Senin, 26 September 2016

metodetafsir

DAFTAR ISI


Halaman Judul............................................................................................................ i
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
  1. Latar Belakang 2
  2. Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
  1. Hakikat metode tahlili 4
  2. Ciri–ciri metode tahlili 5
  3. Contoh metode tahlili 6
  4. Hakikat metode ijmali................................................................................... 7
  5. Ciri–ciri metode ijmali.................................................................................. 7
  6. Contoh metode ijmali.................................................................................... 8
  7. Hakikat metode maudhu’i............................................................................. 9
  8. Ciri–ciri metode maudhu’i............................................................................ 9
  9. Contoh metode maudhu’i............................................................................. 9
BAB III ANALISIS 10
BAB IV KESIMPULAN 11
BAB V PENUTUP 12
DAFTAR PUSTAKA 13




BAB I PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Pembangunan umat Islam bahkan pembangunan suatu kehidupan manusia, tidaklah mungkin dengan hanya berpegang kepada pengalaman semata tanpa adanya petunjuk-petunjuk dari ajaran Al Qur’an yang meliputi segala unsur kebahagiaan bagi manusia. Dengan mudah kita dapat mengetahui, bahwa tidak mungkin beramal dengan ajaran-ajaran Al Qur’an, terkecuali sesudah kita memahami Al Qur’an, mengetahui isinya, prinsip-prinsip yang diatur. Hal ini tidak mungkin dicapai, melainkan dengan mengetahui apa yang ditunjukkan oleh lafadz-lafadz Al Qur’an. Maka untuk dapat menguraikan lafadz-lafadz Al Qur’an yang bersifat global itu perlu adanya upaya dan proses penafsiran Al Qur’an. Dengan demikian kita dapat tetapkan bahwa tafsir adalah anak kunci perbendaharaan isi Al Qur’an yang diturunkan untuk memeperbaiki keadaan manusia, melepaskan manusia dari kehancuran dan menyejahterakan alam ini.
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa tafsir itu selalu berkembang seiring dengan derap langkah perkembangan peradaban dan budaya manusia. Tafsir sebuah hasil dari dialektika antara teks yang statis dan konteks yang dinamis memang mau tidak mau harus mengalami perkembangan dan bahkan perubahan. Setiap generasi akan mewarisi kebudayaan generasi-generasi sebelumnya, kebutuhan suatu generasi berlainan dan hampir tidak sama dengan kebutuhan generasi lain. Begitu pula perbedaan tempat dan keadaan, tidak dapat dikatakan sama keperluan dan kebutuhannya, sehingga timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah didapat dan dilakukan oleh generasi sebelumnya, serta saling tukar-menukar pengalaman yang di alami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah yang lain, mana yang masih sesuai dipakai, mana yang kurang sesuai dilengkapi, dan mana yang tidak sesuai lagi dikesampingkan, sampai nanti keadaan dan masa membutuhkan. Demikian pula halnya dengan Al Qur’an, ia berkembang mengikuti irama perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi.
Hal itu yang membuat para peminat studi Al Qur’an khususnya dan umat Islam pada umumnya dituntut untuk selalu cerdas mengembangkan penafsiran Al Qur’an, sebab setiap zaman memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Tiap-tiap generasi melahirkan tafsir-tafsir Al Qur’an yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan Agama Islam sendiri. Maka dari itu perlunya untuk mengetahui tentang metode penulisan tafsir al-qur’an.
  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa hakikat metode tahlili?
  2. Apa ciri-ciri metode tahlili?
  3. Contoh metode tahlili?
  4. Apa hakikat metode ijmali?
  5. Apa ciri-ciri metode ijmali?
  6. Contoh metode ijmali?
  7. Apa hakikat metode maudhu’i?
  8. Apa ciri-ciri metode maudhu’i?
  9. Contoh metode maudhu’i?
















BAB II PEMBAHASAN
  1. Metode-metode Tafsir Al Qur’an
  • Tafsir Tahlili
            Tafsir tahlili adalah mengkaji ayat-ayat al-Qur'an dari segala segi dan maknanya, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat di-istnbath-kan dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu ia merujuk kepada sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits Rasulullah saw dan riwayat dari para sahabat dan tabi'in.
Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur'an dengan metode tahlili menjadi tujuh macam, yaitu: tafsir bi al-ma'tsur, tafsir bi al ra'yi, tafsir shufi, tafsir fikih, tafsir falsafi, tafsir fiqhi, tafsir 'ilmi dan tafsir adabi.

1.) Tafsir bi al-Ma'tsur
            Penafsiran (penjelasan) ayat al-Qur'an terhadap maksud ayat al-Qur'an yang lain. Termasuk dalam tafsir bi al-ma'tsur adalah penafsiran al-Qur'an dengan hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. Penafsiran al-Qur'an dengan pendapat para sahabat berdasarkan ijtihad mereka dan penafsiran al-Qur'an dengan pendapat para tabi'in. diantara kitab tafsir bi al-ma'tsur adalah kitab: jami' al-Bayan fi tafsir al-Qur'an, karangan Imam Ibnu Jarir al- Thabari.
2. Tafsir bi al-Ra'yi
            Penafsiran yang dilakukan mufassir dengan menjelaskan ayat al-Qur'an berdasarkan pendapat atau akal. Para ulama menegaskan bahwa tafsir bi al-ra'yi ada yang diterima dan ada yang ditolak. Suatu penafsiran bi al-ra'yi dapat dilihat dari kualitas penafsirnya. Apabila ia memenuhi sejumlah persyaratan yang dikemukakan oleh para ulama tafsir, maka diterimalah penafsirannya. Jika tidak, maka ditolak penafsirannya. Di antara kitab tafsir bi al-ra'yi adalah kitab: Madarik tanzil wa Haqaiq al-ta'wil, karangan al-ustadz Mahmud al-Nasafi.
3. Tafsir Shufi
          Penafsiran yang dilakukan para sufi yang pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang sufi yang melatih diri untuk menghayati ajaran tasawwuf. Diantara kitab tafsir shufi adalah kitab: Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karangan Imam al-Tusturi.
4. Tafsir Fikih
            Penafsiran ayat al-Qur'an yang dilakukan (tokoh) suatu madzhab untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran madzhabnya. Tafsir fikih banyak ditemukan dalam kitab-kitab fikih karangan imam-imam dari berbagai madzhab yang berbeda, sebagaimana kita temukan sebagian para ulama mengarang kitab tafsir fikih adalah kitab: "Ahkam al-Qur'an" karangan al-Jasshash.
5. Tafsir Falsafi
            Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan teori-teori filsafat. Contoh kitab tafsir falsafi adalah kitab: Mafatih al-Ghaib yang dikarang al-fakhr al-Razi. Dalam kitab tersebut ia menempuh cara ahli filsafat dalam mengemukakan dalil-dalil yang didasarkan pada ilmu kalam dan simantik (logika)
6. Tafsir 'Ilmi
            Penafsiran ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Qur'an dengan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang. Diantara kitab tafsir 'ilmi adalah kitab: al-Islam Yata'adda, karangan al-'Allamah Wahid al-Din Khan.
7. Tafsir Adabi
         Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan mengungkapkan segi balaghah al-Qur'an dan kemu'jizatannya, menjelaskam, makna-makna dan saran yang dituju al-Qur'an, mengungkapkan hukum-hukum alam, dan tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya. Tafsir adabi merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaannya terhadap al-Qur'an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia al-Qur'an. Di antara kitab tafsir adabi adalah kitab tafsir al-Manar, karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Ciri-ciri Tafsir Tahlili
            Metode Tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, ciri-ciri tersebut adalah :
1.      Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf  ustmani, yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat An-Nas.
2.      Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun nuzulnya.
3.      Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir ijmali.

Tafsir Tahlily (Adaby): Al Maragy
QS.al-Bayyinah ayat 1 (Madaniyyah)
لم يكن الّذين كفروا من أهل الكتب والمشركين منفكين حتّى تأتيهم البيّنة
Penjelasan:
`Orang-orang yang mengingkari risalah Muhammad saw dan meragukan kenabiannya, yakni kaum musyrikin dan Nasrani,
selamanya tidak akan mau meninggalkan pegangan mereka karena kekafiran yang sudah keterlaluan. Mereka telah meninggalkan kebenaran dan lebih menyukai pegangan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Sekalipun pada kenyataannya nenek moyang itu tidak mengerti sama sekali permasalahan agama.
Rasulullah hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa ajaran yang menggoncangkan terhadap ajaran yang sudah berakar di dalam keyakinan mereka, disamping sudah menjadi kebiasaan yang membudaya. Karenanya, mereka berupaya terus mencari alasan karena didorong oleh sikap ingkar mereka. Mereka mengemukakan hujjah yang mengatakan bahwa apa yang didatangkan Muhammad adalah sama dengan yang ada di tangan mereka dan bukan merupakan kebaikan jika apa yang didatangkan itu diikuti. Menurut mereka, dengan berpegang pada apa yang ada pada mereka dan berjalan sesuai dengan tata aturan nenek moyang mereka adalah lebih baik dan patut, bahkan lebih disukai oleh perasaan mereka karena dianggap akan membawa keselamatan.


  • Tafsir Ijmali
   Tafsir Ijmali yaitu, penafsiran al-Qur'an dengan uraian singkat dan global, tanpa uraian panjan lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas arti tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutan dalam  mushaf  dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan juga orang pertengahan antara keduanya.
            Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Qur'an dengan lafadz al-Qur'an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks al-Qur'an. Kadangkala pada ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadits Rasulullah atau pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian, dapatlah diperoleh pengetahuan yang sempurna dan sampailah ia kepada tujuan dengan cara yang mudah serta uraian yang singkat dan bagus.
Ciri-Ciri Tafsir Dengan Metode Ijmali
1) Urutannya sesuai dengan urutan mushaf.
2) Mufassir langsung menafsirkan ayat al-Qur’an dari awal sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul
3) Setiap surat dibagi menjadi kelompok-kelompok ayat, lalu ditafsirkan secara ringkas dan global.
4) Sebagian lafal dari ayat menjadi pengait antara nash ayat dengan tafsirnya.
5) Lafal dan bahasanya tidak jauh dari nash Al-Quran.
6) Mufassir tidak banyak mengemukakan pendapat dan idenya
7) Mufassir tidak banyak memberikan penafsiran secara rinci tetapi ringkas dan umum, meskipun pada beberapa ayat tertentu memberikan penafsiran yang agak luas, namun tidak pada wilayah analitis.



Contoh dalam penafsiran Ijmaliy ini dapat kita lihat pada tafsir al Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, ketika menafsirkan surat al Baqarah ayat 1 dan 2, Al- Jalalain mengemukakan :  “الم” misalnya dia berkata : “Allah yang lebih tahu akan maksudnya”. Demikian pula halnya saat menafsirkan Firman Allah “الكتاب” hanya menyatakan: “yang dibaca oleh Muhammad” ;  ”لا ريب ”  berarti  “kebimbangan” ; “ﻔﻴﮫ” maksudnya bahwa ia benar-benar dari Allah. Kalimat negatif menjadi predikat dari subyek  “Kitab ini “, sedangkan kata-kata isyarat “ini” dipakai sebagai penghormatan ;     ”  ﻫدﻯ  “   maksudnya sebagai predikat kedua, artinya menjadi penuntun ;  “    ﻠﻟﻣﺗﻘﻳﻥ     “  maksudnya orang-orang yang mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan dengan menjaga diri dari api neraka.


  • Tafsir Maudhu'i
            Metode tafsir maudhu'i (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara tentang suatu masalah/ tema (maudlu) serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur'an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.
            Kemudian ia menentukan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat itu turun karena sebab tertentu), menguraikan dengan sempurna menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diistimbathkan darinya, segi I'rabnya, unsur-unsur balaghahny, segi-segi i'jaznya (kemu'jizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur'an itu dan oleh karenanya, tidak diperlukan ayat-ayat lain.
Ciri metode maudhu’i ialah menonjolkan tema. Judul atau topik pembahasan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal.
Tafsir Mawdlu'y
Khusus mengenai harta mereka
Seperti ayat-ayat berikut ini:
ولاتقربوامال اليتيم الا بالتى هي احسن حتى يبلغ أشدّه
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga ia dewasa (surat al-An'am(6):152).
واتوااليتامى أموالهم ولا تتبدلواالخبيث بالطّيّب
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk (surat al-Nisa (4):2)


BAB III
ANALISIS
Berdasarkan pengertian dari ilmu tafsir Al-Quran dan perkembangannya dapat diketahui, bahwasanya di samping terdapat ilmu tafsir juga terdapat berbagai macam metode yang memiliki ciri khas tersendiri dan cara penafsiran yang berbeda pula. Sehingga untuk menafsirkan surat demi surat, ayat demi ayat dalam al-Quran dapat dilakukan dengan memilih metode-metode yang telah banyak di gunakan oleh berbagai mufassir tersebut. Dan di dalam berbagai metode itu pula dapat diketahui bahwasanya setiap metode tidak hanya caranya yang berbeda tetapi juga penggunanya.



BAB IV
KESIMPULAN
Metode-metode Tafsir Al Qur’an
  • Tafsir Tahlili terdiri dari :
  • Tafsir bi al-Ma'tsur
  • Tafsir bi al-Ra'yi
  • Tafsir Shufi
  • Tafsir Fikih
  • Tafsir Falsafi
  • Tafsir 'Ilmi
  • Tafsir Adabi
  • Tafsir Ijmali
  • Tafsir Maudhui



BAB V
PENUTUP
Demikian makalah kami sampaikan, semoga bisa menambah wawasan kita bersama dan bisa bermanfaat buat kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.






DAFTAR PUSTAKA
Al Baghdady, Abdurrahman, 1988. Beberapa Pandangan Mengenai Penafsiran Al Qur’an, PT. Al Ma’arif. Bandung.
Agil Husin al-Munawar, Said, 2003. Al-Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat  press.
Tafsir dan Ilmu tafsir, MGMP Tafsir Yogyakarta.
Muslim, Shohih Muslim, bab fadlurromyi, hds.3541.
al Qattan, Manna’ Khalil, 2013. studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera Antar Nusa. Bogor.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar