- Latar Belakang
Ilmu pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang
hal berkaitan dengan permasalahan ataupun hal yang menyusun suatu
pendidikan baik proses, pelaksanaan, tata cara menyampaikan ataupun
menyelesaikan permasalahan proses kegiatan pendidikan terlebih saat
proses yang berlangsung. Salah satu cara dalam menyiapkan diri untuk
hidu sekarang adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah cara
terbaik dala menyambut masa depan. Proses pendidikan bisa terjadi di
rumah, sekolah, dan dalam pergaulan; pendidikan itu terjadi dimana
saja. Meskipun ada tokoh yang mengkritik sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang efektifdalam menyiapkan manusia menghadapi masa
depan, sampai sekarang, tetap saja sekolah dipercayai sebagai lembaga
terbaik dalam menyiapkan generasi muda. Fungsi sekolah terutama
sekali dalam hal membangun aspek pengetahuan dan keterampilan kerja.
selain itu, sedikitnya bisa juga sekolah memberikan pebentukan
kepribadian murid.
Tatkala kita akan merancang suatu pendidikan, misalnya sekolah, yang
mula-mula kita fikirkan adalah menghasilkan lulusan yang bagaimana
sekolah itu. Selanjutnya, terpikir juga bagaimana struktur
kurikulumnya, tenaga pelaksanaannya, pembiayaan, dan lain-lain. Akan
tetapi yang penting dalam hal ini adalah apakah pandangan kita yang
diyakini it terakomodasi dalam desain itu. Inilah tahap pemikiran
yang disebut dengan tahap filsafat. Dalam kefilsafatan ini
yang akan dibahasdlah berkaitan dengan epistimologi yang merupakan
cabang filsafat yang mencari suatu kebenaran terutama dalam hal
pendidikan. Setelah tahap filsafat muncullah tahap kedua yaitu
tahapan perumusan pradigmadan hal ini dipastikan sebagai outline yang
menggambarkan langkah kerja mengemangkan pendidikan islami.
- Rumusan Masalah
- Apa maksud dari Epistimologi ?
- Apa jenis dari Epistimologi ?
- Bagaimana dimensi epistimologi bagi ilmu pendidikan dan ilmu pendidikan islam ?
- Apa jenis manusia yang ada pada epistemologi ?
- Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian epistemologi
- Untuk mengetahui jenis epistemologi
- Untuk megetahui peranan epistemologi bagi ilmu pendidikan
- untuk mengetahui jenis manusia
BAB II
ISI
- Pengertian Epistemologi
Epistemologi adalah kata lain dari filsafat ilmu berasal dari
bahasa latin episteme, berarti knowledge, yaitu
pengetahuan dan logos, berarti theory. Jadi,
epistemologi berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang
metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau study tentang
hakikat tertinggi, kebenaran dan batasan ilmu manusia. Istilah
episemologi pertama digunakan oleh J.F Ferrier, Institutes of
Metaphysics (1854) yang membedakan dua cabang filsafat yaitu
epistemologi dan ontologi. Dalam Dictionary of Philosophy,
dijelaskan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang
menyeldiki pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu; teori
mengenai hakikat ilmu pengetahuan dan cara memperolh ilmu
pngetahuan.1Epistemologis
adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari
mana dan bagaimana pengetahuan diperileh, menjad kajian
epistemologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari
Tuhan sebagai sumber pengetahuan.2
Epistemologis yang dimaksud dalam bagian ini adalah cara memperoleh
dan mengembangkan teori ilmu pendidikan islam atau dalam bahasa lain
pendekatan sains terhadap pendidikan islam. Pendekatan sains terhadap
pendidikan adalah suatu prosedur pengkajian terhadap masalah-masalah
pendidikan dengan menggunakan pradigma sains. Dengan fungsinya
sebagai alat untuk menjelaskan, mengontrol, dan meramalkan, pendekata
sains yang dipergunakan untuk mengkaji masalah-masalah pendidikan
melalui prinsip dan cara kerja sains disebt ilmu pendidikan.3
Secara ontologis, pendekatan sains terhadap pendidikan bersifat
empirik dengan sifat metafisik yang bebas nilai. Ilmu menafsirkan
realitas obyek penelaahan “sebagaimana adanya” (das ein).
Dari mana dan bagaimana pegetahuan diperoleh menjadi kajian
epistemologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari
Allah SWT.(innamal ‘ilma min ‘indillah, laa ‘ilmana illaa
maa ‘allamtanaa), artinya Tuhan (Allah SWT) sebagai sumber
pengetauan. Episteologi ini mempersoalkan kebenaran pengetahuan.
Pengetauan yang benar adalah pengetahuan yan telah memenuhi
unsur-unsur epistemologis yang dinyatakan secara sistematis dan
logis. Dalam epistemologi secara lebih terperinci diperincangkan
mengenai dasar, batas, dan objek pengetahuan. Menurut Sutarjo A.
Wiramihardja, epistemologi dengan filsafat ilmu itu berbeda.
Epistemologi mempersoalkan kebenaran-kebenaran pengetahuan ,
sedangkan filsafat ilmu secara khusus memperbincangkan ilmu atau
keilmuan pengetahuan. Dalam pembahasan epistemologi, dibicarakan
tentang sumber pengetahuan dan sistematikanya. Selain itu dibicarakan
pula tentang hakikat ketepatan susunan berpikir secara akurat pula
digunakan untuk masalah-masalah yang bersangkutan dengan maksud
menemukan kebenaran isi sebuah pernyataan. Isi pernyataan adalah
sesuatu yang ingin diketahui, dan oleh karena itu epistemologi
relevan dengan ilmu pengetahuan yang disebut juga dengan filsafat
ilmu.4
- Jenis-jenis Epistemologi (kebenaran)
- Religius
Merupakan kebenaran yang memenuhi kriteria atau dibangun berdasarkan
kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan
kebenaran absoulut atau kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan.
Kebenaran ini bersifat religius.
- Filosofis
Merupakan suatu kebenaran yang berasal dari suatu perenungan dan
pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu, meskipun pemikiran
intelektual tersebut bersifat subjektif dan relatif tetapi
kontemplatif.
- Estetis
Kebenaran ini adalah suatu kebenaran yang berdasarkan penilaian
buruk, serta cita-cita rasa estetis. Artinya, keindahan yang
berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa
senaang, tenang, dan nyaman.
- Ilmiah
Kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah,
terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan
bukti. Kebenaran ilmiah ditunjang oleh rasio dan kebenaran rasional
berdasarkan teori yang menunjangnya. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh
bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran obyektif di lapangan.
Sifat objektif berlaku umum, dapat diulang melalui ekdperimentasi,
cenderung amoral sesuai dengan apa adanya, bukan apa yang seharusnya,
yang merupakan ciri ilmu pengetahuan.5
Kebenaran pengetahuan dapat pula dibagi menjadi duamacam yaitu,
kebenaran mutlak atau absolut dan kebenaran relatif atau nisbi.
Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang tidak diubah-ubah dantidak
dapat dipengaruhi oleh yang lain. Artinya, kebenaran yang sudah ada
pada hakikat dirinya sendiri, misalnya kebenaran adanya Tuhan. Adapun
kebenaran relatif atau nisbi adalah kebenaran yang berubah-ubah,
tidak tetap, dan dapat dipengaruhi oleh hal lain diluar hakikat
dirinya. Misalnya, fungsi mata dalam melihat sesuat. Kebenaran dari
cara melihat dan hasil dari penglihatan tidak pernah tetap. Jika
terdapat cahaya yang berwarna sesuatu terlihat putih, tetapi ketika
lampu padam, warna yang putih menjadi terlihat hitam kelam.6
Setiap ilmu sebagaimana kebenaran mutlak dan relatif, dapat
diidentikkan dengan teori sifat ilmu sebagaimana oleh Juhaya S.
Pradja dijelaskan bahwa teori sifat ilmu ada dua, yaitu teori
subyektifitas dan obyaktifitas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
obyek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada sesuatu yang
dapat diselidiki lagim ilmu pengetahuan akan berhenti disitu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa epistimologi adalah filsafat yang
mengkaji seluk beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan,
sumber pengetahuan, metode, dan pendekatan yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan yang logis dan rasional. Ia memulai kerjanya
dengan mengajukan pertanyaan dari mana pengetahuan itu diperoleh dan
bagaimana cara memperoleh serta mengapa pengetahuan diperoleh seperti
yang ada. Penjelajasan epistemologi ini berhubungan langsung dengan
epistemologi pendidikan. Epistemologi pendidikan adalah filsafat
tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk beluk pendidikan. Landasan
pendidikan dapat berasal dari nilai-nilai kemasyarakatan, tradisi,
agama, legenda, kebudayaan asing, dan ideologi bangsa yang disebut
dengan pendidikan nasional. Semua landasan pendidikan akan
diijadikan tolok ukur pengembangan pendidikan. Misalnya landasan
pendidikan bersumber dari ideologi pancasia.
Jalaludin menjelaskan bahwa dasar-dasar pendidikan berakar dari
pandangan tentang manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya,
serta manusia hidup berkreasi, berinovasi, dan berkreasi. Dengan
berkreasi manusia ajan menghasilkan karya rohaniah berupa pemikiran
ataupun karya bendawi berupa benda-benda budaya yang diperlukan dalam
meningkatkan dan mengembangkan perikehidupannya. Segala sesuatu yang
dilakukan manusia selalu terjadwal dan didasari berbagai pertibangan
serta diakhiri dengan suatu harapan akan tercapainya tujuan sesuai
dengan keinginannya.
Secara epistimologis landasan pendidikan mengacu pada fitrah
manusia sebagai dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang lebih
berkarakter karena pendidikan yang berkarakter selalu bertitik tolak
dari aspek kemanusiaan, baik dilihat sebagai makhluk lahiriah maupun
makhluk batiniyah. Salah satu fitrah dari manusia adalah menginginkan
agar hidupnya bermakna, baik untuk dirinya ataupun bagi lingkungannya
karena dengan seperti itu maka mereka beranggapan apa yang
dilakukannya itu tidaklah sia-sia. Menurut pandangan hidup yang
dipilihnya Edward Spranger membagi manusia menjadi enam tipi;
- Manusia Ekonomi
Manusia yang beranggapan bahwa benda sebagi sumber kebahagiaannya.
Maksudnya adalah kebahagiaan manusia hanyalah ditentukan pada
kekayaan materi yang dimilikinya.
- Manusia Sosial
Merupakan manusia yang beranggapan bahwa bakti dan pengabdian untuk
kepentingan sosial sebagai puncak kebahagiaan hidup.
- Manusia Estetis
Manusia yang beranggapan kebahagiaan itu berasal dari segala yang
dapat memenuhi kepuasan akan rasa indah dan keindahan.
- Manusia Kuasa
Manusia yang menilai akan ka\ebahagiaan itu sebagai pemilik pada
suatu kekuasaan.
- Manusia Ilmu atau Manusia Teori
Merupakan jenis manusia yang beranggapan akan kebahagiaan yang dapat
dicapai dengan mengembangkan kemampuan nalar secara maksimal.
- Manusia Susila
Merupakan manusia yang menilai bahwa kebahagiaan akan diperoleh
melalui cara hidup yang susila dan saleh, terlebih yang sesuai dengan
tuntunan agama.
Pandangan Jalaludin ini menggambarkan bahwa epistemologi pendidikan
(terutama pendidikan islam) berdasarkan pada sumber-sumber yang
diwahyukan oleh Allah SWT. Seluruh sumber pendidikan yang dimaksudkan
dapat ditafsirkan dengan metologi yang terus berkembang. Tujuan
pengembangan pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia sebagai
makhluk multidimensional.7
- Dimensi Epistemologi bagi Ilmu Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Islam
Sebagaiana telah dijelaskan pada awal pembahasan bahwa epistemologi
merupakan bagian dari filsafat yang membahas brkaitan dengan dasar
dan proses adanya ilmu pengetahuan sehingga kita mengetahui
benar-benar apa dan bagaimaa sumber dan prosesnya. Atas dasar itulah
epistemologi islam peru untuk dipelajari dan didalami sehingga ketika
belajar kita dapat tahu benar-benar apa yang edang dipelajari.
Jikalau dalam epistimologi barat sumber ilmu berasal dari rasional,
empiris, dan skeptis, maka dalam epistemologi islam itu memiliki
sasaran yang telah disepakati para ulama diantaranya melalui indera
(alhaws), akal sehat (al aql), dan khabar yang benar
(al khabar ash shiddiq). Sarana itulah yang memberikan ilmu
dan kebenaran kepada manusia. Indra manusia dibagi dua, yakni indra
lahir dan indra batin. Menurut al Attas proses manusia mengetahui
sesuatu diawali dengan tahap persepsi terhadap obyek yang dilakukan
oleh indra lahir dan kemudian disalurkan pada indra batin yang
disebut indra umum. Dalam indera umum membentuk citra/images realitas
yang masih berupa etimasi dan disimpan di akal, dari situ kemudian
membentuk keputusan atau pendapat melalui jalan analisis serta
pemilihan baik dan buruk8
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang didalamnya membahas
asal, struktur, metode-metode, dan kesahihan pengetahuan. Diantara
jenis dari epistemologi adalah epistemologi/kebenaran eligius,
filosofis, estetis, dan ilmiah. Sedangkan jenis manusia pada hal ini
adalah manusia ekonomi, sosial, estetis, kuasa, manusia ilmu/teori,
dan manusia susila. Dimensi dan peranan epistemologi bagi ilmu
pendidikan adalah sebagai sarana utuk mendasari suatu ilmu
pengetahuan jua sebagai meode ataupun proses dalam pencapaiannya ilmu
pengeahuan untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya berdasarkan
sumber yang ada.
- Daftar Pustaka
Salahudin,
Drs. anas. 2011.Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka setia
Mahmud,
2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia
1
Prof. Dr. H. Mhmud, M.Si, pemikiran pendidikan islam, hal; 48
2 Ibid
3
sains merupakan pengetahuan yang mencoba menjeaskan rahasia alam
agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri.
penjelasan ini memungkinkan manusia meramalkan sesuatu yang akan
terjadi sehingga memungkinkannya untuk mengontrol gejala tersebut.
4 Drs.
Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;132
5 Inid,
LihatSutarjo A. Wiramihardja, PengantarFilsafat, hlm. 33
6 Drs.
Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;132
7 Drs.
Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;135-137
8
syaikh muhammad Naquib al attas, Progelomena to the metaphysic of
islam an Exposition of the fundamentalElement of the Worldview
islam..... Hal. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar