Jumat, 30 September 2016

puTuhan

TUHAN

Kita dilahirkan dari sumber yang berbeda
Kita dibesarkan oleh subyek yang berbeda
Dan kita dinafkahkan oleh orang dan cara yang berbeda jua
Sedangkan kita diciptakan oleh Tuhan yang sama
Kehidupan yang tak dapat ku pungkiri
Kian hari kian semakin menjadi
Walau sungguh sebenarnya hati ini tak merestui
Namun semua itu sudahlah kehendak bagi sang Ilahi
Lantas apa daya kita sebagai makhluk yang bodoh nan hina ini
Apakah kita harus menyalahkan Tuhan yang disana atau bahkan Tuhan yang selama ini kita imani
Padahal ia telah memberikan sejuta nikmat dan keindahan yang selama ini kita jalani
Dengan tulus ataupun keterpaksaan diri
Tuhan......
Siapakah sebenarnya aku ini
Kemana-mana selalu dihantui rasa bersalahku padamu
Apakah rasa ini ada pada setiap makhlukMU
Dimanakah sebenarnya kini keberadanMU
Dimanakah semua keluarga dan keturunanMU
Ataukah mungkin Kau adalah Dzat yang tiada tara
Dzat pencipta alam semesta
Dzat yang membuat mentarii dan rembulan selalu lapang dada
Dan Dzat yang sempurna dari segala yang sempurna
Tuhan......
Dimalam yang penuh sendu dan kegelisahan hati
Memang tak sepantasnya ku lupa pada Ilahii Robbi
Tapi setiap ku coba mengingatmu ada sela dalam jiwa ini
Selah yang menjadikanku semakin lalai akan segala perintahmu
Celah yang menjadikaknku semangat dalam menjalankan Qodho QodlharMu
Dan celah yang meenjadikanmu semangat dalam berkwajiban padaMu
Apakah dia makhluk yang Kau kirim padaku
Ataukah hanya pengganggu kesetiaanku padaMu
Sosok yang sangat begitu sempurna
Senantiasa menjadikan ku hidup terasa riang dan gembira
Walau sejatinya sesak merusuk kedalam jiwa
Namun wajah yang penuh keanggunan dan keindahan
Kini membuat satu bayang-bayang disetiap angan dan kasat mataku
Tuhan......
Tak sepatah katapun ia ungkapkan dalam mulutnya
Namun itu menjadi obat rindu dan jenuh yang membahana
Dia mungkin tak cantik dan sedekat hamba lain yang dekat pada MU
Dan diapun bukan hamba yang shalihah sempurna keimanannya
Tapi dia seakan memancarkan sinarmu yang membawaku dalam naungan kasihMU
Jikalau memang dia takdirku maka berikanlah kami kesempatan mengejar cita yang selama ini kita damba
Capaikanlah setiap doa yang kami puja
Dan ijabahkanlah keluhuran kasih yang ingin kami bangun diatas dunia
Serta temukanlah kami dalam masa yang penuh dengan fakta bukan sandiwara
Melainkan keinginan dan keyakinan tuk hidup bersama
Mulai muda, tua, dunia, barzah, hasyr, hingga surga yang selama ini KAU sedia....




@ningrindu-gus



puisi

IBU

Hiruk pikuk semesta tak pernah kau keluhkan pada siapapun
Kapahitan rasapun tak pernah kau sumbangkan pada kalangan manapun
Dan kepedihan juga kesengsaraan senantiasa kau pendalm dalam jiwa yang ketahui oleh siapapun
Namun kami tak pernah berhenti mengeluh setiap menghadapi cobaan dan halangan hidup ini
Oh Ibu...
Sebenarnya kami ini siapa
Apakah kami ini anak-anakmu yang kau tunggu di sela pintu rumahmu
Apakah kami ini anak-anakmu yang disetiap shalatmu kau sebut namaku
Padahal kami tak pernah sekalipun ingat padamu, selalu membebanimu, dan bahkan kami senantiasa membohongimu dalam setiap kehidupanku
Oh Ibu....
Kau tak pernah mengeluh akan apa yang selama ini kami adukan
Dan kau tak pernah menghindar setiap kami butuh bantuan
Kasihmu memang tak dapat dibandingkan dengan kehidupan dan kemewahan
Jasamu sangatlah berharga tuk kami jalankan kehidupan
Mungkin seandainya dulu kau putuskan tuk biarkan
Maka kamipun tak akan hadir dalam alam yang penuh dengan kedustaan
Hidup ini memang panggung kedustaan yang penuh dengan keseraman
Hidup ini memanglah kenyataan yang kita tau hanyalah permainan
Namun kau memberikanku perbedaan
Kau buatku kejujuran, kenyamanan, ketentraman, dan bahkan perlindungan
Oh Ibu....
Maafkanlah kami yang selalu jauh darimu
Maklumkanlah segala salah dan khilafku
Mungkin kami tidaklah pantas tuk jadi anakmu dan mengaku kaulah Ibuku
Namun kami ingin membahagiakanmu dengan segala kepemilikanku dan harapan-harapan yang dulu pernah kau sampaikan padaku
Oh Ibu...
Terimakasih atas segala kasih sayangmu dan segala pengorbanan serta perlindunganmu
Mungkin aku tak dapat membalas segala apa yang selama ini kau berikan padaku
Mungkin kini aku tak bisa bersanding diisimu
Tapu aku kan hanya bisa mendoakanmu di setiap waktu sebagai wujud keberbaktianku padamu
Dan semoga kelak kita bisa hidup sebagaimana masa kecilku
Bisa bersanding dan bermain belajar bersama denganmu hai Bapak Ibu
Semoga kita bisa ,berwashilah langsung pada Rasul yang penuh dengan sayangnya pada Ibu
Berziarah ke Makkah dan Madinah tuk sempurnakank dan ikatkn Ibu, Bapak, dan aku anakmu
Oh Ibuu...



Aamiin.........

Realita

Realita dan implementasi dari suatu kebijakan
Tujuan pembuatan Undang-Undang guru dan dosen sebagai berikut:1
  1. Mengangkat martabat guru dan dosen
  2. Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen
  3. Meningkatkan kompetensi guru dan dosen
  4. Memajukan profesi serta karir guru dan dosen
  5. Meningkatan mutu pembelajaran
  6. Meningkatkan mutu pendidikan nasional
  7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen
  8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah
  9. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan secara tegas bahwa hak dan kewajiban guru meliputi:
  1. Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
  2. Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
  3. Memperoleh perlindungan dan melaksanakan tugas
  4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
  5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
  6. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas2
Implementasi dari suatu kebijakan
  1. Sebelum dibuat Undang-Undang no 14 Tahun 2005
Sebelum dibuat Undang-Undang No 14 Tahun 2005, guru kurang mendapat tempat yang proporsional dan profesional, karena mereka lebih banyak diperlakukan sebagai komponen objek dan bukan subjek insan pendidikan. 3

  1. Sesudah dibuat Undang-Undang no 14 Tahun 2005
Keluarnya UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ini merupakan Jati diri sebagai tenaga pendidikan dan kristalisasi pengakuan dan pernghargaan terhadap eksistensi guru dalam proses pendidikan. Undang-Undang tersebut juga menjadi gambaran bahwa pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan profesional dan menjadi pilihan profesi dalam hidupnya. Paling tidak Undang-Undang ini menjadi langkah awal dalam menata dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional pada setiap jenjang dan tingkatan.4
Dengan adanya UU Guru dan Dosen mendapatkan penghargaan yang layak untuk pengabdiannya terhadap bangsa dan Negara. Selain itu, kompetensi serta profesionalitas guru semakin meningkat.
Sayangnya banyak kelemahan mengenai UU Guru dan Dosen ini:
  1. Sertifikasi atau tunjangan untuk Guru dan Dosen belum merata, khusunya bagi Guru yang hampir memasuki usia Pensiun. Mereka belum mengerti benar akan sistematika program sertifikasi dari pemerintah ini. Serta guru tersebut harus mengikuti serangkaian ujian-ujian yang dirasa sulit untuk usia tersebut. Ditambah lagi dengan pelaksanaan ujian yang menggunakan komputer atau internet yang belum tentu mereka kuasai.
  2. UU Guru dan Dosen cenderung menguntungkan guru dan dosen PNS. Sementara itu di Indonesia guru dan dosen Non PNS jumlahnya sangat banyak serta mengemban tugas dan tanggung jawab yang sama dengan guru dan dosen PNS.
  3. Jumlah peminat profesi guru dan dosen meningkat demi mengejar status sertifikasi.
  4. Sebagian guru dan dosen yang telah diberi amanat penting oleh pemerintah justru menyepelekan.
Diakses dari Radar Kaltara ( Radar Kalimantan Utara ) dan diterbitkan pada Hari Selasa, 30 Agustus 2016
Kesejahteraan Guru Honorer masih memprihatinkan. Di upah Rp 5.000 perjam.
Para pahlawan tanpa jasa di daerah perbatasan mengadu nasibnya ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan, khususnya mengenai kesejahteraan guru honorer. Para guru yang masih berstatus honor ini menginginkan gajinya ingin disamakan dengan para honorer yang bertugas di Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Pemkab Nunukan.
Itu dikatakan salah seorang perwakilan guru honorer yang tidak ingin namanya dikorankan, sebab guru honorer diangkat berdasarkan Surat Keputusan (SK) bupati Nunukan. Sehingga, ia menilai sama dengan honorer yang bertugas di SKPD Pemkab Nunukan yang berdasarkan SK bupati Nunukan.
SK kami dari bupati, tapi gaji bukan dari bupati. SK tersebut digunakan untuk apa sebenarnya, apakah hanya untuk diakui sebagai guru di Nunukan,” katanya.
Menurutnya, upah guru honorer di perbatasan sangat memprihatinkan karena hanya dibayar sesuai jam mengajar. Sedangkan, ada sekolah yang membayar gajinya hanya Rp 5 ribu perjam. Guru honorer pun dianggap sulit mendapat banyak jam mengajar karena pertimbangan lebih didahulukan guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Bukan hanya persoalan upah yang minim, tetapi terkadang para guru honorer tidak pernah menikmati hasilnya tiap bulan. Terkadang hal ini membuat para guru honorer harus melakukan banyak pinjaman, karena terkadang gajinya dibayar tiap tiga bulan atau lima bulan sekali.
Bayangkan jika gajinya tidak sampai Rp 500 ribu, lalu tidak dibayar tiap bulan, para guru honorer mau belanja gunakan apa,” ujar guru honorer perempuan ini.
Ia pun meminta, seluruh guru honorer lebih diperhatikan Pemkab Nunukan untuk masalah kesejahteraan. Serta, tidak ada pembeda honorer yang bertugas di SKPD ataupun honorer yang menjadi guru. Saat ini harapan upah guru honorer hanya berasal dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pemerintah Pusat.5


1 Undang-Undang Guru dan Dosen, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010 ), hlm. 52
2 Janawi, “Kompetensi Guru ( Citra Guru Profesional )”, Alfabeta, (Bandung : 2012 ), hlm. 49
3 Prof. Dr. H. Mohammad Surya, Dr. Abdul Hasim, Drs. Rus Bambang Suwarno, “ Landasan Pendidikan : Menjadi Guru yang Baik”, Ghalian Indonesia, (Bogor : 2010 ), hlm. 64
4 Ibid, hlm. 32-33

Rabu, 28 September 2016

RPLBK

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
(BENTUK KLASIKAL)
SMP ….......
A
Tugas Perkembangan :



B
Bidang bimbingan dan konseling :

C
Jenis Layanan :

D
Judul materi :

E
Tujuan layanan




F
Fungsi layanan :

G
Subyek layanan :

H
Waktu :

I
Metode :

J
Sumber Belajar :

K
Alat/ media Pembelajaran :

L
Langkah-langkah Kegiatan :


1. Pendahuluan ( 15 menit)
a. Salam, doa, Pengkondisian dengan kombinasi tepuk tangan
b. Apersepsi :
c. Menyampaikan tujuan layanan

2. Kegiatan/Inti ( 40. menit)
a. Berfikir
Siswa melakukan refleksi dengan rangsangan pertanyaan :
b. Merasa
c. Bersikap
d. Berbuat
e. Bertanggung jawab

3. Penutup ( 15 menit)
a. Kesimpulan
Peserta didik bersama guru BK membuat kesimpulan dari hasil layanan
b. Refleksi:
Peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif misalnya
1) Bagaiman kesan kalian terhadap pemberian layanan .... hari ini?
2) Bagaiman sebaiknya kita mensikapi hasil layanan .... tadi?
c. Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan datang

M. Evaluasi (10 menit)

1. Penilaian Proses: Guru BK menilai tingkat partisipasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan layanan

2. Penilaian Hasil:

a. Penilaian Segera (Laiseg)
Buatlah kesimpulan dari hasil layanan …………………………………..yang kalian barusan ikuti.
Jawab:

.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................





Perasaan positif apa yang kamu dapatkan setelah mengikuti layanan ……….. ……………………………………………dan jelaskan alasannya?
Jawab :
.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Rencana yang akan anda lakukan setelah mengikuti kegiatan layanan ……………………………………………...
Jawab :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

b. Penilaian Jangka pendek (Laijapen)
Contoh:
No
Nama Siswa
Ket
1
2
3

1

t


T = terlaksana
2


tt

Tt = tidak terlaksana
3



t

Keterangan Rencana Kegiatan:
1. observasi
2. observasi .
3. observasi
c. Penilaian Jangka panjang (Laijapang)

No
Nama Peserta didik
Kegiatan yang dilakukan di Laijapen
Dampak dari Kegiatan Laijapen
1



2



3



4



5












Kebumen, 2014
Mengetahui : Guru BK*)
Kepala Sekolah



____________________ _____________________
NIP NIP





Lampiran:

bahtsulMasail



Jam’iyyah nahdlatul ulama’ (penggagas pertama forum bahtsul masail di indonesia), adalah gerakan
diniyyah islamiyyah dan ijtima’iyyah, sejak awal berdirinya telah menjadikan aqidah ahli sunnah wal jama’ah sebagai basis teologi (dasar beraqidah) dan menganut salah satu dari madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) sebagai pegangan dalam berfiqih.

Dengan mengikuti empat madzhab ini, menunjukkan elastisitas dan fleksibilitas sekaligus memungkinkan bagi NU untuk berpindah madzhab secara total atau dalam beberapa hal yang dipandang sebagai kebutuhan (Hajat), misalnya : saat menunaikan ibadah haji, meskipun untuk keseharian ulama’ dan warga NU menggunakan fiqh masyarakat Indonesia yang bersumber dari madzhab syafi’i.

Hampir dapat dipastikan bahwa fatwa, petunjuk dan keputusan hukum yang diberikan oleh ulama’ NU dan kalangan pondok pesantren selalu bersumber dari madzhab syafi’I. hanya kadang-kadang dalam keadaan tertentu – untuk tidak melawan budaya konvensional – berpaling ke madzhab lain.

Sikap ini secara konsekwen ditindak dengan upaya pengambilan hukum dari referensi (maraji’) berupa kitab fiqih yang pada umumnya dikerangkakan secara sistematik dalam beberapa komponen  ibadah, mu’amalah, munakahah (hukum keluarga) dan jinayah/qadla’ (pidana/peradilan)

Dalam hal ini para ulama’ NU dan forum bahtsul masa’il mengarahkan orientasinya dalam pengambilan hukum kepada Al-Aqwal Al-Mujtahidien (pendapat para mujtahid) yang muthlaq ataupun muntasib. Dan bila kebetulan ditemukan Qaul Manshus (pendapat yang ada nashnya), maka qaul itulah yang dipegangi. Kalau tidak ditemukan, maka akan beralih ke Qaul Mukharraj (pendapat hasil takhrij). Dan bila terjadi khilaf (perbedaan pendapat), maka yang diambil adalah yang paling kuat sesuai dengan tarjih oleh para ahlinya. Mereka juga sering mengambil keputusan Al Ittifaq Fi Al Ikhtilaf (sepakat dalam khilaf), akan tetapi juga mengambil sikap untuk menentukan pilihan sesuai dengan situasi kebutuhan ‘hajat tahsiniyyah’ (kebutuhan sekunder) maupun ‘hajat dlaruriyyah’ (kebutuhan primer).

Fiqih harus dibaca dalam konteks pemecahan dan pemenuhan tiga jenis kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan dlaruriyyah (primer), kebutuhan haajiyyah (sekunder), dan kebutuhan tahsiniyyah (tersier). Fiqh social bukan sekedar sebagai alat untuk melihat setiap peristiwa dari kacamata hitam putih sebagaimana cara pandang fiqh yang lazim kita temukan, tetapi fiqh social juga menjadikan fiqh sebagai paradigm pemaknaan social.

NU mempunyai sebuah forum yang di sebut Lembaga Bahtsul Masail (LBM) yang dikoordinasi oleh syuriah (legislatif). Forum ini bertugas mengambil keputusan tentang hukum hukum islam, baik yang berkaitan dengan masalah fiqhiyyah (waqi’iyyah dan maudlu’iyyah) maupun masalah masalah ketauhidan (ushuluddin) dan bahkan masalah masalah tashawwuf (akhlaq).

Forum ini biasanya di ikuti oleh syuriyyah dan ulama’-ulama’ NU yang berada diluar struktur organisasi, termasuk para pengasuh pondok pesantren. Masalah-masalah yang dibahas umumnya merupakan kejadian (waqi’iyyah) yang dialami oleh anggota masyarakat yang diajukan kepada syuriyyah oleh organisasi maupun perorangan.

Masalah-masalah ini setelah di inventarisir oleh syuriyyah lalu diadakan skala prioritas pembahasannya. Dan apabila dalam pembahasannya terjadi “mauquf” (macet), maka akan diulang pembahasannya dan kemudian dilakukan ketingkat organisasi yang lebih tinggi.


Bagi NU, bahtsul masa’il tidak saja dimanfaatkan sebagai forum yang sarat dengan muatan kitab kitab klasik, tetapi merupakan lembaga dibawah NU yang menjadi “kawah candra dimuka” yang berkaitan langsung dengan kebutuhan hukum agama bagi kaum nahdliyyin. Karena dengan bahtsul masa’il, fatwa-fatwa hukum yang dihasilkan akan tersosialisasikan minimal ketingkat ranting dan pelosok desa (Sebuah harapan !)untuk pedoman mereka dan penguatan amaliyyah nahdliyyah . yang dipersoalkan lagi, Padahal tinggal forum bahtsul masa’il inilah yang masih banyak memberikan harapan untuk menjawab masalah di atas.  Bahkan bagi masyarakat NU yang awwam, keputusan bahtsul masa'il yang berhasil dibukukan ini sangat penting digunakan sebagai rujukan dalam praktek kehidupan beragama (amaliyyah nahdliyyah) sehari-hari.

manusia

Manusia merupakan salah satu makhluk Allah SWT dengan wujud dan susunan paling berbeda dengan makhlukyag lainnya,yang mana salah satu kelebihan dari mereka adalah dengan diberikanya akal pikiran dan juga hati nurani sebagai tanda kesempurnan dai selai makhlukNYA. Dalam Al Qur’an surat al baqarah; 30 Allah SWT menjelaskan yang namanya manusia adalah khalifah di bumi atau sering disebut dengan khalifatullah (perwakilan dariAlah SWT di bumi alam semesta ini) sehingga sebagai perwakiannya tentu mereka memerlukan suatu hal sebagai bekal untuk memelihara bumi ini. Romo K.H. Hasyim Asy ‘Ari menyatakan bahwasanya manusia merupakan sosok makhluk yang memiliki lima prinsip yaitu hifdzhuddiin, hifdzul ‘Aql, hifdzhunNasl, hifdzhulmaal, dan hifdzhunnafs. Oleh karenanya dalam memenuhi semua prinsip tersebut dan semua definisi yang ada maka satu hal yang harus dipenuhi oleh semua manusia adalah pengalaman pendidikan.1

Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan dengan beberapa proses dan strategi tertentu juga media dan terjadi suatu perubahan dalam diri manusia, baik perubahan psikis, biologis, emosional, kecerdasan, dan juga cara pandang mereka untuk menyelesaikan seuatu permasalahan di dunia. Pendidikan adalah salah satu aspek yang bisa digunakan sebagai sarana dalam rangka pementukan sebuah karakter yang baik/buruk bagi setiap manusia sesuai dengan pengaruh dan apa yang menjadi input pada anak baik orang tua, keluarga, guru, lingkungan, teman bermain, dan bahkan dari segala macam fasitas yang digunakan mereka. Walaupun segitu banyaknya pengaruh dalam pendidikan, namun orang tua tetap sebagai pengaruh yang utama dalam pembentukan watak dan karakter bagi seorang anak karena orang tualah yang sedari mereka lahir selalu ada dan menanaman niai-nilai kehidupan bagi anak-anaknya. Pendidikan juga termasuk dalam hal yang harus didapatkan oleh semua manusia khususnya warga negara Indonesia sebagai salah satu langkah untuk memperbaiki kehidupan kebangsaan ini. Sehingga apa yang dicita-citakan para leluuur bangsa bisa trcapai. Dalam proses penerimaan pendidikan seharusnya kita tidak boleh mebedakan dari mana asal dan bagaimana latar belakang keluarga mereka, namun begaimanapun baik buruknya warga negara mereka tetap memiliki hak mendapatkan pendidikan dalam rangka perwujudan prinsip kemanusiaan yang pernah disampaikan oleh Kyai Hasyim dalam awal pembahasan tadi. Manusia tidak mungkin bisa menjaga dan memelihara apa yang ada dalam dirinya jika tak pernah latihan dan belajar ilmu untuk mengetahuinya. Bahkan dalam Al Qur’an Alah SWT tak henti-hentiya memuliakan dan mengagungkan derajat orang-orang yag mamu menuntut ilmu.

Bangsa dan Negara Indonesia yang sangat dipahami oleh semua penjuru dunia dengan berjuta keaneka raamannya, tentu dalam pelaksanaan pendidikan akan dapat dijumpai metode dan strategi yang bermacam pula sesua dengan kebiasaan dan keadaan para warganya. Jika mereka berada dalam suatu lingkungan yang kental dengan tradisi dan budayanya memungkinkan menggunakan prinsip yang disebut dengan pendidikan pendidikan sosial budaya, jika mereka berada dalam lingkungan pesantren meeka pasti akan cenderung pada pendidikan akhlak, jika mereka berada dalam perkotaan pasti meeka mengenal yang namanya pendidikan kontemporer, dan ketika manusia yeng berada denangan segala lingkungan dan beranekaragamnya bahasa, budaya dan agama mereka akan menghadapi dan harus melalui proses yang disebut dengan pendidikan multikultural yang sering dibisbatkan sebagai proses pendidikan yang pas untuk dilaksanakan di Indonesia. Pendidikan yang disampaikan oleh beberapa ahli memang memiliki unsur yang sangat urgen dalam proses pembentukannya, terlebih pada masa sekarang ini pendidikan yang cenderung dilihat hanya pada yang kasat mata tidak lagi mengandalkan pada pengetahuan ataupun materi yang diajarkan. Anak-anak pada masa sekarang ini cenderung pada sisi afektif dan mengessasmpingkan kognitif atau dalam segi Pendidikan Agama Islam disebut dengan nama uswatun hasanah, atau disebut dengan pendidikan akhlak dan moral. Ketika sorang anak dilahirkan oleh Allah lewat manusia mulai pada saat itulah tanggungjawab sebagai orang tua mulai bertambah untuk membibing bayi tersebut dan mendidiknya untuk menjadi sosok manusia yang sesuai dengan fitrahnya yaitu ta’abbud ilallah(beribadah kepada Allah) diantaranya lewat diadzani pada telinga kanan dan diiqomahkan pada telinga kiri saat bayi tersebut baru dilahirkan oleh sang ibu. Hasil dari apa yang meletak pada anak ditentukan juga oleh tingkat religiusan orang tua sebagaimana posisi anak yang dikatakan oleh Hadari Nawawi yentang fakta pada anak yaitu, pendidikan merupakan piranti pokok yang dipilih untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada anaknya. Hal tersebut lebih terlihat jelas manakala rumusan pendidikan secara konsepsional ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sang anak, hal ini kemudian menjadi unsur pokok pendidikan yang nantinya kembali pada kedua orang tua masing-masing anak.2

Masyarakat pada umumnya banyak yang mengatakan merupakan sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu tempat tertentu dan memiliki kebiasaan serta adat yang menjadi cirikhas mereka dengan kelompok lain serta memiliki tujuan yang sama yaitu menjaga dan mencapai keadilan serta kesejahteraan bersama melalui sistem yang ada. Disisi lain juga ada yang mengatakan bahwasanya masuarakat adalah sekelompok orang yang menginginkan kehidupan secara bebas dan sistemik namun tetap dalam koridor kebersamaan. Pendefiinisian tersebut memang tidak dapat dipungkiri apabila para tokoh banyak yang berpendapat bahwa masyarakat merupakan salah satu unsur pendidikan kedua setelah keluarga yang mana masyarakat dan lingkungan itu mempengaruhi anak lewat beberapa kebiasaan dan juga pandangan-pandangan yang umum terkait mindsat dan juga perilaku anak. Masyarakat yang pada umumnya memiliki keheterogenan yang sangat kompleks terkadang memang sempat membingungkan sang anak untuk menentukan akan seperti apa dia dalam hidup bermasyarakat, dan disinilah peran orang tua untuk selalu mengarahkan dan memfilter pada anak sehingga apa yang dipilih anak tidaklah keliru terlebih sampai menyimpang jauh dari aturan baik formal ataupun nonformal. Ketika seorang anak hidup dalam lingkungan yang mayoritas disana orang-orangnya berperilaku keras dan juga bebas, tidak menutup kemungkinan sang anak manusia itu akan berbuat seperti mereka dan juga bisa lebih parah. Disisi lain ada juga anak manusia yang hidup dalam masyarakat yang kebanyakan berperilaku baik, sopan dan bahkan ahli dalam hal keagamaan itu juga nanti akan mempengaruhi sang anak untuk berfikir dan perilaku seperi mereka dengan akhlak baik juga sangat haus akan ilmu agama. Kedua keadaan tersebut itu memang snagatlah dua sisi yang sangat kontrofersial yang vital bagi pola fikir anak. Disinilah peran orang tua akan mengarahkan anak yang masuk pada golongan negatif agar ia meninggalkan hal itu dan mengarahkan pada perkara yang baik, begitu juga ketika anak memilih pada konteks kedua yang cenderung berfokus pada hal-hal positif tersebut orangtua menyadarkan siapa dirinya dan keluarga sehingga ia bisa menjaga kestabilitasian pemikiran, perbuatan, dan keinginan anak agar tidak over pada keshalehan dan juga keagamaan dikarenakan mungkin latar belakang keluarga ataupun ekonomi orang. Akan tetapi dari berbagai uraian diatas tetap menunjukkan bahwa anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keadaan dan tempat serta waktu dimana dan kapan ia berada untuk mnyongsong pola fikir dan perbuatan dimasa depan, jikalau ia berada dalam lingkungan dan masyarakat yang positif maka ia cenderung mengikut pada hal-hal pisitif namun tak dapat dipungkiri untuk berbuat negatif lantaran beban dan tekanan yang tak dapat diselesaikan baik lewat pribad, teman, keluarga, maupun kedua orang tua. Begitu juga sebaliknya. Karena bagaimanapun juga lingkungan dan masyarakat menempati posisi steakholder yang kedua dalam perkembangan dan pendidikan manuasia.3

Dalam perkembangan ilmu sosial dan budaya diungkapkan bahwasanya keluarga adalah unsur penting yang bersandingan dengan orangtua dalam pendidikan anak secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan berperan langsung terhadap anak/Manusia karena setiap apapun yang dilakukan dan diucapkan orang tua selalu terlihat langsung karena mereka hidup bersama dalam satu lingkup keluarga dan tempat tinggal(rumah). Sedangkan ketidaklangsungan pendidikan orang tua dan keluarga terhadap anak dapat dilihat melalui salah satu aspek pergaulan yang hampir semua manusia dan orang tua selalu menganjurkan anaknya tentang dengan siapa sang anak harus bergaul dan berteman ataupun harus seperti apa ia bertindak saat berbicara dan berbuat terhadap orang yang dijumpainya. Biasanya ketika anak hidup dilingkungan keluarga dan orang tua yang selalu membudayakan tatacara berpakaian dan bertutur yang baik maka anak itupun dalam perkembangannya bisa sama seperti yanf ditransferkan orang tua semasa belum tercampur dengan virus lingkungan dan masyarakat teman sejawat yang menemaninya. Sebagaimana sering kita jumpai saat-saat orang tua yang ketika bicara dengan anak menggunakan bahasa indonesia maka secara otomatis saat anak tumbuh dewasa akan menirukan cara bicaranya, namun ketika sejak masih kanak-kanak orang tua bicara pada anak menggunakan bahasa jawa yang halus dan sopan maka secara tidak langsung anak manusia itupun akan berbicara sebagaimana yang dicontohkan orang tuanya. Bahkan dalam ajaran islampun dijelaskan pendidikan orang tua terhadap anak bukan hanya saat anak sudah lahir ke dunia, melainkan mulai sejak memilih pasangan suami/istrinya itu sudah mulai satu tahap pendidikan terhadap anak manusia yang akan dilahirkan oleh ibunya. K.H Anwar Zahid dan K.H. Zaenuddin M.Z mengatakan dalam ceramahnya tentang bab nikah ketika seorang manusia akan menikahi manusia yang dipilihnya ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yakni agama, nasab, harta, dan keturunannya, atau dalam orang jawa sering disebutkan dengan bibit, bebet, dan bobotnya. Dari beberapa aspek tersebut beliau mengatakan aspek yang paling menjamin untuk kedepannya adalah agamanya, jika orng itu baik agamanya insya allah pasangan kita akan baik seluruhnya. Dan pertimbangan yang paling harus diutamakan adalah agama, karean misalnya kita memilih harta yang dimilikinya tidaklah akan ada selamanya, jika kita mengutamakan nasab maka nasab tidak akan berlanjut selagi orangnya tak bisa menyesuaikan dengan nasab asalnya dan bisa berubah sesuai dengan manusia yang dipilih kita, dan jika kita memilih berdasarkan pertimbangan cantik/ganteng rupanya maka rupa manusia itu tidaklah abadi dan akan semakin keriput luntur kecantikannya/kegantengannya beriringan dengan zaman dan waktu yang dilewatinya. Namun jika kita memilih seseprang itu berdasarkan agamanya yang baik maka semuanya akan baik pula jika tadinya nasab yang buruk itu ia miliki akan terankat karena ia memiliki agama yang baik dan agamapun akan kita bawa selamanya dan bahkan menjamin kehidupan kita mulai di dunia hingga di akhirat dan akan dibawa oleh pemiliknya sampai ke surga Allah SWT. Mulai saat itulah para calon orang tua sudah mulai pendidikan untuk calon anak yang akan dilahirkan dan berlanjut hingga manusia itu dewasa. Sebagaimana contoh pada akhir-akhir zaman ini didaerah Kabupaten Tegal ada sepasang suami istri dan sudah memiliki anak, yang menurut pantauan para tetangga dulu ketika sang ibu itu hamil dan menyusui anakanya, ia sangat jarang sekali dan bahkan hampir tak pernah membaca bacaan yang baik seperti shalawat ataupun bacaan qur’an bahkan nyanyiannya lagu dangdut dan lagu yang bukan islami lainnya sehingga ketika sang anak sudah tumbuh dewasa hingga 5 tahun dan 8 tahun sang anak pun selalu berkata kata-kata yang kasar kepada teman sebaya dan bahkan kepada orang tuanya juga neneknyapun ia terkadang berani melawan juga membentaknya padahal seharusnya hal itu tak seharusnya dilakukan oleh setiap anaka manusia. Disisi lain juga ada salah satu anak yang masih belum dewasa beberapa waktu yang lalu dikabarkan lewat media masa ia sudah hafal Al Qur’an 30 juz, dan ternyata ketika para pencari berita dan juga peneliti menelusup asl muasalnya dia, ternyata itu juga tak lepas dari didikan orang tuanya terutama ibunya. Berdasarkan berita ibu anak alhafidzh itu zaman beliau masih mengandungnya senantiasa membaca alqur’an secara istiqomah dengan bebearapa sekali waktu sang ibu mengkhatamkannya hinga selalu mwiridkan bacaan-bacaan yang baik secara istiqomah hingga berhasil mendidik sang anak dalam usia masih sangat relatif muda namun ia sudah hafal Al Qur’an 30 dengan fashih, subhanallah. Dari berbagai aspek dan uraian fakta tersebut memang hal yang paling berpengaruh pada perilaku anak adalah kedua orang tua melalui filter-filter yang dimiliki sang anak.

Teman sejawat atau teman seperjuangan yang sering difahami sebagai sosok subyek yang senantiasa tahu bagaimana dan seperti apa kita lantaran sering beradaptasinya kita dengan mereka, namun seberapapun kedekatan seorang manusia dan kita terhadap teman atau bahkan sahabat sebagai tempat curahan hati manusia dan juga sarana berkeluh kesah terhadap sesama, tetap tak dapat mengalahkan posisi kedekatan anak tehadap orang tuanya dan bagaimanapun atau sesring apapun kita curhat kepada teman kita orang tua akan lebih tahu siapa dan bagaimana kita walaupun kita sendiri sebagai anak tak pernah curhat masalah kita terhadap mereka. Mungkin teman itu tahu kita dari sisi luar yang sering kita tampakkan dan ceritakan pada mereka dan selain itu mereka taidak mengetahuinya, namun tak tahu apa yang tak kita ceritakan kepada mereka dan namun jika kita bertemu dengan orang tua walaupun kita tak berkata apapun beliau dan khususnya ibu akan lebih tahu apa yang dibutuhkan anaknya dan apa serta bagaimana yang terbaik untuk anaknya.

Individu merupakan hal yang melekat pada diri seorang manusia yang mana ia memiliki ciri tersendiri dan membedakan dengan individu yang lainnya.sedangkan self yang dijelaskan oleh Dr. H. Mahmud, M.Si bahwasanya self atau diri dan individu merupakan eksekutif kepribadian untuk mengontrol tindakan dengan mengikuti prinsip kenyataan atau rasional, untuk membedakan batin beberapa orang yang berada diluar sana. Sebuah individu umpamanya adalah sebuah subyek, tapi sekaligus obyek baik bagi lingkungannya maupun bagi dirinya sendiri. Dari individu yang memiliki prinsip dan pendirian atau pedoman dalam berperilaku maupun berbuat serta bertutur itulah nanti yang akan meahirkan konsep yang disebut dengan kepribadian.4 Sehingga individu yang hidup bersama Subyek lain dalam kata lain orang terdekat seperti orang tua akan mempengaruhi bagaimana ia akan bertutur kata, berfikir, maupun berbuat disetiap kehidupan dan bercengkrama dengan manusia sekitarnya. Individu-individu tersebut nantilah yang akan melahirkan beberapa kelompok besar dan juga sebagai generasi penerus hidup berbangsa sangat perlu untuk melakukan hal sedemikian rupa yang sautu proses alami dari orang tua ke anaknya ini penstransferan aspek nilai kehidupan sebagai bekal hidup berbangsa dan negara. Individu yang dibahas ini adalah individu yang seharusnya memiliki kepribadian yang sejak kecil memang ia selalu mendapat asupan dari uswah dan nasihah orang tua. Sehingga dari semua proses kehidupan dan juga aspek tersebut menjadikan timbulnya seuatu namaan atau julukan baru bahwasanya anak-anak adalah prodak secara langsung dan tidak langsung dari kedua orangtuanya. Anak dinilai sebagai prodak langsung orang tua itu dilihat dari proses kelahirannya yang berhubungan secara fisik mereka dan juga setiap nasehat serta arahan yang diberikan menjadi sebuah nilai semakin bertambah waktu akan tertanam dalam sanubari setiap anak manusia. Mungkin juga hal tersebut berpengaruh dan terjadi karena gizi. Katakanlah pada masa balita individu itu digarap betul oleh orang tuanya yang tahu betul bagaimana mempersiapkan individu anak menjadi sehat dan kreatif. Ia dididik untuk peka, berperilaku baik, sering dinasehati, dibelajari hidup brayan dengan tetangga dan masyarakat dengan uswah Bapak Ibunya.5

Religiusitas, personalitas, komunitas adalah suatu sifat tersendiri dalam self setiap manusia, yang pada nantinya mengantarkan diri mereka untuk selalu berbuat dan berkata sesuai dengan beberapa sifat yang melekat pada dirimereka sendiri. Religiusitas yang berarti keagamaan atau berfikir secara agamis dan sifatnya juga, itu biasanya mengarah pada hal-hal yang positif karena ketika orang berbicara religiusitas berarti manusia itu memiliki pandangan baik buruk diri sesuai dengan ajaran ayng dianutnya juga mengedepankan dengan tingkah laku dan perbuatan dalam berkehidupan. Dengan tingkat kereligiusutan orang tua yang tinggi seharusnya anak-anaknyapun memiliki kesamaan sifat yang sudah mendaging dalam diri orang tuanya, paling tidak sikap dan perilakunya mencedrminkan kereligiusitasan orangruanya, sehingga berasal dari segala aspek pengembang pemikiran dan juga permasalahan yang ada maka karya ini dtulis sebagai salah satu bahan dan pembuktian dari argumen yang selama ini telah remai dibicarakan oleh banyak manusia di bumi ini, yakni akan adanya pengaruh dari tingkat kreligiusiatan orangtua terhadap perilaku anak.

Dari beberapa uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya orangtua sebagai stimulus tapi tidak menekan anak maka tingkat kereligiusitasnya akan sangat berpengaruh pada perilaku anak yang selama ini dilalui bersama orang tuanya. Kereligiusitas yang melekat pada diri orangtua bukan sebagai profokator ataupun pemicu yang mengharuskan sang anak mengikuti apa yang diperinyahkan orangtua, melainkan sebagai sarana kewibawaan dan landasan dalam beruswah bagi anak-anaknya


  1. Identifikasi Masalah


Kehidupan yang semakin pesat dengan segala perkembangannya, baik dari segi ilmu pengetahuan, kehidupan, komunikasi, informasi, media, dan segala kecanggihan yang ada pada awalnya diharapkan dapat bersumbangsi dan berperan dalam proses pendidikan anak dan menjadikan atau melahirkan generasi bangsa yang berakhlak, berilmu, berwawasan global, dan memiliki kepribadian yang baik atau disebut denganakhlakul karimah. Selain itu harapannya juga mereka bisa meningkatkan nilai-nilai humanisme baik individual maupun bermasyarakat. Semakin banyaknya anak-anak yang tidak memperhatikan sopan santun dan selalu jumud pada dirinya sendiri yang mengakinatkan kurangnya komunikasidengan kehidupan sekitar dan semakin buruknya perilaku dalam kesehariannya. Semua itu terjadi karena salah satu sebabnya mungkin adalah orangtua yang rendah religiusitasnya atau munkin keuswahan bagi anaknya sangat minim sehingga sang anak hanya mentransfer aspek perilaku orangtuanya seadanya saja tanpa adanya filter dari nasehat yang bersifat religius atau agamis. Seandainya orangtua memiliki tingkat religiusitas yang maksimum bisa jadi perilaku anak akan semakin baik pula dan begitu juga sebaliknya.
1 Biografi mbah Kyai Hasim Asy’ariy
2 Pemikiran pendidikan islam,Prof.Dr.H.Mahmud,M.Si, hal.125
3 ibid
4 Psikologi Pendidikan, Dr, H. Mahmud, M.Si., hal 365

5 Indonesia Bagian Dari Desa Saya, Emha Ainun Najib