1. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
  1. Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak
  2. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
  1. Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
  2. Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi4.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
  • Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendefisikan kembali intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
  • Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi.
  • Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
  • Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
  • Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimulus baru ke dalam skemata atau pola perilaku yang sudah ada.



DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Dahar Ranta, Willis Prof. Dr. M. Sc. 1989. Teori-teori Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.
Upton, Peney. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.

1 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Yogyakarta, 1995, hlm.67.
2 Ibid., hlm.70-71
3 Peney Upton, Psikologi perkembangan,(Jakarta : Erlangga, 2012), hal. 160

4 Willis Dahar Ranta, teori-teori belajar,(Jakarta : Erlangga, 1989)hal. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar