Senin, 26 September 2016

Epistemlogi

  1. Latar Belakang
Ilmu pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang hal berkaitan dengan permasalahan ataupun hal yang menyusun suatu pendidikan baik proses, pelaksanaan, tata cara menyampaikan ataupun menyelesaikan permasalahan proses kegiatan pendidikan terlebih saat proses yang berlangsung. Salah satu cara dalam menyiapkan diri untuk hidu sekarang adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah cara terbaik dala menyambut masa depan. Proses pendidikan bisa terjadi di rumah, sekolah, dan dalam pergaulan; pendidikan itu terjadi dimana saja. Meskipun ada tokoh yang mengkritik sekolah sebagai lembaga pendidikan yang efektifdalam menyiapkan manusia menghadapi masa depan, sampai sekarang, tetap saja sekolah dipercayai sebagai lembaga terbaik dalam menyiapkan generasi muda. Fungsi sekolah terutama sekali dalam hal membangun aspek pengetahuan dan keterampilan kerja. selain itu, sedikitnya bisa juga sekolah memberikan pebentukan kepribadian murid.

Tatkala kita akan merancang suatu pendidikan, misalnya sekolah, yang mula-mula kita fikirkan adalah menghasilkan lulusan yang bagaimana sekolah itu. Selanjutnya, terpikir juga bagaimana struktur kurikulumnya, tenaga pelaksanaannya, pembiayaan, dan lain-lain. Akan tetapi yang penting dalam hal ini adalah apakah pandangan kita yang diyakini it terakomodasi dalam desain itu. Inilah tahap pemikiran yang disebut dengan tahap filsafat. Dalam kefilsafatan ini yang akan dibahasdlah berkaitan dengan epistimologi yang merupakan cabang filsafat yang mencari suatu kebenaran terutama dalam hal pendidikan. Setelah tahap filsafat muncullah tahap kedua yaitu tahapan perumusan pradigmadan hal ini dipastikan sebagai outline yang menggambarkan langkah kerja mengemangkan pendidikan islami.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa maksud dari Epistimologi ?
  2. Apa jenis dari Epistimologi ?
  3. Bagaimana dimensi epistimologi bagi ilmu pendidikan dan ilmu pendidikan islam ?
  4. Apa jenis manusia yang ada pada epistemologi ?

  1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian epistemologi
  2. Untuk mengetahui jenis epistemologi
  3. Untuk megetahui peranan epistemologi bagi ilmu pendidikan
  4. untuk mengetahui jenis manusia



BAB II
ISI


  1. Pengertian Epistemologi

Epistemologi adalah kata lain dari filsafat ilmu berasal dari bahasa latin episteme, berarti knowledge, yaitu pengetahuan dan logos, berarti theory. Jadi, epistemologi berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau study tentang hakikat tertinggi, kebenaran dan batasan ilmu manusia. Istilah episemologi pertama digunakan oleh J.F Ferrier, Institutes of Metaphysics (1854) yang membedakan dua cabang filsafat yaitu epistemologi dan ontologi. Dalam Dictionary of Philosophy, dijelaskan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyeldiki pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu; teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan dan cara memperolh ilmu pngetahuan.1Epistemologis adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperileh, menjad kajian epistemologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan sebagai sumber pengetahuan.2

Epistemologis yang dimaksud dalam bagian ini adalah cara memperoleh dan mengembangkan teori ilmu pendidikan islam atau dalam bahasa lain pendekatan sains terhadap pendidikan islam. Pendekatan sains terhadap pendidikan adalah suatu prosedur pengkajian terhadap masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan pradigma sains. Dengan fungsinya sebagai alat untuk menjelaskan, mengontrol, dan meramalkan, pendekata sains yang dipergunakan untuk mengkaji masalah-masalah pendidikan melalui prinsip dan cara kerja sains disebt ilmu pendidikan.3 Secara ontologis, pendekatan sains terhadap pendidikan bersifat empirik dengan sifat metafisik yang bebas nilai. Ilmu menafsirkan realitas obyek penelaahan “sebagaimana adanya” (das ein). Dari mana dan bagaimana pegetahuan diperoleh menjadi kajian epistemologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah SWT.(innamal ‘ilma min ‘indillah, laa ‘ilmana illaa maa ‘allamtanaa), artinya Tuhan (Allah SWT) sebagai sumber pengetauan. Episteologi ini mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pengetauan yang benar adalah pengetahuan yan telah memenuhi unsur-unsur epistemologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis. Dalam epistemologi secara lebih terperinci diperincangkan mengenai dasar, batas, dan objek pengetahuan. Menurut Sutarjo A. Wiramihardja, epistemologi dengan filsafat ilmu itu berbeda. Epistemologi mempersoalkan kebenaran-kebenaran pengetahuan , sedangkan filsafat ilmu secara khusus memperbincangkan ilmu atau keilmuan pengetahuan. Dalam pembahasan epistemologi, dibicarakan tentang sumber pengetahuan dan sistematikanya. Selain itu dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan berpikir secara akurat pula digunakan untuk masalah-masalah yang bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pernyataan. Isi pernyataan adalah sesuatu yang ingin diketahui, dan oleh karena itu epistemologi relevan dengan ilmu pengetahuan yang disebut juga dengan filsafat ilmu.4

  1. Jenis-jenis Epistemologi (kebenaran)

  1. Religius
Merupakan kebenaran yang memenuhi kriteria atau dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan kebenaran absoulut atau kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan. Kebenaran ini bersifat religius.

  1. Filosofis
Merupakan suatu kebenaran yang berasal dari suatu perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu, meskipun pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif dan relatif tetapi kontemplatif.

  1. Estetis
Kebenaran ini adalah suatu kebenaran yang berdasarkan penilaian buruk, serta cita-cita rasa estetis. Artinya, keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa senaang, tenang, dan nyaman.

  1. Ilmiah
Kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah ditunjang oleh rasio dan kebenaran rasional berdasarkan teori yang menunjangnya. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran obyektif di lapangan. Sifat objektif berlaku umum, dapat diulang melalui ekdperimentasi, cenderung amoral sesuai dengan apa adanya, bukan apa yang seharusnya, yang merupakan ciri ilmu pengetahuan.5

Kebenaran pengetahuan dapat pula dibagi menjadi duamacam yaitu, kebenaran mutlak atau absolut dan kebenaran relatif atau nisbi. Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang tidak diubah-ubah dantidak dapat dipengaruhi oleh yang lain. Artinya, kebenaran yang sudah ada pada hakikat dirinya sendiri, misalnya kebenaran adanya Tuhan. Adapun kebenaran relatif atau nisbi adalah kebenaran yang berubah-ubah, tidak tetap, dan dapat dipengaruhi oleh hal lain diluar hakikat dirinya. Misalnya, fungsi mata dalam melihat sesuat. Kebenaran dari cara melihat dan hasil dari penglihatan tidak pernah tetap. Jika terdapat cahaya yang berwarna sesuatu terlihat putih, tetapi ketika lampu padam, warna yang putih menjadi terlihat hitam kelam.6
Setiap ilmu sebagaimana kebenaran mutlak dan relatif, dapat diidentikkan dengan teori sifat ilmu sebagaimana oleh Juhaya S. Pradja dijelaskan bahwa teori sifat ilmu ada dua, yaitu teori subyektifitas dan obyaktifitas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa obyek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada sesuatu yang dapat diselidiki lagim ilmu pengetahuan akan berhenti disitu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epistimologi adalah filsafat yang mengkaji seluk beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, sumber pengetahuan, metode, dan pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang logis dan rasional. Ia memulai kerjanya dengan mengajukan pertanyaan dari mana pengetahuan itu diperoleh dan bagaimana cara memperoleh serta mengapa pengetahuan diperoleh seperti yang ada. Penjelajasan epistemologi ini berhubungan langsung dengan epistemologi pendidikan. Epistemologi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk beluk pendidikan. Landasan pendidikan dapat berasal dari nilai-nilai kemasyarakatan, tradisi, agama, legenda, kebudayaan asing, dan ideologi bangsa yang disebut dengan pendidikan nasional. Semua landasan pendidikan akan diijadikan tolok ukur pengembangan pendidikan. Misalnya landasan pendidikan bersumber dari ideologi pancasia.

Jalaludin menjelaskan bahwa dasar-dasar pendidikan berakar dari pandangan tentang manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya, serta manusia hidup berkreasi, berinovasi, dan berkreasi. Dengan berkreasi manusia ajan menghasilkan karya rohaniah berupa pemikiran ataupun karya bendawi berupa benda-benda budaya yang diperlukan dalam meningkatkan dan mengembangkan perikehidupannya. Segala sesuatu yang dilakukan manusia selalu terjadwal dan didasari berbagai pertibangan serta diakhiri dengan suatu harapan akan tercapainya tujuan sesuai dengan keinginannya.

Secara epistimologis landasan pendidikan mengacu pada fitrah manusia sebagai dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang lebih berkarakter karena pendidikan yang berkarakter selalu bertitik tolak dari aspek kemanusiaan, baik dilihat sebagai makhluk lahiriah maupun makhluk batiniyah. Salah satu fitrah dari manusia adalah menginginkan agar hidupnya bermakna, baik untuk dirinya ataupun bagi lingkungannya karena dengan seperti itu maka mereka beranggapan apa yang dilakukannya itu tidaklah sia-sia. Menurut pandangan hidup yang dipilihnya Edward Spranger membagi manusia menjadi enam tipi;
  1. Manusia Ekonomi
Manusia yang beranggapan bahwa benda sebagi sumber kebahagiaannya. Maksudnya adalah kebahagiaan manusia hanyalah ditentukan pada kekayaan materi yang dimilikinya.
  1. Manusia Sosial
Merupakan manusia yang beranggapan bahwa bakti dan pengabdian untuk kepentingan sosial sebagai puncak kebahagiaan hidup.
  1. Manusia Estetis
Manusia yang beranggapan kebahagiaan itu berasal dari segala yang dapat memenuhi kepuasan akan rasa indah dan keindahan.
  1. Manusia Kuasa
Manusia yang menilai akan ka\ebahagiaan itu sebagai pemilik pada suatu kekuasaan.
  1. Manusia Ilmu atau Manusia Teori
Merupakan jenis manusia yang beranggapan akan kebahagiaan yang dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan nalar secara maksimal.
  1. Manusia Susila
Merupakan manusia yang menilai bahwa kebahagiaan akan diperoleh melalui cara hidup yang susila dan saleh, terlebih yang sesuai dengan tuntunan agama.
Pandangan Jalaludin ini menggambarkan bahwa epistemologi pendidikan (terutama pendidikan islam) berdasarkan pada sumber-sumber yang diwahyukan oleh Allah SWT. Seluruh sumber pendidikan yang dimaksudkan dapat ditafsirkan dengan metologi yang terus berkembang. Tujuan pengembangan pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia sebagai makhluk multidimensional.7

  1. Dimensi Epistemologi bagi Ilmu Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Islam
Sebagaiana telah dijelaskan pada awal pembahasan bahwa epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membahas brkaitan dengan dasar dan proses adanya ilmu pengetahuan sehingga kita mengetahui benar-benar apa dan bagaimaa sumber dan prosesnya. Atas dasar itulah epistemologi islam peru untuk dipelajari dan didalami sehingga ketika belajar kita dapat tahu benar-benar apa yang edang dipelajari. Jikalau dalam epistimologi barat sumber ilmu berasal dari rasional, empiris, dan skeptis, maka dalam epistemologi islam itu memiliki sasaran yang telah disepakati para ulama diantaranya melalui indera (alhaws), akal sehat (al aql), dan khabar yang benar (al khabar ash shiddiq). Sarana itulah yang memberikan ilmu dan kebenaran kepada manusia. Indra manusia dibagi dua, yakni indra lahir dan indra batin. Menurut al Attas proses manusia mengetahui sesuatu diawali dengan tahap persepsi terhadap obyek yang dilakukan oleh indra lahir dan kemudian disalurkan pada indra batin yang disebut indra umum. Dalam indera umum membentuk citra/images realitas yang masih berupa etimasi dan disimpan di akal, dari situ kemudian membentuk keputusan atau pendapat melalui jalan analisis serta pemilihan baik dan buruk8




BAB III
PENUTUP

  • Kesimpulan
Epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang didalamnya membahas asal, struktur, metode-metode, dan kesahihan pengetahuan. Diantara jenis dari epistemologi adalah epistemologi/kebenaran eligius, filosofis, estetis, dan ilmiah. Sedangkan jenis manusia pada hal ini adalah manusia ekonomi, sosial, estetis, kuasa, manusia ilmu/teori, dan manusia susila. Dimensi dan peranan epistemologi bagi ilmu pendidikan adalah sebagai sarana utuk mendasari suatu ilmu pengetahuan jua sebagai meode ataupun proses dalam pencapaiannya ilmu pengeahuan untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya berdasarkan sumber yang ada.

  • Daftar Pustaka
Salahudin, Drs. anas. 2011.Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka setia
Mahmud, 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia
1 Prof. Dr. H. Mhmud, M.Si, pemikiran pendidikan islam, hal; 48
2 Ibid
3 sains merupakan pengetahuan yang mencoba menjeaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. penjelasan ini memungkinkan manusia meramalkan sesuatu yang akan terjadi sehingga memungkinkannya untuk mengontrol gejala tersebut.
4 Drs. Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;132
5 Inid, LihatSutarjo A. Wiramihardja, PengantarFilsafat, hlm. 33
6 Drs. Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;132

7 Drs. Anas Salahudin, M.Pd., Filsafat pendidikan, hal;135-137


8 syaikh muhammad Naquib al attas, Progelomena to the metaphysic of islam an Exposition of the fundamentalElement of the Worldview islam..... Hal. 14 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar