Senin, 26 September 2016

Van A person

  1. Biografi C.A Van Perseun


Cornelis Anthonie van peursen dilahirkan pada 8 Juli 1920 di Negeri Belanda. Ia belajar hukum dan filsafat di Universitas Negeri Leiden. Pada tahun 1948 ia meraih gelar doktor filsafat. Tahun 1948-1950 ia menjabat sebagai wakil ketua hubungan internasional pada Kementrian Pendidikan Belanda. Tahun 1950-1953 ia menjabat Lektor Filsafat pada Universitas Negeri Utrecht, 1953-1960 ia menjadi Guru besar Filsafat pada Universitas Negeri Gorningen dan sejak tahun 1960 pada Universitas Negeri Leiden. Selain itu, sejak tahun 1963 Guru Besar luar Epistemologi pada Vrije Universiteit di Amsterdam, serta member kuliah tamu di Oxford, Munchen, Wina, Roma, Johanes berg, Nem Delhi, Tokyo, Pricenton, dan California. Beberapa kali melakukan penataran untuk dosen filsafat seluruh Indonesia pada Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Diantara buku-bukunya yang dierjemahkan dalam bahasa Prancis, Jerman, Spanyol, Inggris, Jepang dan yang diterbitan dalam bahasa Indonesia : Badan-Jiwa-Roh,Tuhan dan Strategi Kebudayaan

  1. Pengertian Pendekatan Ilmiah non Positivistik

Pendekatan ilmiah nonpositivistik merupakan suatu teori yang mana dalam prakteknya itu selalu mengguanakan hal yang berkaitan dengan rasio dan bukan dengan indera dan bersifat spekulaif. Non positivistik ini dalam perananya selalu melakukan perbandingan segala yang dialami itu harus benar-benar dapat diterima oleh akal manusia dan bukan oleh panca indera yang dimilikinya. Pendekatan ini dalam proses pencarian kebenaran adalah dengan melakukan suatu eksperimen-eksperimen dan bukan dengan empirisme atau pengalaman.
Hal yang terpenting dalam pendekatan ini adalah penggunaan penalaran yang rasional dan penelitian yang apriori atau sebagai suatu ilmu yang ketika sudah ada kebenaran dan kepastian yang dimilikinya itu membutuhkan suatu observasi tang ditangkap oleh rasionalnya untuk memperkuat dari pengetahuan ilmu tersebut. Pendekatan ilmiah ini merupakan pendapat yang digunakan dalam memperoleh suatu ilmu pengetahuan ini senantiasa berpacu pada akal dan rasionya, yakni tidak melalui pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh panca indra manusia. Karena dengan demikian suatu ilmu pengetahuan dapat memiliki kebenaran yang mutlak lewat hal yang sesuai dengan rasio manusia.

  1. Pemikiran dan Pendapat C.A Van Perseun

  1. Strategi Ilmu
  1. Heuristik dan Etika
Dalam perkembangan ilmu, etika sangatlah berperan pada semua diskusi mengenai ilmu. Kemungkinan mengerikan ilmu jadi semakin mngesankan sering juga makin mengerikan, semua itu akandapat dinilai tergantung pada proses yang nantinya mengandung Etika didalamnya yangberpean sebagai alat. Imu lewat penerapan politik memuncak pada masalah etis, kendati etika tidak termasuk kawasan ilmu sendiri yang relatif otonom.
Heuristik merupakan suatu jalan ataupun cara yang digunakan untuk menemukan cara dalam menyelesaikan masalah. Heuristik ini sebagai pendahulu dari ilmu. Ilmu sendiri antinya memerikan, menerangkan, membuktikan, dan ini tida mencakup secara tersurat jalan yag dilalui menuju suatu ilmu. Heuristik ini menarik suatu perhatian yang palig histors,penting juga untuk sosiologi ilmu naun belum relevan secara metodologis. Di luar ilmu, juga pada medan heuristik ini terdpat sifat rasionalitas. kan tetapi rasionalitas itu masih melekat pada skill dan terletak dapa ketrampila manusia.
Rasional pengetahuan dan keahlian pra ilmiah memiliki fungsi heuristik dalam dunia kehidupan, yaitu menemukan suatu penyelesaianpraktis dan penuh arti untuk masalah-masalah hidup dn persoalan praktis dalam hidup sehari-hari. Kegiatan ini mengandaikan bahwa orang menanggapi dunia ini serta kenyataan yang mendesak . seperti mitos, adat sosial, upacara-upacara, dll. Heuristik prtama-tama merupakan upaya menemukan penyelesaian dalam lingkup praktek kehidupan sehari-hari, namun mungkin didalamnya terdapat bibit ilmu yang lewat penerapan dapat menangani dunia harian dan dengan demikian menjadi alasan bagi timbulnya utusan etis.

Heuristik Ilmu Etika
Dalam dunia sehari-hari etika biasanya terdiri atas susunan kaidah-kaidah, dan banyak putusan evaluatif dalam kawasan dunia teratur tertampung dalam kaidah etis itu.
Strategi ini merupakan keseluruha kaidah untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan dalam bentuk yang lebih modern dan lebih luwes, merupakan prosedur kebijakan daripada suatu sistem lebih merpakan kata kerja daripada kata benda.1 Menjelaskan kenyataan secara ilmia berlangsung dalam ruang lingkup yang lebih luas dari pada strategi sebuah ilmu. Seluruh strategi ilmu merupakan kerangka acuan, ruang rengrengan pembenaran atau keterangan baru berlaku. Suatu sistem ilmiah tertentu menurut bangunanya yang metodoligis merupakan endapan strategi ilmu. Prosedur yang ada, memastikan fakta, menjalin hubungan, pembuktian, dan penjelasan, merupakan context of justification, cara strategi dsuratkan. Sistem ilmu mutlak perlu demi pemberitahuan, namun dapat diwujudkan dengan memakai bentuk yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang sama. Sifat khas ilmu meuntut sebanyak mungkin keterbuktian umum lewat metode menyatakan dan metode menjabarkan. Menuliskan merupakan unsur mendasar untuk strategi suatu ilmu, karena hanya dengan demikian, guyuban bertutur universe of discoursdapat terwujud.
Untuk mengenal strategi suatu ilmu, kaidah yang mendalangi tiap-tiap langkah, perlu mengerti bagaimana strategi itu terjadi, jadi mengerti heuristik. Yang dimaksud heuristik adalah bukan medan ilham genial, penemuan kebetulan, dan ide-ide yang berarti. Heurist adalah pengertian akan wilayah lebih luas daripada hanya sistem metodis ketat, pegertian akan jalanyang menuju kesahihan sistem. Heuristik hanyalah syarat arti dalam arti luas perilaku rasional yang mengandung dorongan ke sifat umum (universalitas) sebuah sistem. Justu bentuk yang belum tertutup secar logis seperti diperlihatkan oleh rengrengan heuristis memungkinkan orang memahami bahwa dapatmuncul berbagai sistem kesahihan ilmiah yang kadang-kadangberdampingan sebagai alternatif. Apabila heuristik dengan relevansi metodologisnya tidak diakui maka tidak kemungkinan untuk mengerti strategi luwes suatu ilmu. Maka, secara dogmatis diakui suatu sistem pembenaran atau secara relativistis berhenti pada pernyataan bahwa terdapat sejumlah sisitem. Agar lebih jelasnya berikut adalah kaidah yang telah disebut ada awal pembahasa;
Kaidah pertama, Setiap strategi ilmu yang masih giat pada pratahap heuristis kemungkinan akan memperbaiki srategi yang sedang timbul.
Kaidah Kedua, Menggapai kembali dari sistem ilmiah kepada praaggapan-praanggapan.
Kaidah Ketiga, Akibat dari yang baru dikatakan.
Kaidah Keempat, Proses terjadinya dan pembaruan suatu ilmu dimajukan oleh pengertian akan masalah etis.
Kaidah Kelima, Perlu dibicarakan secara khusus karena merupakan titik temu keempat kaidah yang lain.
Etika yang dengan demikian mempengaruhi pengembanga ilmu, lewat kaidah heuristis berperan dalam straegi ilmu. Hal ini berarti bahwa dalam ilmu timbul metode (kaidah) dan fakta (kebenaran) baru (inventivitas). Heuristik tugasnya semacam jembatan karena menunjukkan hubungan mutlak antara ilmu dengan pengertian dan sikap luar ilmu serta memperlihatkan keterlibatan ilmu baik pada kiblat insani maupun pada kenyataan. Heuristik mununjukkan jalan menuju terjadinya, genesis, sistem ilmiah yang metodis dibatasi.2

  1. Strategi Kebudayaan

a. Perkembangan Kebudayaan dan Strateginya
Pada awalnya kebudayaan diartikan sebagai segala manifestasi kehidupan manusia yang berbudi luhur dan bersifat rohani seperti agama, filsafat, kesenian, ilmu pengetahuan, tata Negara dsb. Ciri khas bagi pendapat serupa adalah perbedaan yang dibuat oleh bangsa berbudaya yang beradab tinggi dan bangsa alam yang lebih primitif. Pendapat-pendapat tersebut kemudian disingkirkan dan dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang; berbeda dengan hewan, manusia dalam kehidupannya itu tidak hanya diam saja di tengah-tengah alam melainkan mereka selalu melakukan perubahan-perubahan yang mengarah pada peradabannya. Kebudayaan meliputi segala bentuk perbuatan manusia, seperti cara manusia menghayati kematian dan membuat upacara-upacara untuk menyambut peristiwa dan untuk menyambut peristiws itu, begitu juga mengenai kelahiran, seksualitas, sopan santun makan, cara membuat sesuatu, serta kesenian dan ilmu pengetahuan agama. Dulu kata kebudayaan diartikan sebagai kata benda dan sekarang sudah berubah diartikan menjadi kata kerja.
Jadi, konsep kebudayaan diperluas dan didinamisir. Irama hidup kita yang makin cepat tentu saja mempengaruhi perubahan tersebut. Dulu kebudayaan ini dianggap hanya suatu hal yang bersangkutan pada kelompok kecil saja dan bagi kelompok besar manusia itu dikenal sebagai takdir, namun sekarang setiap orang mencoba mencampuri atau menangani kekuatan yang turut dalam terbentuknya suatu kebudayaan. Jalannya adalah dengan memikirkan sungguh-sungguh bagaimana masalah kebudayaan ditangani, dikelola, dan diperalat. Bagan yang telah disampaikan tadi mengandung benih-benih perkembangan kebudayaan serta dapat diartikan bahwa kebudayaan janganlah dipandang dengan sebelah titik tamat atau keadaan yang telah tercapai, melainkan terutama sebagai sebuah penunuk jalan, sebuah tugas. Kebudayaan itu diibaratkan sebuah cerita yang masih ada keberlanjutannya. Maka dari itu kebudayaan dewasa ini haruslah dilukiskan sebagai suatu tahap, suatu tujuan dalam cerita tentang sejarah perkembangan. Perkembangan kebudayaan haruslah dievaluasi, maksudnya bahwa manusia selalu mempersoalkan berlaku tidaknya paspor kebudayaan. Ia lalu menjadi sadar bahwa sering kali ada seduatu yang tidak beres dan dengan demikian mungkin dengan jatuh dan bangun kembali ia daoat mengalami suatu kemajuan. Satu abad yang lalu Immanuel Kant menuliskan menuliskan bahwa ciri khas kebudayaan terdapat dalam kemampuan manusia untuk mengajarkan dirinya sendiri.3
Kebudayaan sebagai ketegangan imanensi dan transendensi dapat dipandang sebagai ciri khas dari kehidupan manusia seluruhnya. Hidup manusia berada pada tengah proses kehidupan (imanensi), tetapi selalu juga muncul arus raya untuk menilai alamnya sendiri dan mengubahnya (transendensi). Kebudayaan pada masa sekarang dipengaruhi oleh suatu perkembangan yang pesat dan manusia modern sadar akan hal itu. Lebih dari dulu manusia sadar akan kebudayaannya. Kesadaran itulah yang menjadikan manusia kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Evaluasi serupa ini dapat menghasilkan secara praktis penyusunan kembali kebudayaan sendiri. Faktor lain meng mempengaruhi perkembangan itu menurut Kluckhohn adalah dunia yang secara antropologis peka atau kesadaran manusia akan unsur-unsur persamaan akan eksistensi kita sebagai manusia. Ketiga tahapan perkembangan kebudayaan adalah tahap mistis, ontologis, dan tahap mistis. Tahap mistis adalah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan ghaib sekitarnya. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepuangan kekuasaan mistis dan bebas meneliti segala hal yang ihwal. Tahap fungsional adalah sikap dan alam fikir manusia yang makin nampak pada manusia modern. Setiap tahap dalam strategi kebudayaan tidaklah selamanya selalu mengarahkan pada hal yang positif, melainkan adakalanya menuju pada hal yang negatif. Setiap tahap tidaklah lebih tinggi dari pada tahap sebelumnya, melainkan hanya berlainan sifatnya. Secara singkat segi negatif itu dapat diringkas sebagai berikut: dalam tahap mistis terlihat praktek magi yakni usaha menguasai orang lain /proses alam dengan ilmu sihir. Pada tahap ontologis substantialisme menunjukan kenegatifannya usaha menjadikan manusia dan nilai-nilai menjadi semacam benda/substansi yang terpecah. Akhirnya pada tahap fungsional terdapat sisi negatif operasionalisme yakni diri kita memperlakukan diri kita sendiri sebagai buah-buah catur dan nomor-nomor dalam berkas kartu arsip.
Setiap kemajuan berdampingan dengan pergulatan batin dalam setiap kebudayaan, semuanya selalu berlawanan dengan sikap positif seperti membuka diri bagi orang lain, belajar mengadakan evaluasi atas ssegala yang dihadapi dan mencari jawaban baru bagi pertanyaan-pertanyaan lama. Pertandingan yang kita saksikan disini sebenarnya adalah apa yang tadi disebut transendensi (membuka diri bagi segala sesuatu yang mengatasi kita) dan imanensi (menutup diri, tidak terbuka lagi). Akhirnya maksud dari penulisan ini adalah memperlihatkan sedikit dari kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi strategi kebudayaan ini. Maka dari itu pelukisan tahap mistis dan ontologis ini difungsikan hanya sebagai latar belakang agar gambaran mengenai keadaan sekarang semakin jelas/ ketiga tahapan itu haruslah diadikan sebagai flash back. 4





Penutup


Alhamdulillahirobbil `alamin akhirnya penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Seiring dengan proses penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih pada Bapak dosen mata kuliah filsafat ilmu yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami dalam penulisan ini sehingga kami dapat menyusun seperti apa yang sudah kami dapatkan. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut serta dalam penulisan ini.

Kami menyadari dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karenanya kami mohon maaf atas segala kekhilafan dan saran serta kritik yang sifatnya membangun selalu kami harapkan terutama untuk kebaikan pada penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Demikian penulisan makalah kami semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat baki kami sendiri dan semua pembacanya. Terima Kasih










Kesimpulan


Nama asli dari C.A Van Peursen adalah Cornelis Anthonie van peursen, ia dilahirkan pada 8 Juli 1920 di Negeri Belanda. Ia meraih gelar doktor nya pada tahun 1948 dan dalam hidupnya ia senantiasa menjadi sosok yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan terutama pada teori yang di keluarkannya. Pendekatan ilmiah non positivistik adalah merupakan teori yang dalam prakteknya selalu hal yang berkaitan dengan rasio manusia, membandingkan segala yang dialami dan bukan dengan indera, pendekatan ini juga memiliki sifat yang spekulatif.

Pemmikiran C.A Van Peursen yang pertama adalah strategi ilmu merypakan suatu cara yang digunakan dalam memperoleh suatu illmu atau bagaiman proses ilmu itu bisa terbentuk dan ada melalui Heuristik dan Etika. Strategi kebudayaan merupakan pemikiran nya adalah suatu cara atau proses bagaimana proses dari kebudayaan itu terbentuk melalui beberapa konsep yakni tahap mistis, ontologis, dan fungsional.

Kebudayaan merupakan ketegangan imanensi dan transendensi atau manusia itu hidup dalam lingkungan hiduo yang mengalami perubahan dan manusia itu akan menilai dengan lingkungan yang ada serta melakukan perubahan-perubahan untuk mencapai kemajuan dan peradaban.

























Daftar Pustaka


Peursen, C.A Van, Strategi Kebudayaan,

Peursen, C.A Van, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu

Peursen, C.A Van, Hakikat Ilmu Pengetahuan,

Peursen, C.A Van,Orientasi Dalam Filsafat,1980: Gramedia, Jakarta

1 C.A Van Perseun, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Hal;96-100
2 C.A Van Perseun, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Hal;101-111

3 C.A Van Perseun, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Hal;9-15


4 C.A Van Perseun, Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Hal;16-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar