Senin, 26 September 2016

Rekonstruksionisme


  1. Pengertian Rekonstruksionisme

Aliran ini muncul dari kondisi obyektif masyarakat yang berlatar belakang industri yang berdampak dari agraris menuju industry ini adanya perubahan perilaku social yang semakin menauh dari kebiasaan dan yang diharapkan. Rekondtruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan emembangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.1 Menurut Syam (1985: 340) aliran rekonstruksionisme memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran. Aliran rekonstruksionisme memiliki visi untuk memecahkan permasalahan dalam mengembilikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan, ia menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. (Depag RI , 1984; 31)

Untuk mencaoai tujuan tersebut, rekonstrulsionisme berupaya mencari kesepakatan antara sesame manusia atau orang agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Oleh karenanya, dalam penerapannya lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merubah tata susunan lama dan membangun tata susunan baru untuk mencapai tujuan uatama dengan kerjasama antar umat manusia. Penyelamatan dunia adalah tugas dari manusia dan bangsa. Mereka juga berpendapat bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis. Konsep dari aliran ini adalah untuk memberikan pegangan dan kepastian hidup bagi masyarakat modern yang cenderung mengalami kebingungan dan ketidak pastian, dengan cara membina konsensus yang seluas-luasnya untuk mencapai tujuan utamanya.

Dalam aliran ini, terdapat kesamaan dengan pendidikan islam bahwa keduanya merupakan wahana untuk merekonstruksi social menuju krhidupan yang lebih baik, tetapi tidak harus membongkar dan menyingkirkan nilai yang lama yang memang masih relevan. Hal ini terlihat bagaimana islam mengadopsi nilai-nilai lama yang telah ada sebelum islam datang yang masih dianggap relevan yang akhirnya ia memberikan kesempurnaan mennuju nilai yang lebih ashlah. Dalam ini konstruksi pendidikan islam memulai dari individu yang kemudian meluas pada masyarakat.2 Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang membangun kembali atau pembaharuan dalam suatu system pendidikan sehingga pendidikan dapat bersifat relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman.

  1. Pandangan Ontologis

Dengan adanya ontology maka hakikat dari segala sesuatu dapat diketahui dan diterangkan. Untuk mengetahui realita yang ada dan konkrtit menuju arah yang khusus menampakkan diri dalam perwujudan sebagai mana yang kita lihat dihadapan kita dan ditangkap oleh panca indera. Menurut pandangan ontologis bahwa yang namanya pendidikan dan pendidikan islam merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut hakikat dai suatu pendiddikan yang secara filosofis adalah suatu usaha untuk memanusiakan manusia dengan cara yang manusiawi untuk mencapai nilai-nilai kemanusiaan.3 Hakikat dari pendidikan tidaklah terlepas dengan diri atau hakikat dari manusia itu sendiri yangmana mereka itu terdiri dari dua unsur yang menyusun keberadaan diri manusia yakni jasad dan ruh, unsur material dan spiritual.

Ontology terdiri atas dua suku kata yaitu ontos dan logos, ontos berarti suatu yang berwujud ( being) dan logosyang berarti ilmu. Jadi ontology adalah bidang ilmu sistematis berdasarkan hukum sebab akibat, da nada kausa prima dalam suatu hubungan, yang menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Ia juga dapat difinisikan sebagai suatu ilmu tentang wujud hakikat yang ada.4 Menurut Agustinus, manusia itu mengetahui segala hal dari pengalamannya, sedangkan Al Farabi mengungkapkan dalil ontologis tentang wujud Tuhan. Sebab menurut beliau wujud yang paling sempurna dan paling awal harus berwujud. Sebab esensi dan wujudnya mungkin tidak ada sebagaimana yang tidak eksis memiliki ketidak wujudannya. 0leh karena itu, dzat yang paling sempurna tidak mungkin tidak ada dari segala aspek. Bahkan DIA adalah qadim, abadi, dan otonom. Pendidikan islam yang berangkat dari term islam dan pendidikan adalah pemaduan dan penyelarasan antara pendidik secara konseptual dengan islam, baik secara historis maupun secara normative.

Dalam pandangan ontologis, pendidikan merupakan suatu wadah atau proses manusia yang memiliki awal dan dasar atau hakikat keberadaannya. Oleh karenanya, dengan berangkat dari pernyataan tersebut seuatu pendidikan dalam prosesnya tidaklah dikenankan untuk menyimpak dari asal pendidikan itu baik tujuan, cara maupun perkembangannya. Barnadib (1992: 69) mengungkapkan bahwa aliran rekonstruksionisme memandang masalah ini berdasarkan asas supernatural yakni menerima nilai natural yang universal yang abadi sesuai dengan pronsip nilai teologis.

  1. Ciri-ciri aliran Rekonstruksionisme

      1. Adanya perombakan pada sistem lama ke sistem yang baru
      2. Penyelamatan dunia merupakan tugas manusia dan bangsa
      3. Tidak menghilangkan jiwa asli atau hakikat dari segala aspek yang dikonstruks
      4. Perlu adanya kerja sama antar elemen manusia
      5. Berupaya mencari kesepakatan diantara manusia untuk tujuan yang ada.

  1. Implementasi Rekonstruksionisme dalam Pendidikan

      1. Merubah tatacara penyampaian materi pendidikan
      2. Merubah sistem atau landasan pendidikan
      3. Mengganti kebiasann yang menghalangi proses perkembangan pendidikan
1 DR. Jalaludin, DRS. Abdullah Idi, M.Ed., filsafat pendidikan, hal;97
2 Dr. H. M. Suyudi, M.Ag, Pendidikan dalam perspektif Al qur’an, hal;119
3 Dr. H. M. Suyudi, M.Ag, Pendidikan dalam perspektif Al qur’an, hal;119


4 Dedi Supriadi, M.Ag, dan Drs. Mustafa Hasan, M.Ag,, Filsafat agama ; hal: 205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar